PMK: Kebakaran di Mataram tercatat 35 Kali

id Kebakaran Mataram

PMK: Kebakaran di Mataram tercatat 35 Kali

Ilustrasi - Kebakaran (Ist)

Selain itu, akibat kompor gas meledak dan pembakaran sampah yang dilakukan dekat bangunan sehingga merampat ke rumah tempat tinggal warga
Mataram,  (Antara)- Musibah kebakaran di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, selama 2014 sudah terjadi 35 kali yang sebagian besar disebabkan arus pendek listrik.

"Selain itu, akibat kompor gas meledak dan pembakaran sampah yang dilakukan dekat bangunan sehingga merampat ke rumah tempat tinggal warga," kata Kepala Seksi Kantor Pemadam Kebakaran (PMK) Kota Mataram Lalu Arifin di Mataram, Sabtu.

Sementara itu, katanya, musibah kebakaran pada 2013 terjadi sebanyak 41 kali, sebagian besar juga disebabkan arus pendek listrik dengan totol kerugian Rp1,3 miliar lebih.

Ia mengatakan, untuk total kerugian 35 kasus kebakaran tahun 2014, PMK belum melakukan rekapitulasi, karena penghitungan biasanya dilakukan pada akhir tahun.

"Namun diprediksi kerugian tahun 2014 mencapai di atas Rp1 miliar, karena adanya beberapa bangunan besar yang terbakar seperti toko dan gudang kayu di Ampenan," katanya.

Dari pengalaman itu, pihaknya berharap masyarakat lebih meningkatkan kewaspadaanya dalam penggunaan alat listrik, alat rumah tangga dan lain-lainnya.

Arifin mengatakan, dalam upaya pencegahan dan antisipasi kebakaran, pihaknya telah melakukan penyuluhan kepada masyarakat di 100 lingkungan.

Dalam penyuluhan itu, masyarakat diberikan informasi bagaimana cara mencegah api kecil agar tidak membesar dan mematikan api agar tidak merambat, terutama untuk ibu rumah tangga yang sehari-hari lebih banyak beraktivitas dengan api dan listrik.

"Kami melatih ibu-ibu agar tidak lari pada saat kejadian, tetapi harus berani bertindak cepat memadamkan api dengan karung, handuk, lap basah dan sejenisnya," ujarnya.

Selain itu, PMK Kota Mataram juga telah memberikan tabung alat pemadam api ringan kepada 200 kepala lingkungan untuk dipasang di luar rumah masing-masing kepala lingkungan.

"Tujuannya agar alat itu dapat digunakan oleh masyarakat untuk mematikan api," katanya.