KEMENRISTEK MAKIN FOKUS BANTU PENGEMBANGAN NTB-BSS

id

     Mataram, 22/2 (ANTARA) - Kementerian Riset dan Teknologi makin fokus membantu pengembangan program Nusa Tenggara Barat Bumi Sejuta Sapi atau NTB-BSS, sebagai bagian dari program pendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia.

     "Bisa dibilang begitu, karena dalam MP3EI Kementerian Ristek berkewajiban mengembangkan iptek dan SDM sesuai keunggulan lokal," kata Kepala Bidang Penguasaan dan Pengembangan Iptek Masyarakat Kementerian Riset dan Teknologi Yudho Baskoro Muriadi, di Mataram, Rabu, usai pertemuan koordinasi dengan jajaran Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

     Pertemuan koordinasi itu terkait rencana kunjungan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta, ke NTB guna meluncurkan program Sistem Inovasi Daerah (SIDa), yang dijadwalkan Sabtu (25/2).

     Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta, yang akan meluncurkan program SIDa itu. 

     SIDa merupakan upaya pemberdayaan iptek dan inovasi berdasarkan keunggulan lokal, sebagai salah satu cara untuk mendorong produktifitas masyarakat, sehingga diharapkan akan memperkuat pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional.

     Pengembangan dan penguatan SIDa dimaksudkan untuk medukung program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada 27 Mei 2011.

     Yudho mengatakan, dalam program SIDa, keunggulan lokal NTB antara lain bidang peternakan dan sektor pariwisata.

     "Karena itu, program unggulan NTB seperti ternak sapi patut didukung dan terus dikembangkan agar NTB tetap menjadi daerah pendukung swasembada daging nasional hingga masa mendatang," ujarnya.

     Kemenristek sudah terlibat membantu kesuksesan program NTB-BSS diawal program pada 2009 atau sejak Menristek dijabat Suharna Surapranata.

     Menristek dan Gubernur NTB, TGH M Zainul Majdi, pernah menandatangani kesepakatan kerja sama yang mengarah kepada upaya menyukseskan program BSS, yakni pendayagunaan dan pemanfaatan hasil penelitian Lembaga Pemerintahan Non Kementerian (LPNK) Ristek.

     Hasil penelitian itu antara lain menyangkut ketersediaan pakan dan potensi aplikasi hasil kajian tersebut.

     Kesepakatan kerja sama itu merupakan tindaklanjut dari kesanggupan empat lembaga peneliti pusat dalam menyediakan teknologi pendukung program NTB-BSS.

     Keempat lembaga peneliti pusat itu yakni Kantor Kemenristek bidang Riset Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Riptek), Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

     Program NTB-BSS diluncurkan saat HUT ke-50 Pemerintah Provinsi NTB, 17 Desember 2008, diawali dengan populasi ternak sapi sebanyak 546.114 ekor dengan tingkat produksi 7,6 persen pertahun.

     Kedepan produksinya akan terus ditingkatkan hingga menjadi 13 persen pertahun dengan target populasi ternak sapi sebanyak 1,5 juta ekor di tahun 2013.  

     Program BSS merupakan program percepatan yang diawali dari program reguler sebagai pembanding dengan indikasi dan asumsi populasi sapi pada tahun 2008 sebanyak 546.114 ekor, dengan jumlah induk sebanyak 37,36 persen dari populasi.

     Angka kelahiran mencapai 66,7 persen dari jumlah induk sapi, dan angka kematian anak sapi mencapai 20 persen dari jumlah ternak sapi yang lahir.

     Jumlah pedet sebanyak 101.239 ekor, jumlah pemotongan betina produktif dan pemotongan tidak tercatat sebesar 20 persen dari pemotongan tercatat.

     Jumlah pemotongan dalam daerah sebesar 41.575 ekor dan jumlah sapi bibit dan sapi potong yang dikeluarkan dari wilayah NTB tercatat sebanyak 28.500 ekor.

     Dengan penerapan program NTB-BSS, diharapkan terjadi peningkatan jumlah induk sapi sebesar 38-42 persen dari populasi, peningkatan kelahiran pedet sebesar 75-85 persen dari jumlah induk.

     Penurunan angka kematian pedet sebanyak 18-10 persen dari jumlah sapi yang lahir, penurunan pemotongan sapi betina produktif hingga 15-8 persen dari jumlah pemotongan tercatat dan pertumbuhan populasi sapi sebesar 10-15 persen per tahun.

     Salah satu indikator keberhasilan program BSS itu yakni jumlah kelahiran sapi/pedet setiap tahunnya yakni satu induk satu anak setiap tahun. (*)