Belasan ayam warga mati terserang penyakit Ende

id ayam mati

Belasan ayam warga mati terserang penyakit Ende

Ilustrasi - Petugas musnahkan ayam mati terserang penyakit. (ANTARA Foto) (1)

"Ciri penyakit ende ini memang mirip flu burung"
Mataram (Antara NTB) - Belasan ekor ayam milik warga di Lingkungan Irigasi Kelurahan Kekalik, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, mati mendadak dan diduga terserang penyakit ende atau koya dengan ciri mirip flu burung.

"Ciri penyakit ende ini memang mirip flu burung, tetapi dari hasil pemeriksaan cepat tim kami penyebab kematian sekitar 16 ekor ayam itu mati karena terserang penyakit ende," kata Kepala Dinas Pertanian Kelautan dan Perikanan Kota Mataram H Mutawalli di Mataram, Kamis.

Menurut dia, kemungkinan penyebab kematian belasan ekor ayam milik beberapa warga itu karena flu burung kemungkinannya sangat kecil.

Apalagi riwayat kasus flu burung di Kota Mataram sangat sedikit sehingga kecil kemungkinan penyebab matinya belasan ayam warga karena flu burung.

"Tetapi untuk memastikan penyebab kematian ayam secara pasti apakah ende atau ada gejala flu burung, kami sedangmelakukan tes darah yang hasilnya baru bisa diketahui Jumat (1/7)," sebutnya.

Penyakit ende pada ayam, katanya, dipicu perubahan cuaca sehingga menyebabkan ayam tersebut kolaps apalagi jika daya tahan tubuhnya lemah.

"Kondisi itu terjadi karena setelah cuaca panas dan tiba-tiba beberapa hari kemudian hujan lagi," kata Mutawalli.

Sementara, untuk menghindari terjadinya penularan ke unggas-unggas penduduk lainnya, tim DPKP langsung diberikan disinfektan untuk menstreil dan mengisolasi lingkungan tersebut agar tidak menyebar ke lingkungan lainnya.

"Secara menyeluruh kita memang belum melakukan, karena kejadiannya baru satu titik saja dan vaksin kita mencukupi," ujarnya.

Terkait dengan temuan kasus tersebut, pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk dapat mewaspadai gejala penyakit unggas dan jika ada kasus segera melapor ke aparat terdekat agar bisa ditindaklanjuti.

"Untuk bangkainya, masyarakat sebaiknya mengubur dan dibuang sembarangan," kata Mutawalli. (*)