Istri Gubernur: NTB Hadapi Persoalan Predator Anak

id PREDATOR ANAK NTB

Kita juga menghadapi persoalan perkembangan anak dari sisi gizi buruk dan ancaman predator anak
Mataram (Antara NTB) - Istri Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Hj Erica Zainul Majdi mengatakan daerahnya saat ini menghadapi persoalan predator anak yang melakukan tindak kekerasan dan seksual.

"Kita juga menghadapi persoalan perkembangan anak dari sisi gizi buruk dan ancaman predator anak," kata Hj Erica Erica Zainul Majdi pada acara pelatihan guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), di Mataram, Senin.

Untuk itu, Bunda PAUD NTB ini meminta pada guru PAUD memiliki fungsi ganda, yakni sebagai pengajar anak dan mendukung kemampuan mendidik bagi orang tua murid agar mereka mampu mencegah terjadinya kekerasan seksual terhadap anak.

Erica juga mendorong para guru PAUD untuk mampu mengedukasi anak didiknya tentang tata cara melawan para predator anak melalui metode mendongeng di dalam ruang kelas untuk meningkatkan daya instingnya.

"Saya pernah pengalaman menerapkan metode itu. Anak diajarkan bagaimana merespons teriak tidak boleh ketika bibirnya dicium, dadanya dipegang, pantatnya dan selangkangannya. Saya buktikan, seusai pembelajaran, saya pegang pantatnya, anak-anak itu teriak dan melawan," ujarnya.

Masalah predator anak, menurut dia, harus menjadi perhatian semua pihak. Sebab, anak yang menjadi korban pelecehan seksual cenderung akan melakukan perbuatan serupa ketika dua sudah dewasa.

Para pelaku kejahatan seksual terhadap anak juga cenderung adalah orang-orang dekat di sekitar lingkungan korban.

"Untuk itu, saya mengajak semua orang untuk bisa menjadi polisi anak-anak, sehingga tidak ada ruang bagi predator anak," kata Erica.

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) NTB mencatat kekerasan terhadap perempuan dan anak selama periode Januari-Juni 2016 sudah mencapai 538 kasus.

Jumlah kasus terbesar adalah kekerasan seksual anak dan predator anak.

Data tersebut diperoleh P2TP2A NTB dari Kepolisian Daerah (Polda) NTB sebanyak 130 kasus, Kabupaten Dompu 79 kasus, Lombok Timur 77 kasus, Lombok Barat 54 kasus, Lombok Tengah 52 Kasus, Sumbawa 39 kasus, Kota Mataram 35 kasus, Kabupaten Lombok Utara 23 kasus, Bima 20 kasus, Kota Bima 18 kasus dan Kabupaten Sumbawa Barat 11 kasus.

Berdasarkan hasil pemantauan lembaga tersebut ke seluruh kabupaten/kota di NTB, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah kemiskinan, rapuhnya ketahanan keluarga, teknologi dan informasi yang tidak terkendali serta pendidikan dan sumber daya manusia yang masih rendah. (*)