Angka Kematian Ibu NTB di Bawah Nasional

id Angka Kematian Ibu

"Kami mendorong ibu-ibu untuk melahirkan pada pusat pelayanan kesehatan yang sudah disediakan oleh pemerintah,"
Mataram (Antara NTB)- Angka kematian ibu di Provinsi Nusa Tenggara Barat saat ini tercatat di bawah nasional yakni 251 per 100.000 kelahiran hidup, sementara angka kematian ibu secara nasional sebanyak 259 per 100.000 kelahiran hidup.

Kepala Bidang Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi NTB Rohmi Khoiriyati di Mataram, Kamis, mengatakan, penurunan angka kematian ibu (akino) merupakan satu keberhasilan masyarakat dalam mendukung berbagai program pemerintah provinsi terutama di bidang kesehatan ibu dan anak.

"Untuk mendapatkan angka itu, kami mendorong ibu-ibu untuk melahirkan pada pusat pelayanan kesehatan yang sudah disediakan oleh pemerintah," katanya.

Bahkan, katanya, pemerintah provinsi NTB menyiapkan anggaran khusus sebesar Rp17,3 miliar lebih untuk mendukung biaya persalinan ibu di setiap pusat pelayanan kesehatan.

Pusat pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah poskesdes, klinik, dan rumah sakit. Untuk kasus kelahiran normal pemerintah provinsi memberikan subsidi sebesar Rp300 ribu per kasus, sedangkan bagi ibu berisiko atau melahirkan dengan tindakan tidak normal seperti operasi disediakan subsidi sebesar Rp2 juta per kasus.

"Dana tersebut diberikan untuk seluruh ibu di NTB yang melahirkan baik kaya maupun miskin selama mau dirawat di kelas III," katanya.

Menurutnya, upaya pemberian jaminan kesehatan bagi ibu melahirkan itu memberikan dampak langsung dalam menekan angka kematian ibu dan bayi, sekaligus mendorong ibu melahirkan pada pusat pelayanan kesehatan.

"Karena itu, saat ini kelahiran dengan bantuan dukun beranak sudah tidak ada lagi, kalaupun ada dukun tersebut pasti bermitra dengan poskesdes," ujarnya.

Rohmi mengatakan, selama ini penyebab kematian ibu sebagian besar terindikasi masalah medis, seperti pendarahan, terlalu sering melahirkan dan melahirkan terlalu muda atau terlalu tua.

"Dan semua itu bisa ditangani secara medis, sehingga menekan angka kematian ibu relatif lebih cepat dibanding menekan angka kematian bayi," sebutnya.

Ia mengakui untuk kasus angka kematian bayi saat ini tercatat masih di atas nasional yakni sebanyak 57 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan nasional 32 per 1.000 kelahiran hidup.

Namun demikian, lanjutnya, angka kematian bayi itu turun drastis dari tahun 2007 sebanyak 72 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan nasional di tahun yang sama sebanyak 34 per 1.000 kelahiran hidup.

Ia mengatakan, masih tingginya angka kematian bayi itu karena masalah penyebab kematian bayi jauh lebih kompleks dibandingkan angka kematian ibu.

Masalah angka kematian bayi disebabkan antara lain karena putus pusar, pemberian makan yang terlalu cepat, dan sosial budaya.

"Budaya ini misalnya, ibu hamil yang biasa memeriksa kehamilan di pusat layanan kesehatan tetapi ketika melahirkan pergi ke tempat lain termasuk ke dukun beranak," katanya.

Karena itu, sambung Rohmi, untuk dapat menekan angka kematian ibu dan bayi diperlukan peran serta semua lapisan masyarakat dalam sosialisasi serta peningkatan pemahaman masyarakat. (*)