Pariwisata Lombok Tengah Untuk "Indonesia WOW"

id Pariwisata Lombok Tengah NTB

Pariwisata Lombok Tengah Untuk "Indonesia WOW"

Pantai Kuta, salah satu destinasi wisata andalan, Kabupaten Lombok Tengah, NTB (Foto ANTARA/Ahmad Subaidi (1)

"Kalau boleh diibaratkan, seperti mata rantai yang tidak terpisahkan,"
Pariwisata Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, mulai berbenah, mulai dari sisi utara, tengah hingga selatan, tujuannya untuk menjaring wisatawan, menyejahterakan masyarakat, mengembangkan potensi daerah, serta mendukung program pariwisata nasional yang dirilis Kementerian Pariwisata, "Indonesia WOW" (World of Wonderful).

Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, mulai membenahi pariwisata dari sisi utara, tengah hingga selatan bersama seluruh elemen masyarakat dengan membuat strategi dan arah kebijakan.

Pedoman itu kemudian dijadikan sebagai landasan atau kerangka acuan dalam menyusun program apa saja yang dibutuhkan masyarakat setempat. Secara umum ada tiga yang menjadi fokus utama, yakni "agribisnis", "tourism" dan "marine".

Di bidang pariwisata (tourism), Pemkab Lombok Tengah membagi berdasarkan keunggulan masing-masing wilayah atau zona kawasan. Masing-masing kawasan saling menopang, mendukung, berkaitan, mengisi dan bersinergi antarsatu dengan yang lainnya.

"Kalau boleh diibaratkan, seperti mata rantai yang tidak terpisahkan," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lombok Tengah H Lalu Putria.

Ketiga zona itu meliputi, utara, tengah dan selatan atau sering diistilahkan dalam bahasa Sasak, Lombok, sebagai "Aiq Meneng, Tunjung Tilah, Empak Bau" (air tetap bening, teratai tidak rusak, dan ikan tertangkap).

Zona utara mencakup empat kecamatan, meliputi Batukliang Utara, Batukliang, Kopang, dan Pringgarata. Empat kecamatan ini diharapkan mampu mengembangkan konsep agrowisata atau ekowisata.

Beberapa objek wisata yang menjadi tempat andalan untuk dikunjungi wisatawan Nusantara maupun mancanegara banyak terdapat di tempat ini, bahkan objek-objek wisata ini sudah tidak asing lagi karena seringnya dikunjungi.

Objek wisata itu antara lain Aiq Bukak, air terjun Benang Stokel, Benang Kelambu, termasuk terdapat lahan hutan kemasyarakatan (HKm) seluas 2.500 hektare, ada juga kebun kopi seluas 350 hektare.

Selain objek wisata alam juga terdapat kampung budaya, seperti yang ada di Desa Mas-Mas, Kecamatan Batukliang. "Itu baru beberapa potensi pariwisata yang ada di bagian utara. Belum lagi beberapa potensi lain yang hingga saat ini masih belum bisa tergali," ujarnya.

Ke depan diharapkan tempat wisata itu mampu menjadi andalan untuk terus bisa dikembangkan dan dijaga kelestariannya. Termasuk bisa menopang perekonomian masyarakat setempat.

Hal ini tidak lain, kata Putria, untuk kesejahteraan masyarakat dan peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). Namun, tidak semata-mata karena itu, tetapi yang terpenting menjaga kelestarian alam demi masa depan anak cucu di masa mendatang agar lebih baik.

Berbagai kalangan menilai di wilayah utara cocok untuk membangun vila atau tempat pertemuan, mengingat hawanya yang sejuk karena dikelilingi perbukitan dan pegunungan.

"Ada kebun buah sebagai lokasi agrowisata, lokasinya tidak kalah dengan Kota Batu, Malang, Jawa Timur. Lokasi ini cukup potensial untuk dikembangkan karena berada di bawah kaki Gunung Rinjani. Bahkan, di tempat itu kini telah dibuka jalur pendakian menuju gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia itu," katanya.

