Masyarakat Lepasliarkan Penyu di Pantai Mapak Indah Mataram

id Penyu Laut

Masyarakat Lepasliarkan Penyu di Pantai Mapak Indah Mataram

Warga melepasliarkan seekor penyu hijau (Chelonia mydas) di pantai Mapak Indah, Kota Mataram, setelah dirawat dua hari karena tertangkap jaring ikan. (Foto ANTARA NTB/Awaludin)

"Penyu yang kami lepasliarkan hari ini termasuk jenis terancam punah. Jadi perlu upaya pelestarian oleh semua pihak"
Mataram (Antara NTB) - Masyarakat peduli lingkungan bersama tim Balai Pengelolaan Sumber Daya Perikanan dan Laut Denpasar Wilayah Kerja Nusa Tenggara Barat dan instansi pemerintah lainnya melepasliarkan seekor penyu hijau (Chelonia mydas) berusia 9 tahun yang tertangkap jaring nelayan di perairan pantai Mapak Indah, Kota Mataram, Kamis.

Penyu hijau yang dirawat selama dua hari oleh masyarakat dilepasliarkan ke perairan laut bersamaan dengan 80 ekor anak penyu lekang (Lepidochelys olivacea) hasil penangkaran warga.

Sebelum dilepasliarkan, penyu hijau dengan panjang 60 centimeter, lebar 53 centimeter dan berat sekitar 30 kilogram itu diberikan tanda terbuat dari titanium. Penanda yang dipasang di bagian sirip sebelah kiri tersebut bertuliskan alamat email Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) NTB.

Selain itu, ada nomor kode 00007 yang menandakan bahwa penyu tersebut merupakan fauna ke-tujuh yang dilepasliarkan oleh BKSDA NTB bersama warga di perairan laut Pulau Lombok. Dengan kode tersebut maka penyu itu tercatat di buku induk dan dilaporkan ke Jakarta serta Badan Internasional Perlindungan Penyu.

Kepala Humas BKSDA NTB Ivan Juhandra, mengatakan penyu hijau dan penyu lekang yang dilepasliarkan tersebut merupakan jenis yang dilindungi sesuai Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem.

"Populasi jenis penyu yang kami lepasliarkan hari ini terancam punah. Jadi perlu upaya pelestarian oleh semua pihak," katanya.

Menurut dia, habitat penyu mengalami gangguan tidak hanya karena faktor manusia, tetapi juga karena kondisi alam. Hal itu menjadi penyebab salah satu fauna laut tersebut terancam punah.

Daerah habitat penyu di Indonesia ada yang sudah beralih fungsi. Misalnya, kawasan pinggir pantai yang menjadi lokasi tempat bertelur penyu sudah dibangun batu bronjong untuk mencegah abrasi.


Ada juga gangguan predator, seperti anjing dan biawak pemakan telur penyu yang ditimbun oleh indukan di kawasan pinggir pantai.

"Kondisi air pasang juga menyebabkan telur penyu di dalam pasir terendam air sehingga menjadi busuk," ujarnya.

Oleh sebab itu, pihaknya terus mendorong kelompok masyarakat pemerhati lingkungan untuk melakukan upaya pelestarian dan penetasan telur penyu.

Salah satu yang sudah menunjukkan kepedulian terhadap kelestarian habitat penyu adalah H Mahendra Irawan.

Pemerhati lingkungan dari Kota Mataram itu membuat rumah penetasan telur dan kolam penangkaran tukik atau anak penyu di kawasan pantai Mapak Indah.

Menurut Ivan, kawasan pantai Mapak Indah merupakan salah satu lokasi penetasan penyu di Kota Mataram, selain di pantai Meninting, Kuranji, dan Lembar, Kabupaten Lombok Barat.

Induk penyu biasanya bertelur pada April-September di kawasan pinggir pantai tersebut setiap tahunnya.

"Kawasan pantai Mapak Indah ini menjadi salah satu tempat penyu bertelur," ucapnya pula.

Pelepasliaran penyu hijau dewasa dan 80 ekor anak penyu lekang tersebut dihadiri oleh Kepala Dinas Perikanan Kota Mataram Hj Baiq Sujihartini.

Selain itu, Koordinator Balai Pengelolaan Sumber Daya Perikanan dan Laut Denpasar Wilayah Kerja NTB Barmawi, anggota TNI Angkatan Laut dan polisi serta anak-anak di sekitar pantai Mapak Indah. (*)