Petugas haji disiagakan pada setiap persimpangan Mina

id Jemaah Haji

Petugas haji disiagakan pada setiap persimpangan Mina

Ilustrasi. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengunjungi lokasi tenda roboh di Maktab 8 Arafah, Arab Saudi, Selasa malam. (Antara News/Risbiani Fardaniah) (1)

Mekkah (ANTARA News) - Untuk mencegah jemaah tersasar menuju tenda di Mina, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) menyiapkan petugas di persimpangan jalan yang direkomendasikan untuk jemaah Indonesia.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin ketika ditemui di tenda Amirul Hajj di Mina, Arab Saudi, Kamis, malam mengatakan PPIH telah menunjukkan jalur atau jalan yang harus dilalui jemaah haji Indonesia ketika akan melempar jamrah dan kembali ke tenda masing-masing untuk mabit (bermalam) di Mina.

"Jadi jemaah haji harus melalui yang jalan semestinya," ujar Lukman.

Jalur tersebut telah disesuaikan dengan tenda atau maktab tempat jemaah Indonesia bermalam, yaitu 45 maktab di Harratul Lisan (Mina) dan tujuh maktab di Mina Jadid.

Pada jalur tersebut yaitu Jalan Moeasim untuk mereka yang mabit di wilayah Harratul Lisan dan Jalan King Fahd untuk mereka yang tinggal di Mina Jadid.

"Pada jalur itu, di setiap titik persimpangan yang terpecah ada petugas untuk memandu jemaah agar tidak tersesat," kata Lukman.

Oleh karena itu, ia memperkirakan jemaah yang menjadi korban pada peristiwa Mina, Kamis pagi, terbawa arus jemaah lain saat menuju Jamarat untuk melontar jamrah pagi.

"Jemaah yang ada di lokasi dan menjadi korban (musibah Mina) harus dicermati lagi, apa sebabnya. Kemungkinan mereka terbawa arus yang begitu kuat dan banyak ke sebuah titik yg ingin dituju, karena tidak tahu," kata Lukman.

Ia berharap korban meninggal dari jemaah Indonesia tidak bertambah. Sampai pukul 22.00 WA, jumlah jemaah yang meninggal sebanyak tiga orang.

Sebanyak dua orang sudah diidentifikasi yaiti Hamid Atwi Tarji dari Probolinggo, Jawa Timur, dan Busyaiyah Sahrel Abdul Gafar yang berangkat dari embarkasi Batam. Sedangkan satu jemaah lagi belum teridentifikasi karena tidak membawa identitas seperti gelang yang berisi informasi nama, nomor kloter, dan embarkasi.

"Kami terus memantau perkembangan jemaah yang menjadi korban," katanya.

Namun untuk korban cidera, Lukman mengatakan datanya sangat dinamis, sudah ada yang kembali ke kloter dan ada pula yang dirawat.

Sebagian besar jamaah yang meninggal pada peristiwa tersebut adalah orang tua berusia di atas 60 tahun dan perempuan, terutama dari wilayah Arab dan Afrika, termasuk Mesir.


Tersasar

Sementara itu, pada hari pertama lempar jamrah 10 Zulhidjah (24/9) banyak jemaah tersasar di sekitar lokasi lontar jamrah di Jamarat.

Sebagian tidak yakin jalan menuju Maktab masing-masing meskipun petunjuk jalan menuju Moeasim dan King Fahd jelas. Selain itu, ada petugas di persimpangan.

Seorang jemaah dari Jepara, Sudaryatin mengaku tidak tahu jalan ke Maktab 14 tempat ia harus bermabit di Mina, sehingga ikut tim Media Center Haji yang juga akan menuju tenda Misi Haji Indonesia di Mina, yang tidak jauh dari terowongan Moeasim. (*)