500 KK di Bima minum air laut

id kEKERINGAN DI BIMA

500 KK di Bima minum air laut

Warga mengantre jatah air saat pendistribusian air bersih di Indramayu, Jawa Barat, Kamis (24/9). (1)

"Ini karena sudah tidak ada air, sehingga warga yang kesulitan terpaksa mau tidak mau harus meminum air laut,"
Mataram (Antara NTB) - Sebanyak 500 kepala keluarga (KK) di Desa Doro O'o Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat, terpaksa harus mengonsumsi air laut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari akibat kekeringan yang melanda daerah itu.

"Ini karena sudah tidak ada air, sehingga warga yang kesulitan terpaksa mau tidak mau harus meminum air laut," kata anggota Komisi V DPRD NTB Misfalah di Mataram, Selasa.

Menurut anggota DPRD NTB dari dapil Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima itu, kesulitan warga memperoleh air ini sudah terjadi sejak musim kemarau melanda wilayah itu, akibatnya sejumlah mata air maupun sumur warga mengalami kekeringan.

"Kalau pun mereka ingin mengambil air harus berjalan 10 kilometer. Itu pun lokasi mata air berada di sekitar pegunungan desa setempat. Di tambah jika gali sumur airnya sudah bercampur air laut, karena geografis desa berada di pingir pantai," ujarnya.

Dia menuturkan, berdasarkan pengakuan warga saat dirinya melakukan reses, mata air sebetulnya bisa saja dialirkan ke desa menggunakan pipa. Namun, karena jauhnya jarak dan anggaran yang terbatas, hal itu sulit terwujud.

"Pernah warga mencoba mengalirkan air menggunakan pipa berukuran 3 inci, tetapi tidak efektif karena air yang dialiri melalui pipa terlalu kecil, sehingga warga mencoba ingin mengalirkan air dengan menggunakan pipa lebih besar, tetapi karena kesulitan anggaran sehingga itu urung dilakukan warga," jelasnya.

Misfalah menambahkan, warga sebetulnya sudah berusaha meminta bantuan Pemerintah Kabupaten Bima hingga Pemerintah Provinsi NTB sejak beberapa tahun lalu, untuk membuat penampungan air dan membantu membiayai pembelian pipa lebih besar untuk mengaliri air dari dua mata air yang ada di gunung, namun kenyataannya hingga saat ini tidak kunjung mendapatkan respons positif dari pemerintah.

"Warga sudah membuat proposal, dalam perencanaannya dibutuhkan anggaran Rp2 miliar. Tetapi permintaan warga tidak pernah mendapat tanggapan," ujarnya.

Selain kesulitan air bersih, warga di desa itu, kata Misfalah, juga harus rela menerima kenyataan, karena tanaman padi tidak ada satu pun yang bisa dipanen akibat gagal panen. Praktis, akibat kekeringan sawah-sawah warga juga menjadi kering dan tandus.

"Gagal panen ini melanda seluruh sawah warga, bahkan selain di Desa Doro O'o, satu lagi Desa Semili di Kecamatan Woha yang menjadi salah satu sumber mata air Kabupaten Bima di musim kemarau ini harus mengalami kekeringan, begitu juga di Desa Sape," katanya.

Karena itu, kata dia, perlu ada upaya lebih lanjut dari pemerintah baik Kabupaten Bima dan Pemerintah Provinsi NTB untuk mencarikan solusi, sehingga warga tidak lagi harus kesulitan air harus meminum air laut.

"Mengingat, warga mengalami kesulitan air ini bukan kali ini, melainkan sudah bertahun-tahun bila musim kemarau tiba. Itu yang disampaikan warga, mereka sangat memmbutuhkan bantuan dan apa yang menjadi aspirasi mereka diharapkan bisa direspons dengan baik oleh pemerintah," kata dia. (*)