Idul Adha - Khatib Ajak Umat Hadapi Perbedaan Tanpa Kekerasan

id Idul Adha

Idul Adha - Khatib Ajak Umat Hadapi Perbedaan Tanpa Kekerasan

Pelaksanaan salat Idul Adha. (ANTARA News) (1)

"Marilah berbagai perbedaan pendapat, pandangan dan pilihan di antara kita, dicarikan titik temunya dengan cara damai, jauh dari semangat kekerasan dan pemaksaan"
Mataram, 12/9 (Antara) - Khatib khutbah Hari Raya Idul Adha 1437 Hijriah KH Dr Abdul Malik Madaniy mengajak umat Muslim menghadapi perbedaan tanpa kekerasan dan paksaan agar tercipta kedamaian dan keselamatan sesuai ajaran Islam.

"Marilah berbagai perbedaan pendapat, pandangan dan pilihan di antara kita, dicarikan titik temunya dengan cara damai, jauh dari semangat kekerasan dan pemaksaan," katanya ketika memberi khutbah salat Idul Adha di masjid Islamic Center, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin.

Menurut dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta ini, kekerasan bukanlah solusi permasalahan.

Sebaliknya satu bentuk kekerasan akan mengundang terjadinya kekerasan yang lain, yang bahkan sering kali lebih dahsyat dan fatal akibatnya dibandingkan dengan yang sebelumnya.

Abdul mengatakan upaya penyadaran umat akan jati diri mereka sebagai pemeluk agama perdamaian dan kasih sayang dirasakan penting dan mendesak pada beberapa tahun terakhir, terutama setelah munculnya gerakan terorganisir atas nama Islam yang menerbarkan kekerasan dan kekacauan yang menimbulkan petaka kemanusiaan mengerikan.

Ribuan nyawa manusia muslim dan nonmuslim telah menjadi korban kebiadaban, dan ratusan ribu orang terpaksa mengungsi meninggalkan kampung halamannya, menyeberang ke benua lain yang dirasa aman dan ada kedamaian.

Itulah tragedi yang dialami umat manusia di sebagian negara Timur Tengah dan Afrika setelah munculnya Negara Islam Irak dan Syria (ISIS) dan kelompok radikal Boko Haram.

"Kelompok radikal mengatasnamakan Islam itu menganggap bahwa berbagai bentuk teror dan kebrutalan yang dilakukan merupakan realisasi dari perintah jihad (berjuang di jalan Allah) dengan iming-iming surga sebagai balasan pahala bagi pelakunya," ujarnya.

Menghadapi kenyataan tersebut, Abdul menegaskan bahwa Islam tidak pernah menetapkan dan mewajibkan kepada umatnya suatu bentuk negara dan sistem pemerintahan tertentu.

Sistem "khilafah", "imarah" (keemiran), "mamlakah" (kerajaan), kesultanan dan "jumhurriyah" (republik) hanyalah fakta sejarah yang telah dan sedang dijalani umat Islam di dunia.

"Menentukan pilihan di antara semua itu diserahkan kepada umat di masing-masing tempat dan waktu. Hal itu sudah ditegaskan dalam Hadist Nabi Muhammad SAW," ucapnya.

Sesungguhnya, kata dia, jihad sebenarnya yang sangat dibutuhkan saat ini adalah memerangi kemiskinan dan kebodohan umat. Sebab, kemiskinan dan kebodohan merupakan penyakit kronis yang diderita oleh kebanyakan negeri-negeri dengan mayoritas penduduk muslim.

Untuk itu, Abdul mengajak umat Islam memaknai Hari Raya Qurban untuk menciptakan kedamaian, bukan hanya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi juga dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.

"Salah satu pokok dari kata Islam ialah keselamatan dan kedamaian, jadi mari kita resapi dan maknai serta implementasikan makna keselamatan dan kedamaian itu dalam kehidupan kita sehari-hari," katanya.

Pelaksanaan salat Idul Adha 1437 Hijriah di Islamic Center Kota Mataram, diikuti Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi, dan Wakil Gubernur NTB H Muhammad Amin, serta Wali Kota Mataram H Ahyar Abduh dan Wakil Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana. (*)