Membangun Pusat Wisata Kuliner "loang Baloq"

id mataram wisata kuliner

Membangun Pusat Wisata Kuliner "loang Baloq"

Taman Loang Baloq di Kota Mataram akan dijadikan pusat wisata kuliner

...Tak jauh dari pantai itu terdapat pohon beringin yang menjulang tinggi dengan akar yang mendekap sebuah makam tua..."
Deretan bangunan bergaya "art deco" peninggalan pemerintahan Belanda yang menghiasi kota tua itu menjadi saksi sejarah kejayaan Kota Ampenan puluhan tahun silam.

Tak jauh dari pantai itu terdapat pohon beringin yang menjulang tinggi dengan akar yang mendekap sebuah makam tua.

Konon makam yang diselimuti akar pohon beringin itu merupakan tempat dikuburkan jasad salah seorang penyebar agama Islam Maulana Syech Gaus Abdurrazak.

Makam Loang Baloq di Kelurahan Tanjung Karang, Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, itu merupakan salah satu objek wisata religi di Kota Mataram yang ramai dikunjungi wisatawan.

Objek wisata Taman Loang Baloq yang dikeramatkan sebagian warga Lombok itu dibanjiri pengunjung terutama pada saat Idul Fitri dan Idul Adha untuk berziarah.

Namun pengelolaan objek wisata itu dinilai belum maksimal. Karena itu, Pemerintah Kota Mataram akan menyerahkan pengelolaan objek wisata Taman Loang Balok ke pihak swasta. Objek wisata religi itu telah dilengkapi fasilitas rekreasi.

Untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke tempat wisata itu,

Pemerintah Kota Mataram sedang merancang Taman Loang Baloq menjadi pusat wisata kuliner ikan laut.

"Kita ingin menyediakan ruang di Taman Loang Baloq untuk kuliner ikan laut seperti halnya di objek wisata kuliner Nipah Kabupaten Lombok Utara," kata Penjabat Wali Kota Mataram Hj Putu Selly Andayani.

Ia mengatakan potensi perikanan di Kota Mataram ini harus dikelola secara maksimal agar mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang ke kota ini.

Selama ini, kata Putu Selly, hampir semua ikan yang dijual oleh pedagang di pinggir Pantai Nipah merupakan hasil tangkapan nelayan Ampenan.

"Kalau kita bisa mengolah sumber daya alam sendiri, keuntungannya tentu semakin menjanjikan. Masa` ikan-ikan kita hanya dijual ke Nipah," ujarnya.

Kawasan wisata Pantai Nipah yang berada di Kabupaten Lombok Utara cukup dikenal dengan objek wisata kuliner ikan bakar dan berbagai menu makanan dari hasil laut, padahal ikan-ikan yang dijual di Nipah didatangkan dari Kota Mataram.

Di sepanjang jalan yang menghubungkan objek wisata Senggigi dengan Pantai Nipah di Kabupaten Lombok Utara itu berjejer gubug sederhana tempat menjual berbagai kuliner khas ikan bakar. Di lokasi itu juga ditawarkan kelapa muda segar.

Terkait dengan itu, mulai saat ini, Pemerintah Kota Mataram akan melakukan penataan di kawasan Pantai Loang Baloq yang juga berada di pinggir pantai sehingga sangat strategis ditata seperti halnya di Nipah.

"Saat ini memang sudah ada beberapa pedagang ikan bakar yang berjualan di Taman Loang Balok, tetapi lokasinya di pinggir jalan sehingga higienisnya kita ragukan," katanya.

Karena itu, katanya, pedagang ikan bakar yang sudah ada saat ini akan ditata dengan menyiapkan lapak-lapak khusus di dalam Taman Loang Baloq, dengan berbagai peralatan higienis termasuk penyediaan air bersih.

"Pembinaan kepada para pedagang kita prioritaskan agar menu ikan bakar yang mereka jual memenuhi syarat kesehatan untuk dikonsumsi dan terjaga kebersihannya agar para pembeli tidak ragu saat makan di taman," katanya.

Putu Selly mengatakan jika Taman Loang Baloq sudah ditata, wisatawan tentu akan tertarik datang, menginap, belanja dan makan di Kota Mataram.

"Selama ini, kesannya, wisatawan hanya menginap saja di Mataram, sementara mereka belanja dan makannya di luar kota," ujarnya.

Selain di Taman Loang Baloq, Pemerintah Kota Mataram juga telah menyusun program penataan kawasan sepanjang pantai di kota itu sebagai pusat kuliner sekaligus objek wisata andalan di daerah ini.

"Penataan akan kita mulai dari sekarang, agar tahun 2016 sepanjang pantai Kota Mataram menjadi pusat-pusat kuliner khas berbagai hasil laut," katanya

Ia mengatakan potensi perikanan dan hasil tangkapan nelayan selama ini dijual ke pedagang di Nipah yang merupakan salah satu pusat kuliner pantai di Kabupaten Lombok Utara.

"Jika kita pandai mengelola potensi yang ada, kita tidak perlu lagi menjual hasil tangkapan ke pedagang di luar kota. Cukup kita kelola secara optimal dalam kota," katanya.

