BPS: pertumbuhan ekonomi NTB tertinggi nasional

id pertumbuhan ekonomi

BPS: pertumbuhan ekonomi NTB tertinggi nasional

Arsip - Sejumlah alat berat melakukan aktivitas penambangan di lubang tambang Batu Hijau milik PT. Newmont Nusa Tenggara (NNT) di Sekongkang, Taliwang, Sumbawa Barat, NTB, Rabu (12/11). (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi) (1)

"Tingginya pertumbuhan ekonomi NTB disebabkan aktivitas perusahaan tambang bijih logam peningkatan produksi"
Mataram (Antara NTB) - Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat merilis pertumbuhan ekonomi daerah secara kumulatif pada 2015 tumbuh sebesar 21,24 persen dan menjadi yang tertinggi secara nasional.

Kepala Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat Wahyudin, di Mataram, Jumat, menyebutkan sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi NTB sepanjang 2015 adalah pertambangan dan penggalian yakni 16,52 persen, diikuti sektor pertanian, kehutanan dan perikanan 1,11 persen dan sektor konstruksi 0,72 persen.

"Tingginya pertumbuhan pada subkategori pertambangan bijih logam, disebabkan oleh aktivitas perusahaan tambang bijih logam di NTB, mengalami peningkatan produksi setelah tidak beroperasi sementara sejak pertengahan 2014," katanya.

Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi selama 2015 tertinggi dicapai oleh pertambangan bijih logam. Namun, jika tanpa sub kategori pertambangan bijih logam ekonomi NTB tumbuh 5,62 persen atau mengalami sedikit perlambatan dibanding dengan pertumbuhan ekonomi pada 2014 yang mencapai 6,16 persen.

Sejak 2000 hingga kini, kata Wahyudin, perekonomian NTB sangat dipengaruhi oleh nilai tambah yang dihasilkan oleh sub kategori pertambangan dan bijih logam. Indikasi ini terlihat jika nilai tambah sub kategori tersebut dieliminasi dari komponen pembentuk produk domestik regional bruto (PDRB) NTB.

Sampai dengan triwulan IV/2015, perekonomian NTB yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp102,79 triliun dan PDRB perkapita mencapai Rp21,26 juta.

"Sementara tanpa sub kategori pertambangan bijih logam, PDRB NTB atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp84,42 triliun," katanya.

Untuk kondisi pertumbuhan ekonomi NTB triwulan IV dibanding triwulan III/2015, kata Wahyudin, mengalami kontraksi minus 8,76 persen, sedangkan tanpa sub kategori pertambangan dan bijih logam mengalami kontraksi minus 6,11 persen.

"Kondisi tersebut dipicu oleh menurunnya aktivitas perkebunan, khususnya perkebunan tembakau yang telah melewati puncak kegiatan," ujarnya. (*)