Kementan: Kualitas Produksi Kedelai Mataram Hebat

id Kedelai Mataram

Kementan: Kualitas Produksi Kedelai Mataram Hebat

Ilustrasi - Produk kedelai di Kota Mataram (Ist)

Kedelai hasil petani Kota Mataram hebat, lebih bagus dari kedelai impor
Mataram, (Antara) - Direktur Aneka Kacang dan Umbi Kementerian Pertanian, Maman Suherman mengatakan kualitas produksi kedelai di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat lebih bagus dibandingkan kedelai impor.

"Kedelai hasil petani Kota Mataram hebat, lebih bagus dari kedelai impor," katanya dalam acara gerakan penguatan pengembangan kedelai 2014 di Mataram, Selasa.

Kegiatan itu dirangkaikan dengan acara panen kedelai jenis Anjasmoro di Kelompok Tani Karya Makmur Kelurahan Rembiga Kecamatan Selaparang. Dihadiri oleh Wali Kota Mataram H Ahyar Abduh, Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultura NTB H Husni Fahmi, jajaran TNI serta anggota dari sejumlah kelompok tani di daerah itu.

Ia mengatakan, dengan memiliki ukuran cukup besar kedelai lokal juga punya keunggulan kadar protein lebih tinggi jika dibandingkan dengan kedelai impor. Hal ini sebagai salah satu bukti bahwa Indonesia mampu mendorong menuju swasembada kedelai.

"Kalau kita mau dan ada kemauan, produktifitas kedelai tentu dapat terus ditingkatkan," katanya.

Dia mengatakan, upaya peningkatan produktifitas tentunya harus dilakukan minimal dengan menargetkan produksi kedelai sebanyak dua ton per hektare. Tentunya didukung dengan beberapa upaya.

Antara lain, dengan memilih salah satu dari 76 varietas kedelai, selanjutnya mengolah lahan dan memupuk tanaman kedelai hingga bisa meningkatkan produksi. Serta memanfaatkan lahan-lahan yang minim air.

"Jika ada lahan yang tidak memiliki air banyak, sehingga tidak bisa ditanamkan padi atau jagung maka tanamlah kedelai. Kedelai tidak membutuhkan banyak air, cukup disiram dua atau tiga kali kedelai sudah bisa tumbuh," katanya.

Selain itu, bagaimana mengamankan produksi dengan mengolah pascapanen, artinya kedelai harus bersih agar berdampak pada nilai jual tinggi. Serta bagaimana berkoordinasi agar dalam pemasarannya bisa lebih menuntungkan.

"Bila perlu para kelompok tani membentuk koperasi, agar harga jual tidak dipermaiankan oleh para tengkulak," katanya.

Dikatakannya, daerah NTB memiliki potensi khususnya dalam pengembangan kedelai karena peluangnya masih bayak. Hal itu dapat terlihat dari potensi lahan yang masih cukup luas, sehingga jika saat ini dilakukan satu kali tanam ke depan bisa ditingkatkan dua hingga tiga kali tanam per tahun.

Selain itu potensi SDM yang tersedia cukup banyak, bahkan keunggulan NTB adalah petani mampu menularkan ilmu dalam cara menanam kedelai kepada generasi muda secara turun-temurun.

Apalagi, katanya, dengan jumlah penduduk Indonesia yang kini mencapai sekitar 240 juta jiwa akan berdampak pada peningkatan kebutuhan pangan sekitar 30-40 persen, sehingga harus ada upaya pemanfaatan lahan secara maksimaal.

Dimana saat ini kebutuhan kedelai di Indonesia mencapai dua juta ton, sementara yang terpenuhi baru sekitar 890 ribu ton lebih pada tahun 2014. Padahal jumlah itu sudah meningkat dari hasil produksi tahun 2013 sekitar 790 ribu ton.

"Selain itu, ke depan harga pangan juga terus akan naik karena konsumsinya semakin banyak. Sekarang harga kedelai ditentukan sebesar Rp7.600 per kilogram dengan ketentuan kadar air 14 persen," katanya.