Dosen Teknik Unram Tawarkan Pemda Energi Angin

id energi angin

Dosen Teknik Unram Tawarkan Pemda Energi Angin

Ilustrasi

"Sebenarnya, daerah kita ini sangat potensial untuk menjadi tempat pengembangan energi angin, terutama di wilayah pesisir pantai,"
Mataram, (Antara NTB) - Muhamad Irwan ST MT, salah seorang dosen yang mengajar di Fakultas Teknik Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat, menawarkan sekaligus mengajak pemerintah daerah (pemda) untuk mengembangkan energi alternatif, tepatnya angin.

"Sebenarnya, daerah kita ini sangat potensial untuk menjadi tempat pengembangan energi angin, terutama di wilayah pesisir pantai," kata Irwan di Mataram, Jumat.

Ide itu ditawarkannya, melihat ketersediaan pasokan daya listrik yang ada saat ini, khususnya di Kota Mataram, sudah sangat kurang. Sedangkan, populasi penduduk yang diimbangi dengan peningkatan kebutuhan masyarakat dalam hal listrik, terus terjadi peningkatan.

"Persoalan ini harus segera dicarikan solusi yang tepat," ucap pria asli Kabupaten Dompu lulusan pascasarjana di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta itu.

Apalagi, kondisi terakhir pasokan daya listrik untuk wilayah Lombok, diketahui mengalami defisit sebesar 45 megawatt, akibat rusaknya mesin Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeranjang Unit III.

Defisit sebesar 45 mwatt itu langsung disiarkan oleh Deputi Manager Hukum dan Humas PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Wilayah NTB Amrullah pada 18 November 2015.

Diketahui, mesin Unit III, merupakan salah satu dari tiga unit yang ada di PLTU Jeranjang, setiap unitnya dapat menghasilkan daya listrik mencapai 25 mwatt, jika dijumlahkan pasokan daya listrik yang tersedia bisa mencapai 75 mwatt.

Akibatnya, PLTU Jeranjang yang sudah terinterkoneksi dengan kebutuhan daya listrik di Lombok ini, terpaksa harus "bergelap-gelapan", hingga lima jam per harinya. Sesuai yang diungkapkan PLN NTB, pemadaman bergilir akan berlangsung setiap harinya mulai pukul 18.00-22.00 WITA.

Langkah tersebut dilakukan, karena beban puncak yang terjadi pada malam hari, membutuhkan pasokan daya listrik mencapai 205 mwatt, sedangkan daya yang tersedia dari PLN NTB hanya sebesar 160 mwatt.

Mengetahui kabar tersebut, pria yang mengajar di bidang elektronika ini meminta kepada pemda untuk bergerak cepat dan ide yang dia tawarkan, dinilainya tepat untuk memecahkan persoalan listrik di Lombok, khususnya Kota Mataram.

"Jadi kita buat pembangkit kincir angin skala kecil, dan di produksi secara massal. Investasinya cukup sekali, tapi pemanfaatannya jangka panjang. Karena energi yang dimanfaatkan ini tidak akan pernah habis," ujarnya.

Harganya pun, lanjut Irwan, sesuai dengan "isi kantong", artinya cukup dengan mengeluarkan "uang saku" Rp5 juta, pembangkit kincir angin sudah didapat dengan pasokan daya mencapai 200 watt.

"Saya rasa cukup, dengan 200 watt, bisa menyupplai kebutuhan standar rumahan," katanya.

Sedangkan untuk perawatannya, tutur Irwan, ini bisa dikelola oleh pihak pemda atau menyerahkannya kepada pihak ketiga. Dengan cara itu pun, bisa memberikan peluang sekaligus lapangan pekerjaan di bidang kelistrikan.

Sehubungan dengan apa yang telah dipaparkannya, energi alternatif dengan pemanfaatan angin ini menjawab persoalan yang tengah dihadapi Kota Mataram.

Menambah pengetahuan, Indonesia yang merupakan negara kepulauan, dengan 2/3 wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia. Melihat kondisi ini, Indonesia berpotensi untuk dijadikan tempat pengembangan pembangkit listrik tenaga angin.(*)