BWS Khawatirkan Debit Air Bendungan Pandanduri Menyusut

id Bendungan Pandanduri

"Kalau sudah operasi, baru dibuka sesuai rencana sistem pengairan, makanya kami tutup dulu. Namun demikian masyarakat sudah memanfaatkan air tanpa ada izin,"
Mataram, (Antara NTB) - Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara Barat mengkhawatirkan debit air Bendungan Pandanduri menyusut akibat adanya pemanfaatan oleh masyarakat Kabupaten Lombok Timur tanpa ada izin resmi.

"Kalau sudah operasi, baru dibuka sesuai rencana sistem pengairan, makanya kami tutup dulu. Namun demikian masyarakat sudah memanfaatkan air tanpa ada izin," kata Humas Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara Barat (NTB) Hanan, di Mataram, Senin.

Ia mengatakan pihaknya belum membuka pintu saluran air yang menuju ke sawah-sawah petani karena masih dalam proses pengisian air bendungan sampai pada level tertentu.

Jika debit air sudah pada level yang disyaratkan, kata Hanan, baru dilakukan pengecekan oleh Balai Keamanan Bendungan Nasional yang kemudian mengeluarkan sertifikat pengoperasian Bendungan Pandanduri.

Sertifikat bisa keluar tegantung pada volume air yang sudah tertampung di dalam bendungan. Oleh sebab itu, pihaknya hingga kini masih melakukan proses pengisian air hingga level yang disyaratkan, baru dilaporkan ke Jakarta.

"Makanya tidak boleh dibuka dulu pintu air, kalau ini terjadi akan lama proses penerbitan sertifikat operasional, itu persoalan kami. Apalagi nanti pada musim kemarau, bisa-bisa debitnya makin menyusut lagi," ujarnya.

Hanan berharap kepada masyarakat Kabupaten Lombok Timur untuk bersabar hingga beberapa bulan ke depan sampai volume air bendungan penuh sesuai dengan yang disyaratkan Balai Keamanan Bendungan Nasional.

Ia juga menegaskan pihaknya tidak bisa melakukan pembongkaran tumpukan karung berisi pasir yang dijadikan tanggul oleh masyarakat untuk mengalihkan air ke sawahnya yang sudah ditanami padi.

"Pembongaran itu bukan kewenangan kami, masyarakat yang membuat ya mereka yang harus membongkar sendiri," katanya.

Ratusan petani dari Kecamatan Jerowaru, Keruak dan Sakra Barat, Kabupaten Lombok Timur, mengalihkan aliran air Bendungan Pandanduri, dengan membendung menggunakan karung berisi pasir dan batu.

Aksi itu dilakukan pada Sabtu (24/1), tanpa ada petugas keamanan yang menghalangi tindakan tanpa izin tersebut.

Para petani membendung aliran air yang bersumber dari bendungan tanpa izin agar bisa mengairi sawahnya yang sudah ditanami padi. Mereka khawatir jika tidak ada pasokan air, maka proses pemupukan tidak bisa dilaksanakan, sehingga padi terancam gagal panen.

Bendungan Pandanduri merupakan satu dari beberapa mega proyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), yang diresmikan oleh presiden saat itu Susilo Bambang Yudhoyono melalui telekonferens dari Jakarta Convention Center (JCC) bersama Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi pada 27 Mei 2011.

Peresmian operasional sekaligus pengisian awal waduk (initial impounding) Bendungan Pandanduri di Desa Swangi, Kecamatan Sakra, dilakukan oleh Menteri Pekerjaan Umum (saat itu) Djoko Kirmanto bersama Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi pada Oktober 2014.

Bendungan yang memiliki kapasitas tampung efektif lebih dari 27,20 juta meter kubik air itu dibangun pada 2011 dengan alokasi anggaran mencapai lebih dari Rp500 miliar dan mampu mengairi sawah seluas 10.273 hektare. (*)