Jalur ini merupakan jalur resmi, selain jalur pendakian Sembalun di Kabupaten Lombok Timur dan Senaru di Kabupaten Lombok Utara. "Nanti dari daerah utara inilah yang akan menyuplai makanan ke daerah tengah dan selatan," ujarnya.


Agrowisata dan Ekowisata

Pengembangkan konsep agrowisata dan ekowisata di wilayah utara tampaknya ditangkap para investor di kawasan Aiq Meneng. Hal ini sesuai dengan kondisi geografis wilayah yang berbukit dan didukung kesuburan tanah.

Melihat peluang itu, pemerintah daerah setempat bersama Pemprov NTB sebagai pemangku amanah dan kebijakan, tidak ingin tinggal diam menggali potensi tersebut.

Pemerintah daerah bersama Pemprov NTB terus menggali potensi yang ada di kawasan utara kabupaten bermotokan "Tatas Tuhu Trasna" ini. "Muaranya tidak lain adalah demi kesejahteraan masyarakat, bukan hanya masyarakat Lombok Tengah, tetapi juga masyarakat NTB," katanya.

Salah satu potensi yang kini tengah serius digarap di kawasan utara adalah pembangunan taman buah dan bunga atau "hortipark".

Pemkab Lombok Tengah telah menyiapkan areal seluas 300 hektare di Kecamatan Batukliang Utara untuk pembuatan "hortipark" terbesar di Provinsi NTB. Dari 300 hektare lahan yang kini telah disiapkan pemerintah daerah itu, 70 persennya dialokasikan untuk ditanami buah-buahan.

"Sementara 20 persen untuk sayur mayur, dan sisanya 10 persen lagi untuk tanaman bunga. Terkait pendanaan pembuatan hortipark tersebut, seluruhnya ditanggung melalui anggaran pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi NTB," ujarnya.

Sebagian dari rencana besar itu kini sudah terealisasi dengan telah diluncurkannya kawasan "hortipark" oleh Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi, disaksikan pejabat Kementerian Pertanian dan Bupati Lombok Tengah H Moh Suhaili FT. Pembangunan taman buah ini diharapkan dapat menopang kebutuhan buah dan sayur mayur di Lombok Tengah dan NTB.

"Jadi tidak hanya kawasan ini yang akan dikembangkan, tetapi juga Mandalika Resort yang kini akan dijadikan pusat pembangunan pariwisata," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Lombok Tengah Ibrahim.


Pariwisata untuk Ekonomi

Sementara itu, Kepala Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Lombok Tengah Lalu Herdan mengatakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari "Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia" (MP3EI), Kabupaten Lombok Tengah memainkan peranan yang cukup penting. Hal ini karena posisinya berada di Koridor Bali dan Nusa Tenggara yang telah ditetapkan sebagai pintu gerbang pariwisata dan pendukung pangan nasional.

Pengembangan Koridor Ekonomi Bali-Nusa Tenggara bertema "pintu gerbang pariwisata dan pendukung pangan nasional". Tema ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di koridor ini, di mana 17 persen penduduknya masih berada di bawah garis kemiskinan serta memiliki ketimpangan pendapatan yang tinggi.

Arah kebijakan nasional ini kemudian menjadi acuan utama dalam perencanaan pembangunan ekonomi jangka menengah di Kabupaten Lombok Tengah yang kemudian akan fokus pada bidang "agribisnis", "tourism" dan "marine".

Fokus pariwisata di kabupaten ini merupakan prioritas dan rencana pembangunan jangka menengah 2011-2015. Hal ini sejalan dengan yang ditetapkan dalam MP3EI di koridor V, yaitu pengembangan sektor pariwisata.

Sektor pariwisata dipandang mampu menggerakkan ekonomi kreatif dan menyerap tenaga kerja yang siginifikan. Selain itu juga pengembangan sektor pariwisata dapat menggerakkan sektor lainnya karena pariwisata dapat bertindak sebagai pasar bagi produk yang dihasilkan oleh sektor lainnya.

Konsep daya tarik wisata di kabupaten ini adalah komponen destinasi pariwisata berupa sumber daya wisata alam, budaya atau dalam bentuk objek tunggal atau kawasan yang memiliki daya tarik kepariwisataan dan menjadi penggerak motivasi kunjungan wisatawan.

