KPA : Orang Tua Tonggak Pencegahan HIV/AIDS

id HIV AIDS MATARAM

Karenanya, orang tua harus paham dengan berbagai masalah reproduksi agar dapat mengingatkan anak-anaknya sedini mungkin tentang bahaya HIV/AIDS
Mataram (Antara NTB) - Sekretaris I Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Mataram dr Margaretha Cephas mengatakan, orang tua menjadi tonggak utama dalam upaya pencegahan kasus HIV/AIDS.

"Karenanya, orang tua harus paham dengan berbagai masalah reproduksi agar dapat mengingatkan anak-anaknya sedini mungkin tentang bahaya HIV/AIDS," katanya kepada sejumlah wartawan di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Selasa.

Ia mengatakan, selama ini pelatihan reproduksi banyak menyasar para kader, padahal yang mestinya mendapat pelatihan dan sosialisasi tentang alat reproduksi ini adalah orang tua.

Tujuannya, agar para orang tua bisa mengerti dan jeli melihat perubahan yang terjadi pada anak-anaknya terutama pada saat masuk akil baligh.

Kalau anak laki-laki, katanya, akil baligh bisa ditandani dengan "mimpi basah" atau perubahan suara. Sedangkan perempuan terlihat dari perubahan bentuk fisk tubuh atau datangnya masa menstruasi.

"Setelah anak akil baligh, orang tua harus intensif mengingatkan anak-anak agar tidak bermain terlalu dekat dengan lawan jenis, karena masa-masa itu anak yang tersentuh tubuhnya sangat sensitif sehingga bisa membuka peluang hal-hal yang tidak diinginkan," katanya.

Dengan adanya peran aktif orang tua, tambahnya, setidaknya bisa mengurangi beban pemerintah dalam upaya melakukan pencegahan kasus infeksi menular seksual (IMS), HIV dan AIDS.

KPA Kota Mataram mencatat jumlah HIV/AIDS di daerah itu mencapai 377 kasus sejak 2001 hingga Oktober 2016 yang didominasi usia produktif.

Sebanyak 377 kasus tersebut terdiri atas 197 kasus HIV dan 180 AIDS serta terdapat 113 kasus kematian. Sementara khusus data dari Januari hingga Oktober 2016 kasus HIV terjaring sebanyak 16 dan AIDS sebanyak 12 kasus.

Menurut dia, secara kumulatif jumlah kasus HIV yang lebih banyak dibandingkan dengan AIDS itu memang sesuai dengan harapan.

"Artinya, dengan lebih tingginya temuan kasus HIV mengindikasikan jangkauan pelayanan semakin bagus," ujarnya.

Sebaliknya, kata dia, jika kasus AIDS ditemukan lebih banyak indikasinya jangkauan pelayanan dari petugas lapangan, kader peduli AIDS dan populasi kunci atau orang-orang berisiko tinggi terhadap HIV/AIDS seperti pekerja seks komersil (PSK), pelanggan PSK, pengguna narkoba, homoseksual dan lainnya tidak bergerak atau kurang memberi respon terhadap program penanganan yang dilakukan pemerintah.

"Kasus AIDS yang menyerang sistem kekebalan tubuh akan terlihat lima tahun ke depan, sehingga penanganan HIV yang cepat dapat menurunkan kasus AIDS dan kematian," sebutnya. (*)