BI Waspadai Risiko Kekeringan di NTB

id BI NTB

BI Waspadai Risiko Kekeringan di NTB

"Risiko kekeringan patut diwaspadai karena berpotensi mempengaruhi produksi pertanian terutama tanaman pangan"
Mataram (Antara NTB) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Nusa Tenggara Barat mengisyaratkan agar mewaspadai risiko kekeringan yang berpotensi melanda provinsi tersebut pada 2017 karena akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

"Risiko kekeringan patut diwaspadai karena berpotensi mempengaruhi produksi pertanian terutama tanaman pangan," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Nusa Tenggara Barat (NTB) Prijono, di Mataram, Kamis.

Terkait dengan risiko cuaca, kata dia mulainya musim kemarau diprediksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) NTB, akan berbeda pada beberapa wilayah di NTB.

Musim kemarau di NTB diperkirakan mulai pada akhir Maret sampai dengan Mei 2017.

BMKG NTB akan mencermati kemungkinan adanya el nino atau normal setelah Mei 2017.

Menurut Prijono beberapa langkah dapat dijalankan untuk memitigasi risiko kekeringan tersebut, antara lain optimalisasi jaringan irigasi, pembangunan infrastruktur pengairan dan evaluasi tata ruang untuk pengaturan lahan.

Selain itu, pengembangan sistem informasi peringatan dini banjir atau kekeringan yang bekerja sama dengan BMKG, penyesuaian tata guna lahan.

"Peningkatan sumber daya manusia khususnya dalam pemahaman perubahan iklim, serta adaptasi teknologi juga perlu dilakukan," ujarnya.

Terkait dengan pertumbuhan ekonomi NTB triwulan I/2017, Kantor Perwakilan BI NTB memprediksi akan melambat, seiring perkiraan perlambatan kinerja ekspor dan investasi.

Prijono mengatakan perlambatan pertumbuhan ekonomi NTB erat kaitannya dengan tertundanya izin ekspor konsentrat hasil tambang hingga Februari 2017.

"Faktor lainnya adalah investasi diperkirakan belum optimal pada triwulan I 2017, seiring dengan belum optimalnya belanja investasi pemerintah pada triwulan pertama," katanya.

Sementara pertumbuhan ekonomi NTB non-tambang, kata dia diperkirakan meningkat pada triwulan I/2017.

Sumber pertumbuhan ekonomi diperkirakan berasal dari meningkatnya konsumsi rumah tangga yang kemudian diperkirakan akan menggerakan pertumbuhan sektor perdagangan.

Perkiraan peningkatan ekonomi non-tambang tersebut sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), yang memperkirakan adanya peningkatan kegiatan dunia usaha pada triwulan I/2017.

Menurut Prijono berbedanya perkiraan arah pertumbuhan ekonomi NTB dengan perhitungan sektor tambang dan tanpa perhitungan sektor tambang disebabkan oleh pangsa sektor pertambangan yang besar dibandingkan sektor lainnya, yaitu sebesar 19,2 persen.

"Pangsa sektor pertambangan memang masih dominan terhadap laju pertumbuhan ekonomi NTB," ujarnya. (*)