Bulog NTB Serap 117.000 Ton Beras Petani

id Bulog NTB

Bulog NTB Serap 117.000 Ton Beras Petani

Ilustrasi - Petani di Desa Taman Ayu, Kabupaten Lombok Barat, NTB, memanen padi. (ANTARA NTB/Awaludin) (1)

"Realisasi serapan beras sudah mencapai 93 persen dari target yang dibebankan kepada kami sebanyak 126.000 ton"
Mataram (Antara NTB) - Perum Badan Urusan Logistik Nusa Tenggara Barat sudah merealisasikan penyerapan beras dari petani sebanyak 117.000 ton atau sebesar 93 persen dari target pada 2016.

"Realisasi serapan beras sudah mencapai 93 persen dari target yang dibebankan kepada kami sebanyak 126.000 ton pada 2016," kata Kepala Divisi Regional (Divre) Badan Urusan Logistik (Bulog) Nusa Tenggara Barat (NTB) Achmad Ma`mun, di Mataram, Rabu.

Menurut dia, dari total jumlah beras hasil pembelian dari para petani, sebanyak 69.257 ton sudah disalurkan dalam bentuk beras untuk keluarga sejahtera (rastra).

Ada juga yang dikirim ke Nusa Tenggara Timur, sebanyak 5.000 ton untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di provinsi tersebut sesuai penugasan dari direksi.

Sementara sisa beras hasil penyerapan sebanyak 47.743 ton masih tersimpan di gudang untuk cadangan pangan masyarakat NTB hingga enam bulan ke depan atau sampai April 2017.

Stok beras tersebut tersimpan di sejumlah gudang Divre Bulog NTB, yakni di Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, dan Lombok Tengah. Selain itu, di gudang Subdivre Bulog Lombok Timur, Subdivre Bulog Sumbawa, dan Subdivre Bulog Bima.

"Beras yang masih tersimpan di gudang juga sewaktu-waktu bisa dikeluarkan untuk keperluan tanggap bencana," ujar Achmad.

Ia mengatakan, pihaknya terus melakukan pembelian beras dan gabah milik petani atau pengusaha mitra yang masih tersimpan. Namun terkendala dari sisi harga yang relatif mahal, yakni mencapai Rp8.600 per kilogram untuk kualitas medium.

Sementara Bulog diperintahkan membeli beras kualitas medium sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp7.300/kg.

Kendala lainnya, kata Achmad, adalah sebagian besar lahan milik petani sudah mulai memasuki musim tanam padi, sehingga kemungkinan mendapatkan lahan panen di awal musim hujan relatif sulit.

"Yang coba kita beli adalah beras atau gabah yang masih tersimpan di petani atau gudang-gudang mitra Bulog. Itu yang kami harapkan untuk memenuhi target serapan hingga dua bulan ke depan," katanya. (*)