Wisata Syariah Di Bumi "seribu Masjid" (1)

id lombok wisata halal

Wisata Syariah Di Bumi "seribu Masjid"  (1)

Islamic Center Mataram yang mampu menampung sekitar 10 ribu jamaah dan menjadi induk ribuan masjid di NTB (1)

....Keindahan panorama alam yang dipadu dengan khazanah budaya serta keramahan penduduk menjadi daya ungkit pembangunan sektor pariwisata syariah yang kini sedang dikembangkan pemerintah".
Kehidupan masyarakat yang agamis dalam balutan budaya bernuansa Islami mewarnai detak kehidupan penduduk Nusa Tenggara Barat yang dikenal dengan julukan bumi "Seribu Masjid".

Panorama alam yang memesona dan hamparan pantai yang eksotis serta gunung yang menjulang tinggi nan-menantang, melengkapi anugerah Ilahi di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang kini sedang mengembangkan pariwisata sebagai sektor andalan, setelah pertanian.

Keindahan panorama alam yang dipadu dengan khazanah budaya serta keramahan penduduk menjadi daya ungkit pembangunan sektor pariwisata syariah yang kini sedang dikembangkan pemerintah.

Sejak beberapa tahun terakhir, industri perpelancongan di "Bumi Gora" itu berkembang pesat yang ditandai dengan angka kunjungan wisatawan yang terus menigkat dari tahun ke tahun.

Data Dinas Kebudayaann dan Pariwisata NTB menyebutkan dengan program "Visit Lombok Sumbawa" (VLS) dari target 1 juta wisatawan berhasil direalisasikan sebanyak 2,25 juta orang, meningkat menjadi 2,49 juta pada 2013.

Kemudian dilanjutkan dengan program VLS tahun 2014 dengan target 2 juta wisatawan, berhasil direlisasikan sebanyak 2,51 juta wisatawan dan 2015 angka kunjungan wisatawan hampir menyentuh tiga juta jiwa.

Karena itu pada 2016 Pemerintah Provinsi NTB menargetkan angka kunjungan lebih tinggi, sebanyak 3 juta wisatawan, baik Nusantara maupun mancanegara.

Untuk mewujudkan target tersebut Kementerian Pariwisata telah meluncurkan "branding" potensi wisata NTB, yakni "Pesona Lombok Sumbawa" sebagai salah satu bidang promosi wisata daerah.

Ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari "country branding" Pesona Indonesia dan "Wonder Indonesia" yang telah mendunia.

Keinginan Pemerintah Provinsi NTB untuk mengembangkan sektor pariwisata kian menggelora. Karena itu, ketika Kementerian Pariwisata menggagas pariwisata syariah, Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi langsung menangkap peluang itu.

Ia meyakini konsep pariwisata Islami itu akan menjadi gerbong baru komoditas pariwisata di daerahnya.

Branding pariwisata syariah menjadi tren baru pengembangan pariwisata di Tanah Air. Provinsi NTB ditetapkan sebagai salah satu dari 13 destinasi wisata syariah secara nasional.

Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa dinilai sebagai salah satu daerah paling siap mengembangkan destinasi wisata yang dikemas dengan konsep syariah.

Zainul Majdi mengaku optimistis wisata syariah akan menjadi andalan provinsi ini untuk menarik minat kunjungan wisatawan, khususnya dari Timur Tengah dan negara-negara non-Muslim.

Konsep wisata syariah, menurut dia, lebih kepada wisata keluarga dan pendekatan yang mengakomodir nilai-nilai Islami. Oleh karena itu penataan destinasi wisata, termasuk penyiapan seluruh perangkat, seperti sertifikasi halal perlu dikedepankan.

Untuk mendukung konsep tersebut saat ini Pemprov NTB tengah merancang berbagai hal yang diperlukan untuk menunjang wisata syariah tersebut.

Bahkan sudah ada komitmen yang kuat dari seluruh pelaku pariwisata bersama pemerintah untuk bisa menghadirkan kenyamanan bagi wisatawan.

Pengembangan industri pariwisata yang dikemas dengan konsep wisata syariah ini agaknya cukup beralasan, karena pangsa pasar wisata Islami semakin besar setiap tahun.

Karena itu, kata Zainul Majdi, sekarang ini ada dua pilihan, membiarkan peluang itu berlalu begitu saja atau memanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk menarik wisatawan sebanyak-banyaknya mengunjungi NTB.

Sejatinya NTB ini sangat kaya dengan potensi wisata, jarang ada satu tempat yang memiliki keragaman destinasi wisata seperti ini.

Dari gunung sampai dasar laut, atraksi budaya, kemudian masjid dan budaya daerah yang memiliki atraksi bernuansa Islam cukup bagus dan berpotensi menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke daerah itu.

Pengembangan pariwisata dengan branding wisata syariah ini sebenarnya dihajatkan untuk memberikan ketenangan, keamanan dan kenyamanan kepada wisatawan, khusunya wisatawan Muslim, terutama bagi mereka yang berkunjung bersama keluarga.

"Dengan penerapan konsep wisata syariah itu mereka tidak merasa terganggu dengan aktivitas wisatawan lain, misalnya, yang sedang meminum minuman beralkohol," kata gubernur jebolan Universitas Al Azhar Kairo ini.

