Festival Moyo Pengungkit Ekonomi "Samawa"

id Festival Moyo

Festival Moyo Pengungkit Ekonomi "Samawa"

Kemeriahan Festival Moyo (Awaludin)

Pulau Moyo tidak hanya dikenal secara nasional, tapi juga internasional. Harapannya dengan nama itu mampu mejual potensi Sumbawa di nasional dan internasional
"Festival Moyo bukan hanya mempromosikan potensi, tapi menjadi salah satu ikhtiar dalam rangka promosi pariwisata dan sektor lain, sehingga jadi daya ungkit ekonomi," kata Bupati Sumbawa Jamaludin Malik.

Itulah kalimat yang dilontarkan orang nomor satu di Kabupaten Sumbawa, itu di hadapan ribuan rakyatnya dan para pejabat pemerintah pusat serta Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang hadir pada acara pembukaan Festival Moyo 2014 yang digelar di lapangan Pahlawan Sumbawa Besar, Kabupaten Sumbawa, Sabtu (27/9).

Pembukaan Festival Moyo 2014 ini dimeriahkan dengan penampilan 640 pemain Sarembang Ratib, yang terdiri atas anak-anak dan orang tua. Mereka secara serempak memainkan rebana. Berpakaian khas putih dengan ikat pinggang dari kain tenun khas Sumbawa serta mengenakan peci menunjukkan identitas warga "Samawa" (Suku Sumbawa) yang religius.

Suara tabuhan rebana kemudian disambut dengan penampilan tarian tradisional "Serembang Rebana" yang dimainkan oleh puluhan siswa-siswi dari 25 kecamatan di Kabupaten Sumbawa. Dengan pakaian khas Sumbawa, mereka memukau para tamu undangan.

Tarian tradisional daerah "Samawa" itu pernah ditampilkan di ajang lomba tari yang digelar di Malaysia.

Festival Moyo sudah menjadi kalender tetap Pemerintah Kabupaten Sumbawa dan sudah digelar sebanyak tiga kali.

Pemerintah Kabupaten Sumbawa menyemarakkan acara tahunan tersebut dengan berbagai rangkaian kegiatan, seperti pawai tradisi asli suku Samawa yaitu "Junyung Pasaji", yakni mengantar persembahan ke masjid. Tradisi tersebut biasanya dilakukan pada acara peringatan hari besar Islam.

Kemeriahan pawai budaya makin beragam dengan hadirnya "Gendang Beleq" (gendang besar) dari Kabupaten Lombok Timur. Pemkab Sumbawa sengaja mengundang kabupaten/kota lainnya di NTB, untuk ikut memeriahkan Festival Moyo 2014.

Ribuan orang warga Sumbawa tampak antusias menyaksikan parade budaya tersebut. Mereka rela berjubel di pinggir jalan depan pendopo Bupati Sumbawa untuk melihat berbagai busana adat dan budaya dari 25 kecamatan dan kabupaten/kota lainnya di NTB.

Rangkaian kegiatan lainnya adalah Pekan Budaya Samawa yang digelar di lapangan Pahlawan Sumbawa. Ada juga pameran produk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), pacuan kuda, sepeda gunung, barapan kebo (Balapan kerbau), "diving", jelajah wisata motor, lari 10 kilometer, dan Samawa Basarune. Berbagai kegiatan itu digelar mulai 27 September hingga 6 Oktober 2014.

Kegiatan itu memang tidak dipusatkan di Pulau Moyo yang terletak sekitar tiga kilometer dari daratan Sumbawa.

"Pulau Moyo tidak hanya dikenal secara nasional, tapi juga internasional. Harapannya dengan nama itu mampu mejual potensi Sumbawa di nasional dan internasional," kata Bupati Sumbawa yang biasa disapa JM.

Apa yang diucapkan JM memang fakta. Hal itu dibuktikan dengan kunjungan mendiang Putri Diana dari Inggris untuk menikmati keindahan alam Pulau Moyo.

Pulau Moyo seluas 32.044,86 hektare terletak di sebelah utara Sumbawa besar dengan jumlah penduduk sekitar 1.944 jiwa (Sensus BPS 2010). Pulau ini dijadikan Taman Wisata Alam Laut dengan luas 6.000 hektar sejak dikeluarkan surat keputusan menteri Kehutanan dan Perkebunan no. 308/KPTs-11/1986 pada 29 September 1986 dan dibawah pengendalian Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) NTB.

Di Pulau Moyo terdapat enam dusun yang berpenduduk, yaitu Dusun Labuan Aji, Brang Rea, Sebotok, Brang Kua, Stema dan Patedong.

Pulau Moyo masih memiliki sekitar 22.000 hektar lebih taman buru, sehingga masih banyak potensi wisata yang dapat digali dan dapat memberikan kontribusi kepada pemerintah daerah dan masyarakat.

Taman buru Pulau Moyo juga sangat menarik untuk dikunjungi karena terdapat beraneka ragam flora dan fauna, terutama Burung Cacatua dan burung bertong.

Lebih lanjut, JM memaparkan Sumbawa merupakan salah satu kabupaten di NTB, yang masuk dalam Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), Koridor V yang memfokuskan pada sektor pariwisata dan ketahanan pangan.

