BKSDA Dorong Mataram Kembangkan Wisata Konservasi Penyu

id Penyu Laut

BKSDA Dorong Mataram Kembangkan Wisata Konservasi Penyu

Anak-anak tampak antusias melepas tukik atau anak penyu lekang (Lepidochelys olivacea) hasil penangkaran warga di pantai Mapak Indah, Kota Mataram, NTB. (Foto ANTARA NTB/Awaludin)

"Jadi masyarakat di kawasan pesisir bisa mengambil manfaat berupa jasa lingkungan dari aktivitas ekowisata berbasis konservasi penyu"
Mataram (Antara NTB) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat mendorong Pemerintah Kota Mataram mengembangkan kawasan wisata konservasi penyu dalam rangka meningkatkan angka kunjungan wisatawan.

Kepala Humas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) NTB Ivan Juhanda, di Mataram, Kamis, mengatakan pengembangan kawasan wisata konservasi penyu tersebut bisa dilakukan secara bersinergi dengan pengelola hotel.

Para pengelola hotel bisa mengarahkan tamunya untuk melihat proses penangkaran dan melepasliarkan anak penyu ke perairan laut. Kemudian mereka memberikan donasi untuk keberlanjutan proses penangkaran penyu.

"Jadi masyarakat di kawasan pesisir bisa mengambil manfaat berupa jasa lingkungan dari aktivitas ekowisata berbasis konservasi penyu," katanya kepada Kepala Dinas Perikanan Kota Mataram Hj Baiq Sujihartini pada acara pelepasan 80 ekor anak penyu di pantai Mapak Indah.

Saat ini, kata dia, Kota Mataram memiliki kawasan penangkaran penyu, yakni di pantai Mapak Indah. Warga melakukan penangkaran secara sukarela demi menjaga habitat salah satu fauna laut tersebut.

"Hari ini kami melepas 80 ekor anak penyu hasil penangkaran H Mahendra Irawan, pemerhati penyu di kawasan pantai itu," ujarnya.

Kawasan wisata konservasi penyu, lanjut Ivan, juga bisa menjadi sarana edukasi, tidak hanya bagi anak-anak usia dini dan pelajar. Tapi bisa juga menjadi tempat penelitian bagi mahasiswa Indonesia maupun luar negeri.

Dengan berkembangnya kawasan wisata konservasi penyu, tentu akan berdampak terhadap ekonomi warga di kawasan pesisir. Tidak hanya dari jasa lingkungan, tapi dari aktivitas perdagangan dan transportasi juga.

"Kawasan wisata konservasi penyu juga menjadi salah satu solusi mengatasi perburuan dan perdagangan telur penyu oleh masyarakat," ucapnya pula.

Koordinator Balai Pengelolaan Sumber Daya Perikanan dan Laut (BPSPL) Denpasar Wilayah Kerja NTB Barmawi, juga mendukung pengembangan kawasan wisata konservasi penyu di Kota Mataram, sebagai salah satu paket wisata.

"BPSPL Denpasar, melalui Wilayah Kerja NTB sangat peduli terhadap upaya-upaya pelestarian penyu," katanya.

Menurut dia, upaya konservasi atau pelestarian penyu tidak dapat dilakukan hanya oleh satu institusi, tapi harus berkolaborasi dengan semua pihak, termasuk kalangan swasta pelaku pariwisata.

Pihaknya juga akan mencoba memfasilitasi kelompok masyarakat peduli penyu di Kota Mataram, dengan lembaga lain agar dapat dukungan upaya konservasi.

Pasalnya, kendala dalam melakukan upaya pelestarian salah satu fauna laut tersebut adalah dari sisi pembiayaan.

Barmawi mengatakan, salah satu sumber pendanaan potensial adalah dengan paket wisata pelepasliaran penyu. Hal itu bisa dikerjasamakan dengan pelaku wisata, terutama pengelola hotel.

"Bisa juga dengan dana tanggung jawab sosial perusahaan, seperti PLN, Pertamina dan BUMN lain," ucapnya. (*)