Kabupaten Wakatobi (ANTARA) - Hasil kajian lapangan yang dilakukan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) menemukan berbagai macam jenis sampah di Pantai Huntete, Kecamatan Tomia Timur, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara merupakan kiriman dari berbagai daerah bahkan negara tetangga.
"Kiriman sampah dari laut itu datang dari Lampung, Lombok, Jawa, Ambon, Maluku hingga negara tetangga di antaranya Malaysia dan Vietnam," kata Stakeholder Engagement Coordinator YKAN La ode Arifudin di Wakatobi, Sabtu.
Kajian lapangan tersebut dimulai pada Agustus 2018 namun pengambilan sampel baru dilakukan pada September 2018 atau saat musim angin Timur. Selanjutnya sampel kembali diambil pada rentang waktu Oktober hingga November mewakili musim angin peralihan.
"Desember 2018 hingga Januari 2019 merupakan pengambilan sampel saat musim angin Barat," tambahnya.
Berdasarkan kajian itu, YKAN menemukan bahwa sampah kiriman tadi paling dominan terjadi saat musim angin peralihan dengan volume sampah di pesisir mencapai 444 kilogram, 259 kilogram pada musim angin Barat dan 230 kilogram saat angin musim Timur.
"Secara keseluruhan total 933 kilogram sampah pesisir atau sekitar 51 persen," ujar dia.
Selain itu, pada periode yang sama YKAN juga menghitung volume sampah rumah tangga di daerah tersebut sebanyak 923 kilogram atau setara 49 persen. Artinya sampah kiriman lebih dominan dibandingkan dari masyarakat setempat.
Seorang anak memilah sampah pesisir kiriman dari berbagai daerah bahkan negara tetangga di Kawasan Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Jumat (29/2/2020). (ANTARA/ (Muhammad Zulfikar)
Ia mengatakan pada saat musim angin Barat, sampah datang dari arah Pulau Jawa, Kalimantan dan dari arah Barat Wakatobi. Kemudian saat musim angin Timur sampah kiriman datang dari arah Ambon serta sejumlah daerah Indonesia bagian Timur lainnya.
Penyelesaian masalah atau pengelolaan sampah di Taman Nasional Wakatobi tidak bisa hanya melibatkan satu pihak saja. Karena sampah tersebut datang dari berbagai wilayah sehingga butuh penanganan secara komprehensif.
"Harus banyak pihak. YKAN sendiri cukup berperan dalam membantu penanganan masalah sampah terutama sampah plastik," lanjutnya.
Upaya-upaya yang dilakukan yayasan itu diantaranya edukasi kepada masyarakat dengan cara memungut, memilah sampah organik dan anorganik termasuk membuat Bank Sampah.
Bahkan, kata dia yayasan juga bekerja sama dengan SD Negeri Kulati untuk mengedukasi anak-anak didik tentang bahaya ancaman kerusakan lingkungan akibat sampah.
"Kiriman sampah dari laut itu datang dari Lampung, Lombok, Jawa, Ambon, Maluku hingga negara tetangga di antaranya Malaysia dan Vietnam," kata Stakeholder Engagement Coordinator YKAN La ode Arifudin di Wakatobi, Sabtu.
Kajian lapangan tersebut dimulai pada Agustus 2018 namun pengambilan sampel baru dilakukan pada September 2018 atau saat musim angin Timur. Selanjutnya sampel kembali diambil pada rentang waktu Oktober hingga November mewakili musim angin peralihan.
"Desember 2018 hingga Januari 2019 merupakan pengambilan sampel saat musim angin Barat," tambahnya.
Berdasarkan kajian itu, YKAN menemukan bahwa sampah kiriman tadi paling dominan terjadi saat musim angin peralihan dengan volume sampah di pesisir mencapai 444 kilogram, 259 kilogram pada musim angin Barat dan 230 kilogram saat angin musim Timur.
"Secara keseluruhan total 933 kilogram sampah pesisir atau sekitar 51 persen," ujar dia.
Selain itu, pada periode yang sama YKAN juga menghitung volume sampah rumah tangga di daerah tersebut sebanyak 923 kilogram atau setara 49 persen. Artinya sampah kiriman lebih dominan dibandingkan dari masyarakat setempat.
Penyelesaian masalah atau pengelolaan sampah di Taman Nasional Wakatobi tidak bisa hanya melibatkan satu pihak saja. Karena sampah tersebut datang dari berbagai wilayah sehingga butuh penanganan secara komprehensif.
"Harus banyak pihak. YKAN sendiri cukup berperan dalam membantu penanganan masalah sampah terutama sampah plastik," lanjutnya.
Upaya-upaya yang dilakukan yayasan itu diantaranya edukasi kepada masyarakat dengan cara memungut, memilah sampah organik dan anorganik termasuk membuat Bank Sampah.
Bahkan, kata dia yayasan juga bekerja sama dengan SD Negeri Kulati untuk mengedukasi anak-anak didik tentang bahaya ancaman kerusakan lingkungan akibat sampah.