Selain di topang wilayah utara, pariwisata kabupaten ini juga didukung dari zona tengah "Tunjung Tilah". Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah sendiri telah menetapkan zona tengah sebagai sentra industri pariwisata, pusat seni dan budaya.

Sebagai sentra industri pariwisata, pusat seni dan budaya, keberadaan zona tengah disokong empat kecamatan, yakni Praya, Praya Tengah, Praya Timur dan Praya Barat.

Beberapa objek pariwisata yang diandalkan untuk menopang kegiatan kepariwisataan di wilayah ini antara lain Desa Sukarara sebagai sentra kerajinan kain tenun bersama Desa Bleke, Desa Ungga dan Desa Ranggagate sebagai sentra kerajinan perak.

Kota Praya sebagai pusat suvenir, belanja dan kuliner di dukung Desa Batujai sebagai pusat kuliner dan wisata air, kerajinan ketak di Janapria, dan Kopang sebagai pusat kuliner dan anyaman bambu.

Herdan mengatakan, peranan pariwisata dalam kerangka pembangunan daerah memiliki arti yang cukup penting dan strategis. Pembangunan kepariwisataan merupakan bagian integral perencanaan pembangunan daerah dan sektoral.

Spektrum pembangunan kepariwisataan yang luas, multisektor dan lintas wilayah memerlukan perencanaan yang cermat dan terpadu. Karena itu, pariwisata merupakan pilar strategis bagi pembangunan Kabupaten Lombok Tengah, apalagi posisi strategis Lombok Tengah dalam peta kepariwisataan NTB maupun nasional.

Sektor pendukung lainnya adalah keberadaan Bandara Internasional Lombok (BIL) sebagai bandara internasional yang berpengaruh positif terhadap pengembangan daerah ini, sebagai penggerak pembangunan wilayah, karena menunjang kedatangan wisatawan mancanegara dan nusantara.

"Jika berbicara konsep pariwisata daerah ini, maka akan diarahkan pada pengembangan destinasi pariwisata terpadu yang unik, kompetitif dan ramah lingkungan," katanya.

Selain itu, mengembangkan produk wisata yang kompetitif sekaligus komplementer (dalam jenis, skala dan fasilitas) dengan produk wisata yang dikembangkan pusat-pusat pariwisata di tingkat regional Bali, NTB dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Herdan berharap pengembangan kepariwisataan daerah ini dalam tiga kawasan strategis akan mengundang niat para investor untuk menanamkan modalnya. Kehadiran para investor baik nasional maupun asing diharapkan mampu mendorong kemajuan pariwisata Lombok Tengah ke depan.

Namun, katanya, semua itu tentu harus mendapat dukungan masyarakat dalam membantu pemerintah daerah terutama menjaga keamanan dan kondusivitas daerah.

Berdasarkan data yang ada, tingkat kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancananegera ke Kabupaten Lombok Tengah terus meningkat setiap tahunnya. Pada 2014 tingkat hunian hotel mencapai 30 persen. Sementara, wisatawan yang datang berjumlah 350 ribu orang atau kenaikannya mencapai 300 persen, padahal pemerintah daerah hanya menargetkan 70 ribu orang.

Ia mengakui ketersediaan kamar hotel masih menjadi kendala sehingga membatasi para wisatawan untuk menginap. Tingginya jumlah wisatawan ke Lombok Tengah ini tidak terlepas dari keberadaan Bandara Internasional Lombok (BIL), termasuk kepercayaan investor terhadap kondisi daerah terutama menyangkut keamanan dan kemudahan pelayanan dari pemerintah daerah.


Infrastruktur dan Keamanan

Mengoptimalkan pembangunan pariwisata yang merupakan gerbong ekonomi daerah dimaksudkan untuk mendayagunakan potensi sumber daya pariwisata yang dimiliki Kabupaten Lombok Tengah.

