Operasi Pasar Belum Turunkan Harga Cabai di NTB

id CABAI NAIK

Ini karena masalah ketersediaan stok saja, karena harga bagus di pasar sehingga di ambil daerah lain
Mataram (Antara NTB) - Kepala Dinas Perdagangan Nusa Tenggara Barat Hj Putu Selly Andayani mengakui meski operasi pasar sudah dilakukan tetapi harga cabai belum turun.

"Operasi pasar sudah kita lakukan, tetapi harganya masih tetap naik," kata Selly Andayani di Mataram, Selasa.

Selly mengakui, pada awal operasi pasar (OP) harga cabai sempat turun di kisaran angka Rp90 ribu per kilogram. Setelah pemerintah menjual cabe Rp75 ribu perkilogram.

Namun, selang sehari harganya kembali naik menjadi Rp115 ribu. Meski operasi pasar sudah di gelar di tiga pasar besar di kota Mataram.

"Belum turunnya harga cabai itu, tidak terlepas akibat pengaruh hukum ekonomi pasar. Padahal, stok cabai untuk NTB cukup aman, namun karena banyaknya permintaan dari luar daerah sehingga stok menjadi berkurang," katanya.

Meski harga belum turun, pihaknya berharap masyarakat tidak terlalu panik. Pihaknya memperkirakan kenaikan harga cabai tidak berlangsung lama karena bersifat sementara, tergantung dari permintaan.

"Ini karena masalah ketersediaan stok saja, karena harga bagus di pasar sehingga di ambil daerah lain," ungkapnya.

Kepala Dinas Pertanian NTB Husnul Faozi mengungkapkan, harga komoditi cabai di daerah terus merangkak naik hingga menembus angka Rp115 ribu per kilogramnya.

"Dua hari lalu harganya Rp85 ribu per kilogram, tetapi naik lagi Rp95 ribu per kilogram, kemudian naik lagi Rp115 ribu per kilogram," katanya.

Husnul mengungkapkan, kenaikan harga cabai tersebut, akibat gejala pasar tidak terkait dengan ketersediaan sebab NTB merupakan daerah surplus cabai.

Hanya saja, naiknya harga cabai itu dikarenakan cabai asal NTB banyak di kirim ke sejumlah daerah. Salah satunya Jakarta sehingga menyebabkan persediaan di dalam daerah menjadi berkurang.

"Produksi cabai kita itu 105 ribu ton per tahun dari 5.800 hektare lahan. Saat panen tertinggi 13-14 ribu ton per hektare. Sisanya surplus sekitar 20 ton. Surplus inilah yang juga dibawa keluar," katanya.

Kata dia, dari 5.800 hektare lahan cabai di NTB terluas berada di kabupaten Lombok Timur yang mencapai 4.800 hektare, meliputi kawasan Suralaga, Sembalun dan Masbagik. Dengan kata lain 90 persen di produksi dari daerah itu.

Selain itu, menurut Husnul Faozi, terjadinya kenaikan harga cabai, juga tidak terlepas dari ulah atau perilaku para pedagang itu sendiri. Seharusnya mereka memenuhi pasar di dalam daerah, mereka lebih memilih menjual ke luar.

"Cabai kita yang keluar setiap hari itu 40 ton, tetapi salah pedagang kita ini kirim ke Jakarta tidak pikir pasar di daerah," imbuhnya.

Karena itu, kedepan agar bisa mengantisipasi kenaikan harga seperti itu, pihaknya akan memberikan insentif kepada petani dan pedagang. Salah satunya direncanakan akan bantuan berupa benih dan pupuk bersubsidi.

"Nanti kita akan coba temui petani untuk membicarakan hal ini, dengan harapan bisa menekan harga cabai ke depannya," katanya. (*)