BPS NTB: gejolak harga beras menambah kemiskinan

id Harga Beras

BPS NTB: gejolak harga beras menambah kemiskinan

Warga miskin berebut mendapatkan paket sembako murah. (ANTARA/Ahmad Subaidi) (1)

"Diprediksi beberapa bulan kedepan ini harga beras akan terus naik"
Mataram (Antara NTB) - Kepala Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat Wahyudin mengatakan jika harga beras terus bergejolak dalam beberapa bulan ke depan berpotensi menambah angka kemiskinan di daerahnya.

"Melihat kondisi iklim saat ini, di mana El Nino masih berlangsung hingga Desember, bisa diprediksi beberapa bulan kedepan ini harga beras akan terus naik," katanya di Mataram, Kamis.

Ia mengatakan, musim kemarau panjang di NTB, bisa berdampak terhadap upaya petani menanam padi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya karena ketersediaan air yang belum mencukupi untuk mengairi tanamannya.

Kondisi tersebut bisa memicu berkurangnya ketersediaan cadangan pangan berupa beras di tingkat rumah tangga petani. Terlebih lagi, sebagai besar juga petani di NTB, adalah buruh tani yang berbalik menjadi konsumen beras pada kondisi musim paceklik.

Wahyudin menambahkan pihaknya juga masih melakukan kajian produktivitas tanaman padi pada musim tanam 2015.

"Ada indikasi produktivitas menurun menjadi 4,9 ton per hektare dari sebelum mencapai 5 ton per hektare. Tapi di satu sisi, luas lahan produksi kemungkinan bertambah. Tapi ini masih kami analisa," ujarnya.

Ia menyebutkan harga beras di pasaran saat ini di kisaran Rp9.000 hingga Rp11.000 per kilogram untuk kualitas premium dan super, sebelumnya di kisaran Rp8.000-an.

Gejolak harga beras tersebut menyebabkan terjadinya inflasi di NTB, pada September 2015 sebesar 0,44 persen.

Selain menyebabkan inflasi, kata Wahyudin, gejolak harga beras juga telah berkontribusi terhadap penambahan jumlah penduduk miskin di NTB, dari 816.620 orang pada September 2014, bertambah menjadi 823.890 orang pada Maret 2015 atau sebesar 0,05 persen.

Selama periode September 2014 - Maret 2015, penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah sekitar 6.570 orang atau dari 385.310 orang pada September 2014 menjadi 391.880 orang pada Maret 2015.

Begitu pula di daerah perdesaan penduduk miskin bertambah sebanyak 0,69 ribu orang atau dari 431.310 orang pada September 2014 menjadi 432.010 orang pada Maret 2015.

"Gejolak harga beras yang masih terjadi, tidak hanya membebani masyarakat yang hampir miskin, tapi juga masyarakat yang sudah berada dalam kondisi miskin karena mereka harus membeli kebutuhan pokok dengan harga relatif lebih mahal," kata Wahyudin.

Wahyudin berharap agar pemerintah daerah segera melakukan berbagai upaya mengantisipasi terjadinya penambahan angka kemiskinan akibat gejolak harga beras, salah satunya dengan cara menggelar operasi pasar beras bekerja sama dengan Badan Urusan Logistik.  (*)