Pemprov NTB selidiki empat warganya tewas ditembak di Malaysia

id Jembatan Ambruk

Pemprov NTB selidiki empat warganya tewas ditembak di Malaysia

ilustrasi Kepulangan Jenazah TKI Ilegal Warga mengangkat peti jenazah TKI asal NTT yang meninggal di Malaysia saat tiba di Bandara El Tari Kupang, NTT. (ANTARA News) (1)

Mataram (Antara NTB) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat melakukan penyelidikan penyebab ditembaknya empat tenaga kerja Indonesia asal Pulau Sumbawa di Malaysia hingga tewas.

"Saya sudah diperintahkan gubernur untuk mencari tahu masalah sebenarnya," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Nusa Tenggara Barat (NTB) H Wildan, di Mataram, Kamis.

Empat orang tenaga kerja Indonesia (TKI) yang ditembak Polisi Diraja Malaysia hingga tewas adalah Mario Akbar (42) asal Desa Baru, Kecamatan Alas, Imran (25) asal Desa Luar, Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa. Imran diketahui sebagai keponakan Mario Akbar.

Dua TKI yang lain yang tewas tertembak adalah Amrin (25), asal Desa Jorok, Kecamatan Utan, Kabupaten Sumbawa, dan Yahya Maulana (36), asal Desa Lamusung, Kecamatan Seteluk, Kabupaten Sumbawa Barat.

Keempat jenazah korban tiba di kampung halamannya pada Minggu (12/6) dan sudah dimakamkan oleh pihak keluarga.

Wildan mengatakan, pihaknya tidak mendapat pemberitahuan secara resmi baik dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) maupun Konsulat Jenderal (Konjen) di Malaysia, terkait pemulangan empat jenazah yang tewas ditembak polisi tersebut.

Begitu juga dengan keterangan resmi apa penyebab sehingga Polisi Diraja Malaysia menembak empat warga NTB hingga tewas.

"TKI kalau dipulangkan ke daerah biasanya dari KBRI atau Konjen memberi tahu kami walaupun legal, apalagi ilegal," ujarnya.

Pemulangan keempat jenazah TKI ilegal itu, kata dia, tidak ada pengawalan resmi, hanya ada surat keterangan.

Dari informasi yang diperoleh dari Disnakretrans Kabupaten Sumbawa Barat, keempat jenazah itu dipulangkan difasilitasi seseorang yang mengaku sebagai orang asli Kabupaten Sumbawa Barat dan menjadi pengusaha di Batam.

Dari fakta ini, kata dia, pihaknya sudah meminta Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Mataram berkoordinasi dengan BPTKI Tanjung Pinang, untuk menelusuri proses pemulangan jenazah yang difasilitasi oleh orang lain tanpa ada pengawalan resmi dari Pemerintah Indonesia.

"Pemulangan empat jenazah ini kan mahal biayanya, makanya saya diminta gubernur menelusuri siapa yang menyerahkan empat jenazah itu di Batam," kata Wildan.

Sementara itu, Kepala BP3TKI Mataram Ade Kusnadi, mengatakan pihaknya tidak mendapatkan informasi jelas tentang jadwal pemulangan empat jenazah TKI asal Pulau Sumbawa itu dari KBRI di Malaysia.

Namun, pihaknya mendapatkan informasi empat jenazah itu tiba di Lombok International Airport (LIA) di Kabupaten Lombok Tengah, dari Disnakertrans Kabupaten Sumbawa Barat.

Kusnadi juga mengaku tidak mengetahui secara pasti apa penyebab penembakan oleh Polisi Diraja Malaysia dan siapa yang membiayai pemulangan empat jenazah TKI itu.

"Kami hanya dapat informasi dari Disnakertrans Sumbawa Barat bahwa ada empat jenazah TKI yang dipulangkan dari Batam, informasi itu juga dari salah seorang pengusaha di Batam, yang menghubungi pejabat Disnakertrans Sumbawa Barat," katanya. (*)