Samalas Institute Ajak Pelajar Lombok Tolak Radikalisme

id Samalas Institute

Samalas Institute Ajak Pelajar Lombok Tolak Radikalisme

Direktur Samalas Institute Darsono Yusin Sali, memberikan pencerahan tentang bahaya paham radikal kepada pelajar di Kabupaten Lombok Tengah. (Foto ANTARA NTB/ist)

"Pola penyebaran paham radikal kepada anak-anak kini merambah teknologi dunia maya yang sering diakses pelajar"
Lombok Tengah (Antara NTB) - Samalas Istitute mengajak para pelajar di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, menolak ajaran-ajaran yang mengarah kepada radikalisme karena menyesatkan.

"Pola penyebaran paham radikal kepada anak-anak kini merambah teknologi dunia maya yang sering diakses pelajar," kata Direktur Samalas Institute Darsono Yusin Sali, di Lombok Tengah.

Ajakan tersebut disampaikan pada ratusan pelajar yang menjadi peserta dialog publik dengan tema "Ikhtiar Bersama Menangkal Bahaya Masuk dan Berkembangnya Paham Radikal bagi Kalangan Pemuda di Kabupaten Lombok Tengah, dalam Rangka Merawat dan Menjaga Keutuhan NKRI".

Menurut Darsono, radikalisme yang terjadi di masyarakat saat ini semakin terbuka, bahkan sudah semakin mudah tersebar. Terlebih lagi dengan adanya kasus Negara Islam Irak dan Syam/Syiria (ISIS), yang pahamnya juga mulai tersebar ke negara-negara anggota ASEAN.

Mudahnya paham radikal tersebut menyebar rupanya bukan hanya karena adanya faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Namun juga karena pengaruh dari perkembangan dunia internet.

Untuk itu, ia juga mengajak para orang tua bisa mengontrol aktivitas anak-anak saat menggunakan internet, khususnya jejaring sosial. Setidaknya orang tua mengetahui apa yang sedang diakses oleh anak.

Peran tokoh agama, tokoh masyarakat juga sangat penting dalam menangkal penyebaran paham radikal di tengah masyarakat, terutama bagi para pelajar.

"Menurut pengamat, penyebaran paham radikal melalui lingkup keluarga juga harus diwaspadai," kata Darsono.

Sementara itu, Asisten I Sekretariat Daerah Lombok Tengah Lalu Muhammad Amin mengatakan kedamaian bisa terjaga apabila semua pihak bersatu untuk membangun, bukan mencari-cari hal yang tidak dapat dilakukan.

"Kami berpandangan radikalisme harus disikapi bersama, caranya ialah memperbanyak berdiskusi dan berdialog. Seperti yang kita lakukan saat ini," ujarnya.

Di Islam, kata dia, tidak ada ruang bagi radikalisme, tapi untuk mengantisipasinya apa yang dilakukan Samalas Institute perlu diapresiasi. Terlebih memberikan pencerahan mengenai bahaya paham radikal.

Amin juga memastikan bahwa benih-benih terorisme di daerahnya belum ada, baik dari kalangan pelajar maupun masyarakat dewasa. Namun, pihaknya tetap waspada dan tidak boleh lengah.

"Pemuda Lombok Tengah bebas dari paham radikal dan terorisme. Mereka adalah aset berharga yang akan mengisi cita-cita pembanguan bangsa," ucapnya.

Dialog publik tersebut juga menghadirkan dua nara sumber lainnya, yakni Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Lombok Tengah Wirakarma, dan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lombok Tengah Nasri Anggara. (*)