Hal itu, kata dia, dapat memberikan dampak ganda bagi masyarakat di pesisir pantai. Dengan adanya pusat kuliner itu bisa membuka kesempatan usaha bagi masyarakat sehingga berdampak terhadap peningkatan ekonomi dan kesejahteraan warga pesisir.

Terkait dengan itu, kata dia, untuk mewujudkan pusat kuliner di sepanjang sekitar sembilan kilometer pantai di Kota Mataram ini, pemerintah daerah akan mulai melakukan penataan kawasan pinggir pantai.

Penataan yang akan dilakukan, menurut dia, dengan meningkatkan program kebersihan pantai, pembangunan berbagai fasilitas masyarakat, seperti pemasangan penerang jalan umum (PJU).

Selain itu, katanya, pembangunan jembatan penghubung di Kali Gedur dan pemasangan alat pemecah gelombang di setiap muara pantai serta pembangunan fasilitas olah raga dan bermain.

"Penataan ini harus segera dilakukan, agar lahan yang ada saat ini tidak terkapling-kapling lagi oleh warga, yang akhirnya membuat bangunan tidak jelas dan menimbulkan kesan kumuh," ujarnya.

Sementara itu, Lurah Banjar, Kecamatan Ampenan, Muzakir Walad menambahkan untuk mendukung program pemerintah dalam penataan kawasan pantai dan menjadikan pantai sebagai pusat kuliner pihaknya telah menyusun program bagi warga yang berada di pesisir pantai.

"Kami bahkan sudah melakukan pembinaan terhadap sekitar 84 nelayan dan buruh nelayan di kelurahan kami tentang pengelolaan hasil tangkapan ikan," katanya.



"Bakul Night"

Untuk program ini, Kelurahan Banjar menamakan programnya "Bakul Night" artinya Banjar Kuliner Malam, karena masyarakat pesisir hanya akan berjualan mulai sore hingga malam saja.

"Kita berharap program kami ini bisa disinkronkan dengan program yang sedang direncanakan pemerintah kota, sebagai salah satu upaya pemberdayaan masyarakat pesisir," katanya.

Pemerintah Kota Mataram nampaknya cukup serius mengembangkan sektor pariwisata. Ini terbukti dengan akan diberlakukannya peraturan daerah (perda) pariwisata sebagai acuan pembangunan dan pengembangan kepariwisataan di Kota Mataram.

Ketua Asosiasi Hotel Mataram (AHM) Reza Bovier mengatakan keberadaan Peraturan Daerah (Perda) Pariwisata di Kota Mataram penting mengingat saat ini belum ada acuan yang jelas dalam aturan pengembangan dan pembangunan sektor kepariwisataan.

"Keberadaan Perda Pariwisata di Mataram ini sangat penting dan kami siap membantu Dinas Pariwisata Kota Mataram dalam menyusun draf Raperda ini," katanya

Reza mengaku pernah didatangi oleh Dinas Pariwisata Kota Mataram untuk konsultasi rencana penyusunan draf Raperda Pariwisata di Kota Mataram.

"Kami menyambut baik dan sangat mendukung rencana Pemkot Mataram dalam hal ini Dinas Pariwisata yang memiliki inisiatif untuk membuat Perda Pariwisata yang bisa menjadi acuan dalam pembangunan pariwisata di Kota Mataram.

Reza menyarankan dalam draf rancangan peraturan daerah (raperda) itu nantinya hendaknya dimasukjan juga poin-poin penting aturan pembangunan hotel yang harus menyiapkan kawasan parkir sekitar 30 persen dari luas lahan.

Ini penting karena ada juga hotel di Kota Mataram yang menjadikan jalan umum sebagai tempat parkir tamu. Akibatnya, masyarakat umum pengguna jalan merasa terganggu.

Selain itu, juga perlu aturan pembagunan hotel di tengah perkampungan warga, aturan pemeriksaan karyawan yang bertugas di hotel terutama pemeriksaan kesehatannya secara berkala dua kali dalam setahun.

"Pemisahan petugas restoran/chief yang memasak untuk makanan tamu yang muslim dan nonmuslim sesuai dengan kearifan lokal di Pulau Lombok, serta penerapan sertifikasi halal setiap makanan yang ada di hotel, juga perlu dilakukan," katanya.

Menurutnya, yang tak kalah pentingnya juga adalah saat ini belum ada ikon yang jelas terkait kepariwisataan di Kota Mataram ataupun di Provinsi NTB secara umum. Identitas atau ikon pariwisata di Kota Mataram sampai sekarang tidak ada.

"Ikon pariwisata Kota Mataram ini sangat penting sebagai identitas daerah pariwisata," ujarnya.

Reza menambahkan, selain beberapa masukan itu dirumuskan dalam draf raperda, juga penting adanya aturan bahwa hotel harus menyerap produk kerajinan dan makanan dari usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

"Hal itu sebagai bentuk peran hotel dalam membangun perekonomian daerah dan memberdayakan UMKM," katanya.

Pengembangan wisata kuliner merupakan salah satu upaya agar masyarakat kecil, seperti nelayan dan para pedagang ikan laut, dapat menikmati kemajuan sektor pariwisata yang selama ini hanya dinikmati segelintir pengusaha hotel dan restoran. (*)