Kredit Macet BPR di NTB Mencapai 7,99 Persen

id Kredit Macet

"Non performing loan (NPL) memang jauh lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 10,40 persen, tapi masih di atas ketentuan sebesar lima persen,"
Mataram, (Antara NTB) - Kantor Perwakilan Otoritas Jasa Keuangan Nusa Tenggara Barat mencatat persentase "non performing loan" atau kredit macet seluruh bank perkreditan rakyat di wilayah kerjanya mencapai 7,99 persen hingga 2014, masih jauh dari ketentuan sebesar lima persen.

"Non performing loan (NPL) memang jauh lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 10,40 persen, tapi masih di atas ketentuan sebesar lima persen," kata Kepala Perwakilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nusa Tenggara Barat (NTB) Yusri, di Mataram, Minggu.

Ia mengatakan pihaknya sudah meminta pengurus Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) NTB untuk memperbaiki kinerja persentase kredit macetnya hingga mencapai lima persen pada 2014.

"Tapi ternyata tidak mencapai target yang diharapkan. Memang tidak mudah untuk menekan persentase kredit macet hingga lima persen dalam satu tahun," ujarnya.

Masih tingginya persentase NPL BPR di NTB, menurut dia, disebabkan faktor internal dan eksternal.

Dari sisi internal, yakni masih rendahnya analisis risiko penyaluran kredit dan integritas sumber daya manusia (SDM) di BPR itu sendiri.

Sementara dari sisi eksternal, lanjut Yusri, masih adanya debitur yang beritikad kurang baik atau membandel tidak mengembalikan pinjaman. Bahkan menjual agunan di bawah tangan, meskipun surat-suratnya sudah dijaminkan di bank. Hal itu tentu menyulitkan bank untuk melakukan penyitaan aset yang menjadi jaminan.

Selain itu, adanya risiko bisnis yang dialami oleh debitur. Artinya setelah menerima pinjaman untuk mengembangkan usaha, tapi di tengah perjalanan terjadi kegagalan, sehingga tidak mampu mengembalikan kredit.

"Tapi terkadang niat baik debitur juga untuk membayar utangnya. Uang ada tapi tidak mau bayar, di samping `moral hazard` pengeloa BPR itu sendiri," ucap Yusri.

Meskipun persentase NPL tergolong tinggi, kata dia, bukan berarti BPR di NTB, tidak sehat.

"Meskipun persentase kredit macet tinggi, namun modal dan laba masih tetap tinggi. Jadi belum bisa dikatakan sakit," katanya.

Yusri tetap menyarankan kepada pengelola BPR di NTB, untuk terus meningkatkan tata kelola usahanya, baik dengan cara meningkatkan kualitas SDM dan pemanfaatan teknologi perbankan. (*)