Kebijakan pengembangan pariwisata di daerah ini diwujudkan melalui peran lintas sektor dan berbagai pihak, seperti keamanan, dukungan infrastruktur, perdagangan dan industri, pertanian dalam arti luas, pelestarian lingkungan, pemberdayaan masyarakat, peningkatan kualitas sumber daya manusia, transportasi maupun pelayanan prima institusi pemerintah.

Pemerintah pusat dan Pemprov NTB sendiri telah mengalokasikan anggaran untuk pembangunan infrastruktur dalam menunjang sektor pariwisata, menyusul penetapan Provinsi NTB sebagai pendukung MP3EI.

"Total alokasi anggaran yang dikucurkan pemerintah pusat dan Pemprov NTB untuk tahun 2014 mencapai Rp220 miliar," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum NTB Dwi Sugiyanto.

Meskipun secara umum alokasi anggaran untuk daerah ini diperuntukkan kegiatan bina marga, cipta karya, sumber daya air, namun kata Dwi Sugiyanto, tidak lain muaranya adalah pembangunan akses pariwisata sebagai salah satu daerah yang di tetetapkan oleh pemerintah pusat sebagai Koridor V MP3EI.

Salah salah satu program unggulannya adalah ketahanan pangan dan pariwisata. Hal ini selaras dengan program NTB dan Pemkab Lombok Tengah yang juga memiliki program sama yakni "rurung dan reban" atau perbaikan di sektor infrastruktur jalan dan saluran irigasi.

Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah sendiri telah menjamin pemenuhan kebutuhan air bersih, listrik dan infrakstruktur jalan, termasuk jaminan keamanan, menyusul rencana pengembangan kawasan wisata Mandalika Resort. Semua ini untuk mendukung pembangunan pariwisata di daerah itu.


Mandalika Resort

Selain zona utara dan tengah, pariwisata Lombok Tengah juga ditopang melalui zona selatan. Boleh dikatakan, daya tarik pariwisata di daerah ini berada di ujung selatan kabupaten yang terkenal dengan legenda Putri Mandalika ini.

Objek daya tarik wisata (ODTW) alam yang ada di Lombok Tengah cukup banyak dan bervariasi mulai dari utara sampai ke selatan, mulai dari objek wisata air terjun hingga keindahan pantai, begitu juga dengan kekayaan seni, peninggalan sejarah, kerajinan serta adat dan tradisi budaya.

Potensi ODTW yang cukup banyak dan bervariasi tersebut tentunya dapat dijadikan modal berharga dalam menunjang kepariwisataan di daerah ini, apalagi jika diberikan sentuhan teknologi sehingga akan memberikan nilai tambah signifikan dalam mendongkrak pendapatan dan perekonomian daerah.

Sebagai gambaran, di zona selatan memiliki daya tarik utama wisata pantai, panjang garis pantainya mencapai 99 kilometer yang terbagi dalam tiga "stage", yakni timur, tengah dan barat.

Untuk wilayah timur meliputi Teluk Awang, Pantai Akar-akar, Bumbang, Tunak, Sereneng. Selain pariwisata, bagian timur juga merupakan kawasan perikanan. Sedangkan wilayah tengah meliputi Pantai Gerupuk, Buak, Serinting, Tanjung Aan, Seger, Kuta, Benjong. Khusus untuk wilayah ini sudah ditetapkan sebagai kawasan ekonomi khusus (KEK).

Wilayah barat meliputi Pantai Prabu, Are Guling, Tebuak, Mawun, Tampah, Lancing, Mundicemati, Mari, Selong Belanak. Kawasan ini terkenal dengan ombaknya yang bagus sehingga disukai para peselancar untuk "surfing", serta "diving" dan "snorkeling".

Selain wisata pantai, daerah selatan juga terkenal dengan budaya masyarakatnya, karena ada perkampungan adat Sasak masih bisa ditemukan, seperti Dade.

Ke depan, kata dia, melalui daerah inilah Lombok Tengah akan menjadi daerah penyumbang terbesar bagi pariwisata NTB. Potensi Lombok Tengah saat ini boleh dikatakan memiliki kelebihan dari kabupaten lain yang ada di NTB, beberapa potensi itu mencakup keunggulan di sektor objek wisata, perkebunan, perikanan, peternakan, jasa dan perdagangan.

