BTNGR: penutupan jalur pendakian Rinjani untuk keselamatan

id Gunung Rinjani

BTNGR: penutupan jalur pendakian Rinjani untuk keselamatan

Warga memotret debu vulkanik Gunung Barujari yang menyembur di balik puncak Gunung Rinjani dari Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB. (Antara Foto) (1)

"Penutupan itu bukan main-main, murni untuk keselamatan jiwa dan kepentingan bersama"
Mataram (Antara NTB) - Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Agus Budiono menegaskan penutupan jalur pendakian Gunung Rinjani untuk menjaga keselamatan masyarakat dari bahaya letusan Gunung Barujari.

"Penutupan itu bukan main-main, murni untuk keselamatan jiwa dan kepentingan bersama," kata Agus Budiono, di Mataram, Rabu, menanggapi adanya desakan para pelaku usaha jasa pariwisata yang meminta pemerintah membuka jalur pendakian.

Penutupan jalur pendakian, kata dia, juga bukan atas keinginan dari BTNGR, melainkan mengacu pada rekomendasi Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang memantau aktivitas letusan Gunung Barujari.

Penutupan jalur pendakian juga dikoordinasikan dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Kami terus berkoordinasi dengan PVBMG dan Vulkanologi memberikan rekomendasi terkait ancaman bahaya letusan, bukan dari BTNGR sendiri yang memutuskan. Dari BPBD NTB juga meminta ditutup," ujar Agus.

Dia menambahkan, penutupan jalur pendakian Gunung Rinjani juga sudah diumumkan secara resmi kepada masyarakat luas, khususnya para pelaku usaha jasa pariwisata pendakian.

Pengumuman tersebut disebarkan sejak awal terjadinya letusan Gunung Barujari pada Minggu, 25 Oktober 2015, dengan mengeluarkan asap disertai abu vulkanik. Hingga saat ini status gunung tersebut masih "Waspada" (level II) dengan radius jarak aman tiga kilometer dari pusat letusan.

Dengan status tersebut PVMBG merekomendasikan agar masyarakat tidak mendekati Danau Segara Anak Gunung Rinjani karena sangat dekat dengan pusat letusan.

"Jadi silakan menghubungi BTNGR atau lembaga terkait secara resmi untuk mengetahui kondisi letusan, sehingga bisa dipahami apakah dengan status waspada memungkinkan dan aman untuk dilakukan pendakian," ucap Agus.

Selain karena faktor bencana alam, kata dia, penutupan jalur pendakian Gunung Rinjani juga biasanya dilakukan karena faktor cuaca ekstrem dan perbaikan kualitas lingkungan sekitar jalur pendakian.

Penutupan jalur pendakian secara resmi biasanya dilakukan pada Desember, atau ketika curah hujan sudah tergolong tinggi di atas gunung, sehingga berbahaya bagi keselamatan jiwa pendaki.

Namun, sebelum penutupan dilakukan, BTNGR terlebih dahulu berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait kondisi cuaca terkini.

"Kami biasanya menutup jalur pendakian mulai Desember sampai akhir Maret, kalau penutupan yang sekarang murni karena kondisi status Gunung Barujari," katanya.

Aktivitas letusan Gunung Barujari, saat ini cenderung menurun, meskipun erupsi masih terjadi terus-menerus. Namun, semua pihak diminta tetap waspada akan segala kemungkinan yang bisa terjadi.

Gunung Barujari dengan ketinggian 2.376 meter dari permukaan laut (mdpl) dan berada di sisi timur kaldera Gunung Rinjani meletus pada Minggu, 25 Oktober 2015, sekitar pukul 10.45 WITA, dan hingga saat ini masih mengeluarkan asap disertai abu vulkanik.

Gunung Barujari juga disebut sebagai anak Gunung Rinjani (3.726 mdpl) oleh masyarakat Pulau Lombok karena terbentuk di area Danau Segara Anak Gunung Rinjani pada 1944. (*)