Melalui MP3EI, harapannya NTB tidak hanya termasuk sebagai daerah gerbang pariwisata di kawasan timur Indonesia, tapi juga sebagai daerah yang menunjang kedaulatan pangan Indonesia, melalui kemandirian pangan.

JM yang menjabat Bupati Sumbawa selama dua periode terus berupaya untuk menjadikan daerahnya sebagai penunjang kedaulatan pangan nasional sesuai dengan jargonnya " Samawa Mampis Rungan" atau Sumbawa membawa kebaikan.

Selain sebagai penghasil padi, Kabupaten Sumbawa juga menjadi daerah penyumbang produksi jagung terbesar di NTB, karena memiliki luas areal tanam terbanyak dibandingkan 10 kabupaten/kota lainnya.

Data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura NTB, tercatat Kabupaten Sumbawa memberikan sumbangsih produksi sejak 2010 sebesar 57.425 ton, kemudian pada 2011 naik menjadi 132.554 ton, kemudian pada musim tanam 2012 naik menjadi 192.391 ton dan pada 2013 kembali mengalami kenaikan sebesar 218.466 ton dan pada 2014 diperkirakan mencapai 260 ribu ton lebih.

Kabupaten Sumbawa juga dikenal dengan potensi kerbau yang tidak hanya menghasilkan daging, tapi juga susu kerbau yang sudah diolah menjadi berbagai produk panganan lokal.

Bahkan, kepemilikan kerbau mampu menjadi modal bagi warga Sumbawa untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekkah.

Namun, potensi itu masih belum dioptimalkan melalui sentuhan teknologi yang bisa meningkatkan populasi kerbau dalam waktu relatif singkat seperti yang dilakukan pada ternak ruminansia jenis sapi.

Kabupaten Sumbawa juga memiliki potensi perikanan laut yang bisa dijadikan pendukung sektor pariwisata.

Untuk mengoptimalkan semua potensi itu, kata JM, tentu membutuhkan peran semua pihak, terutama sektor swasta.

"Harapan saya melalui Festival Moyo, tingkat kunjungan wisatawan meningkat. Apalagi hubungan darat dan udara yang menyatukan antardaerah semakin lancar dan mudah," kata Jamaludin Malik.



Gebyar Pesta Jagung

Pada hari kedua kegiatan Festival Moyo 2014, panitia penyelenggara menggelar Gebyar Pesta Jagung. Tujuannya untuk memasyarakatkan konsumsi jagung sebagai sumber karbohidrat selain beras.

Selain itu, dalam rangka memotivasi masyarakat untuk meningkatkan nilai tambah jagung melalui kreatifitas pengolahan. Tidak hanya biji jagung, tapi juga ampas dan bungkilnya bisa dijadikan sebagai produk kerajinan tangan.

Kepala Dinas Pertanian Sumbawa Talifuddin, mengatakan Gebyar Pesta Jagung sebelumnya diadakan secara terpisah dan tidak masuk dalam rangkaian Festival Moyo. "Tapi mulai tahun ini kami memasukkannya sebagai bagian dari Festival Moyo agar even pariwisata tersebut lebih semarak," ujarnya.

Kegiatan tersebut diikuti oleh para pelajar, ibu-ibu dan para pelaku UMKM yang memproduksi olahan jagung dan kerajinan tangan dari bahan baku jagung, ampas dan bungkil jagung.

Jenis lomba yang diadakan adalah lomba produk olahan jagung, pipil memipil jagung, bakar jagung, makan jagung rebus dan prakarya jagung dan kerajinan tangan dari jagung.


                                 Apresiasi Kemenparekraf

Upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sumbawa untuk menggaungkan Festival Moyo 2014 dengan berbagai kegiatan budaya yang disinergikan dengan kegiatan ekonomi kerakyatan mendapat apresiasi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri, Kemenparekraf Tazbir, mengaku bangga melihat bagaimana upaya Pemerintah Kabupaten Sumbawa melestarikan budaya sebagai aset pariwisata. "Kalau budaya daerah ini punah, pariwisata juga akan kena imbas," ujarnya.

Sepanjang perjalanan, ia melihat pemandangan bukit gersang dan rumput berwarna coklat. Bagi Tazbir, kondisi tersebut merupakan sebuah keunikan tersendiri yang dimiliki Kabupaten Sumbawa dan bisa menjadi daya tarik bagi orang luar negeri.

"Gersangnya bukit Sumbawa itu indah dan menjadi daya tarik tersendiri. Rumput coklat itu mungkin biasa bagi orang Sumbawa, tapi bagi orang dari luar negeri mungkin itu aneh dan unik," kata Tazbir menilai.

Memang Sumbawa masih kalah dari Kota Mataram, ibu kota Provinsi NTB dari sisi kunjungan wisatawan, tapi itulah yang harus direspon Pemerintah Kabupaten Sumbawa dalam rangka mengelola potensi sumber daya alam. "Tinggal bagaimana mempromosikannya agar lebih mendunia," kata Tazbir menyarankan.