Bulog NTB Bentuk 250 Rumah Pangan Kita

id Bulog NTB

Bulog NTB Bentuk 250 Rumah Pangan Kita

Seorang warga membeli gula pasir di sarana penjualan Bulog Divre NTB, di Mataram. (ANTARA NTB/Awaludin) (1)

"Itu program nasional dan kami diberikan target membentuk 250 RPK hingga akhir Desember 2016"
Mataram (Antara NTB) - Perum Badan Urusan Logistik Divisi Regional Nusa Tenggara Barat menargetkan membentuk 250 Rumah Pangan Kita (RPK) yang tersebar di 10 kabupaten/kota sebagai ujung tombak dalam pengendalian harga kebutuhan pokok.

"Itu program nasional dan kami diberikan target membentuk 250 RPK hingga akhir Desember 2016," kata Kepala Divisi Regional Badan Urusan Logistik (Bulog) Nusa Tenggara Barat (NTB) Achmad Ma`mun, di Mataram, Selasa.

Dari target 250 RPK, pihaknya sudah merealisasikan sebanyak 76 RPK, di mana 38 unit tersebar di Kota Mataram, dan sekitarnya, selebihnya di wilayah kerja Subdivre Bulog Lombok Timur, Subdivre Bulog Sumbawa, dan Subdivre Bulog Bima.

Komoditas yang dijual melalui RPK adalah beras dan gula pasir. Beras kualitas medium dijual seharga Rp7.900 per kilogram, kualitas premium Rp8.500/kg dan kualitas super Rp9.000/kg, sedangkan gula pasir dijual Rp12.500/kg.

Menurut Achmad, pembentukan RPK pada dasarnya tidak mempertimbangkan jumlah banyak, tapi lebih kepada efektivitas keberadaan sarana penjualan kebutuhan pokok tersebut.

"Kami tidak mau sekadar nama, tapi bagaimana merealisasikan tujuan dari program tersebut, yakni sebagai ujung tombak stabilisasi harga," ujarnya.

Para pengelola RPK, kata dia, sebagian besar adalah perorangan. Ada juga usaha dagang yang sudah berbadan hukum. Mereka diberi peluang untuk bermitra dengan Bulog dalam menjual kebutuhan pokok dengan harga yang sudah ditentukan.

Lokasi RPK juga tidak ditentukan. Namun diutamakan berada di titik-titik yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Misalnya, di pasar tradisional, pusat-pusat keramaian dan jalan utama.

"Pasar tradisional boleh, di perkampungan juga boleh, bahkan ada yang membuka lapak di pinggir jalan agar mudah dilihat masyarakat," kata Achmad.

Selain mengandalkan RPK, kata dia, upaya stabilisasi harga beras dan gula juga dilakukan dengan mengerahkan empat unit mobil operasional Bulog Divre NTB untuk menjual kedua jenis kebutuhan pokok tersebut di pasar tradisional.

Pasar tradisional yang menjadi lokasi penjualan setiap hari adalah, pasar tradisional Mandalika, Pagesangan, dan Kebon Roek. Ketiga pasar tersebut berada di Kota Mataram, sebagai Ibu Kota Provinsi NTB.

"Berbagai upaya stabilisasi harga yang kami lakukan merupakan tugas sebagai anggota Tim Pengendali Inflasi Daerah NTB," ujarnya. (*)