Setidaknya ada empat bidang yang telah ditetapkan sebagai fasilitas pilihan untuk mendukung wisata syariah, yakni hotel, restoran yang diberikan label halal, biro perjalanan dan spa serta fasilitas lainnya yang dijamin keamanannya akan terus dikembangkan.

Berbagai fasilitas penunjang itu, menurut Zainul Majdi, akan dilakukan sertifikasi halal oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI dan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI).

Saat ini masih ada yang keliru dalam memahami konsep wisata syariah, sehingga terkesan menakutkan bagi daerah dan pelaku pariwisata dalam penerapannya.

Sejatinya wisata syariah adalah konsep wisata yang di dalamnya mencakup pesona alam, budaya atau objek wisata buatan yang dibingkai dengan nilai-nilai Islam.

Konsep wisata ini telah dikembangkan di sejumlah negara yang penduduknya bukan mayoritas Muslim, sebut saja Jepang, Malaysia, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Taiwan, Thailand, Korea, Prancis, Amerika Serikat dan Jerman, tentunya dengan istilah berbeda.



Penunjang

Berbagai hal yang diperlukan untuk menunjang wisata syariah di NTB sebenarnya sudah tersedia, seperti kuliner yang tinggal diberi label halal.

Demikian juga penunjang lainnya, seperti atraksi budaya bernuansa Islami dan objek wisata religi dan pondok pesantren yang juga bisa diandalkan untuk wisata rohani.

Sejumlah peninggalan sejarah perkembangan Islam, seperti masjid kuno Bayan dan Sesait di Kabupaten Lombok Utara berusia ratusan tahun serta bangunan peninggalan kesultanan di Pulau Sumbawa juga merupakan potensi wisata Islami yang juga menjadi daya tarik wisata.

Kesiapan NTB dalam melaksanakan wisata syariah itu diakui oleh Ketua Asosiasi Pariwisata Islami Indonesia (APII) NTB Fauzan Zakaria.

Ia mengakui meski baru ditetapkan sebagai salah satu destinasi nasional wisata syariah, namun konsep wisata Islami itu sudah dilakukan di NTB jauh hari sebelumnya.

Keberadaan ratusan pondok pesantren di NTB menjadi pondasi kuat pengembangan wisata syariah di daerah itu. NTB telah meletakkan pondasi pengembangan wisata syariah yang didukung oleh keberadaan masjid, kuliner halal, hotel bernuansa syariah dan tentunya keindahan alam dan potensi lainnya.

Program pengembangan wisata syariah itu juga mendapat dukungan kuat dari masyarakat, antara lain di ruang-ruang publik disediakan tempat ibadah, seperti di pusat perbelanjaan, kantor pemerintah dan swasta serta kumandang azan yang selalu terdengar saat masuk waktu shalat.

Tidak hanya itu, pondok-pondok pesantren juga sudah menyiapkan paket-paket wisata islami. Begitu juga wisata kuliner sudah terjamin dengan semakin banyak tersedia rumah makan dan restoran yang dilengkapi label halal serta hotel syariah juga sudah mulai bertebaran.

"Semangat inilah yang memotivasi kami untuk memulai pengembangan wisata syariah di NTB, tanpa bermaksud bersaing dengan konsep wisata konvensional," tutur Fauza Zakaria.

Ia mengatakan wisata syariah jangan dibuat sebagai pesaing, tetapi merupakan gerbong baru pariwisata NTB.

APII ingin menjadikan NTB memiliki karakteristik khusus di dunia pariwisata.

Selain menyasar pangsa pasar wisatawan dalam negeri, NTB bersama Kementerian Pariwisata juga telah melaksaanakan promosi di sejumlah negara Timur Tengah, seperti Dubai, Turki dan Saudi Arabia.

Promosi pariwisata syariah juga akan dilakukan di negara yang tidak memiliki penduduk mayoritas Muslim, seperti negara-negara Eropa, begitu juga negara tetangga di Asia. Di kawsan Asia, potensi pasar wisata syariah ada di Malaysia dan Brunei Darussalam.

Aspek syariah dalam pandangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menjadi lokomotif pengembangan industri wisata syariah di Indonesia karena budaya Indonesia banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam.

Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan dan Kosmetika (LPPOM) MUI Lukmanul Hakim mengatakan konsumsi produk halal dan pemanfaatan produk/jasa yang sesuai dengan kaidah syariah terus meningkat dari waktu ke waktu, seperti perbankan syariah, asuransi syariah, produk-produk halal dengan sertifikat halal MUI.

Menurut dia itu semua menunjukkan industri maupun bisnis dengan kaidah syariah memiliki prospek dan progres sekaligus menjadi `selling point` yang menjanjikan.

Dalam kaitan itu konotasi negatif yang lekat dengan industri pariwisata perlu dihilangkan dan menggantinya dengan hal-hal yang positif.

Tujuan wisata itu di antaranya adalah untuk menyegarkan kondisi rohani, jasmani maupun pikiran. Karena itu, sebagai negara dengan penduduk mayoritas Muslim, sekaligus sebagai upaya menarik lebih banyak kunjungan Wisman.

"Karena itu istilah tiga S, yakni `sun`, `sand` and `sex` atau matahari, pasir dan seks harus diperbaiki menjadi shalat, `shihah` and `shariah based`," imbuh Ketua MUI Amidhan Shaberah. (*)