Polda: Bentrokan di Bima bukan Penyerangan

id Polda NTB

Ini bukan sebuah penyerangan namun anggota hanya mengambil tindakan dalam bentuk pengamanan ekstra karena melihat situasi di lapangan sudah tidak kondusif
Mataram,  (Antara) - Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat menyatakan bentrokan yang terjadi antara mahasiswa Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Taman Siswa dengan pihak kepolisian di Bima pada Senin (24/11) bukan merupakan aksi penyerangan aparat.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah NTB AKBP Muh Suryo S saat ditemui wartawan, Selasa, mengakui kalau sebelumnya tindakan anarkistis para pengunjuk rasa mengakibatkan salah seorang anggota terkena anak panah di bagian dadanya.

"Ini bukan sebuah penyerangan namun anggota hanya mengambil tindakan dalam bentuk pengamanan ekstra karena melihat situasi di lapangan sudah tidak kondusif," katanya.

Ia menambahkan, tindakan yang dilakukan merupakan spontanitas aparat kepolisian saat mengetahui salah satu rekannya terkena anak panah yang diduga dari para pengunjuk rasa.

Terkait hal itu, pengamanan ekstra dilakukan dengan mengamankan sejumlah mahasiswa yang diketahui ikut terlibat dalam aksi unjuk rasa tersebut. "Sejumlah mahasiswa sudah ditahan dan diamankan untuk dimintai keterangan," ujarnya.

Suryo menjelaskan, penahanan dilakukan untuk menyelidiki pelaku yang telah melakukan tindakan anarkistis pada Senin (24/11) yang mengakibatkan salah seorang personel terkena anak panah di bagian dadanya.

Personel yang terkena anak panah adalah Bripda Muhammad Gozali, kini masih mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bima. "Kondisinya sudah mulai pulih. Namun korban masih membutuhkan perawatan," ujarnya.

Bentrokan yang terjadi pada Senin (24/11) diawali dengan upaya kepolisian membubarkan aksi mahasiswa saat menutup jalan menuju Bandara Sultan Muhammad Salahuddin. Namun hal itu ditanggapi dengan lemparan batu dari mahasiswa.

Terkait hal itu, pihak kepolisian mencoba membuat pertahanan di sekitar lokasi untuk mencegah aksi mahasiswa yang semakin brutal. Saat mengetahui salah satu rekannya terkena anak panah, aparat mengambil tindakan dengan mengejar massa hingga ke dalam kampus STKIP Taman Siswa.