BI NTB Pertimbangkan Perluas Klaster Cabai

id klaster cabai

BI NTB Pertimbangkan Perluas Klaster Cabai

Kunjungan belajar dari Biak, Papua, di "screen house" binaan BI NTB di Desa Lendang Nangka, Kabupaten Lombok Timur. (Ist)

"Kami akan evaluasi dulu program pengembangan klaster cabai yang sudah berjalan"
Mataram (Antara NTB) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Nusa Tenggara Barat mempertimbangkan untuk memperluas klaster cabai organik setelah melihat perkembangan harga komoditas tersebut yang cenderung ekstrem terutama di luar musim.

"Kami akan evaluasi dulu program pengembangan klaster cabai yang sudah berjalan. Kemungkinan untuk memperluas tetap ada," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) NTB Prijono, di Mataram, Senin.

Hal itu dikatakan usai acara pelepasan iring-iringan mobil operasi pasar cabai milik Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional NTB.

Ia menyebutkan, klaster cabai yang sudah dikembangkan pada tahun 2016 berada di Kecamatan Suralaga, Kabupaten Lombok Timur. Luas lahan tanam cabai mencapai 6 hektare (ha).

Ada juga di Desa Lendang Nangka, namun menggunakan "screen house" dengan berbagai jenis tanaman sayuran organik, termasuk cabai.

Penanaman cabai organik di Kecamatan Suralaga, lanjut Prijono, melibatkan kelompok tani. Mereka diberikan bantuan benih dan sarana produksi lainnya.

Ada juga bantuan penerapan teknologi ramah lingkungan yang diberikan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB selaku mitra BI NTB dalam mengembangkan klaster cabai.

"BI tidak jalan sendiri dalam mengembangkan klaster cabai organik, tapi melibatkan Dinas Pertanian dan BPTP NTB," ujarnya.

Menurut dia, produksi cabai organik yang ditanam pada lahan seluas 6 ha sudah mencapai 2.000 kilogram dan panen masih tetap berlangsung hingga saat ini. Jumlah produksi tersebut memang belum terlalu bagus. Sebab cabai ditanam dengan mengandalkan lebih banyak pupuk organik.

Meskipun demikian, hasil produksi di luar musim cabai tahun 2016 lebih bagus dibandingkan sebelumnya dengan sistem tanam semi organik.

"Kami harapkan kalau hasil pengembangan klaster cabai itu bagus, bisa diikuti oleh petani lainnya untuk menanam cabai di luar musim dengan teknologi ramah lingkungan," ujarnya.

BI, kata Prijono, berkepentingan mengembangkan klaster cabai karena merupakan salah satu komoditas pangan terpenting yang berkontribusi terhadap pembentukan inflasi.

"Bobot cabai terhadap pembentukan inflasi memang relatif kecil, tapi tetap harus diperhatikan," katanya. (*)