UNESCO Segera Serahkan Sertifikat Pengakuan Babad Diponegoro

id Babad Diponegoro

"Sertifikat pengakuan tingkat Asia Pasifik sudah diperoleh, sekarang kami sedang menunggu penyerahan sertifikat pengakuan internasional"
Mataram, (Antara NTB) - Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional Dedi Junaedi mengatakan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) segera menyerahkan sertifikat pengakuan internasional terhadap Babad Diponegoro yang merupakan warisan budaya asli Indonesia.

"Sertifikat pengakuan tingkat Asia Pasifik sudah diperoleh, sekarang kami sedang menunggu penyerahan sertifikat pengakuan internasional," katanya di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis.

Dedi berada di Mataram dalam rangka menyosialisasikan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan.

Ia mengatakan pihaknya dalam waktu dekat akan mengadakan seminar menyambut penyerahan sertifikat dari UNESCO terhadap pengakuan Babad Diponegoro.

UNESCO adalah Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan yang berada di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Dedi menambahkan selain Babad Diponegoro, khasanah budaya Indonesia pada zaman dulu yang juga sudah diakui internasional adalah Babad Negarakertagama.

"Babad Negarakertagama dan Babad Diponegoro diakui dunia karena di dalamnya tertuang bagaimana ketatanegaraan dan pemerintahan zaman dulu yang ternyata nenek moyang kita sudah menuliskan itu," ujarnya.

Pada kesempatan itu, Dedi juga meminta kepada masyarakat NTB untuk memberikan informasi jika menemukan atau menyimpan naskah kuno.

Pihaknya akan melakukan survei untuk mengecek keasliannya, kemudian akan dipelihara dan dilestarikan sebagai warisan budaya Indonesia.

Upaya pelestarian naskah kuno milik Indonesia perlu dilakukan agar jangan sampai menjadi hak milik dan hak cipta negara lain.

Pemerintah, kata dia, tentu akan memberikan kompensasi kepada masyarakat yang menemukan atau menyimpan naskah kuno.

"Memang nilai rupiah kompensasinya mungkin tidak sebanding, tapi kita perlu menjaga dan memelihara khasanah budaya bangsa kita agar tidak diakui negara tetangga," kata Dedi. (*)