Berdasarkan data, asal wisatawan yang berkunjung ke Lombok Tengah terbagi atas dua pasar wisatawan, yaitu pasar primer terdiri atas wisatawan yang berasal dari Australia, Jerman, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat, sedangkan untuk wisatawan Nusantara berasal dari Jawa Timur, Bali, Sulawesi dan Yogyakarta.

Untuk pasar sekunder terdiri atas wisatawan mancanegara seperti Italia, Prancis, Jepang, Selandia Baru, Swiss, Kanada Singapura, Denmark, Belgia dan Negara-negara di Timur Tengah, sedangkan wisatawan nusantara berasal dari Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tenggara.

Di dalam pembangunan kepariwisataan setidaknya ada tiga indikator utama yang menjadi tolok ukur keberhasilannya yaitu jumlah kunjungan wisatawan, lama tinggal dan jumlah uang yang dibelanjakan.

Data awal RPJMD Lombok Tengah 2011-2015 menunjukkan bahwa rata-rata lama tinggal wisatawan 2,33 hari. Menurut target, untuk tahun 2011 tercatat selama 2,50 hari. Target tersebut telah terlampaui menjadi 3,43 hari dengan rincian rata-rata lama tinggal untuk hotel bintang selama 2,15 hari dan hotel nonbintang atau melati selama 4,71 hari.

Terkait kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika Resort yang dikelola oleh Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), diharapkan akan membawa Lombok Tengah semakin maju dalam pembangunan kepariwisataan.

Untuk mempertahankan itu diperlukan konduktivitas dan ketertiban daerah, harus terjaga sehingga pembangunan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, apalagi saat ini Lombok Tengah adalah pintu gerbang memasuki NTB karena keberadaan Bandara Internasional Lombok.

ITDC adalah BUMN yang ditunjuk pemerintah pusat untuk mengelola Mandalika Resort, kawasan wisata eksklusif seluas 1.175 hektare di pantai selatan Lombok. Terlebih, kawasan wisata ini sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai KEK Indonesia.

Kawasan Mandalika Resort akan dijadikan sebagai kawasan pariwisata ramah lingkungan berkelas dunia. Saat ini, ITDC dan pemerintah akan menyelesaikan pembebasan tanah seluas 135 hektare dari 1.200 hektare lahan kawasan Mandalika Resort.

Menurut dia, yang terpenting pembangunan dan pengembangan kawasan Mandalika Resort harus dapat dirasakan dan dinikmati masyarakat setempat. Seluruh kebutuhan pekerja hotel, vila dan faslitas pariwisata lainnya harus dari masyarakat lokal.

Pemprov NTB menuntut komitmen para investor di kawasan Mandalika Resort untuk ditepati. Artinya, pembagunan kawasan itu harus segera direalisasik an dalam waktu dekat, karena pemerintah daerah telah memberikan jaminan untuk percepatan pembangunan tersebut, salah satuny memberikan jaminan keamanan dan kemudahan dalam proses berinvestasi di lahan seluas 1.200 hektare itu.

Kawasan ini nantinya tidak hanya dijadikan sebagai "ecotourism", tetapi lebih dari itu yakni "smart tourism" yang pada akhirnya akan mewujudkan "smart city" dan "smart province" pertama di Indonesia. Konsep "smart" adalah membangun kawasan "ecotourism" dengan memanfaatkan apa yang dimiliki potensi dan kekuatan lokal setempat.

Pengembangan Mandalika Resort dibagi dalam tiga zona, masing-masing untuk residensial mewah di sisi barat, untuk hotel, vila, dan fasilitas umum di tengah, sementara untuk vila dan hotel eksklusif di sisi timur.

Kawasan Mandalika Resort memiliki lima pantai memikat yaitu Pantai Kuta, Pantai Serenting, Tanjung Aan, Pantai Keliuw, dan Pantai Gerupuk. Ini modal utama pengembangan pariwisata di Lombok Tengah dan umumnya Nusa Tenggara Barat untuk mendukung program kepariwisataan nasional, "Indonesia WOW", katanya. (*)