Mataram (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berencana mempercantik lokasi MotoGP Mandalika dengan menanam pohon sakura sumba, flamboyan, dan tabebuya.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya di Mandalika, Lombok Tengah, NTB, Senin, mengatakan Mandalika adalah satu dari lima destinasi wisata yang harus selesai infrastrukturnya untuk target 2020 sehingga pada 2021 operasional tertentu sesuai agenda wisata bisa dijalankan.
Jika melihat desainnya untuk keperluan wisata dan pemandangan, maka pohonnya harus jenis berbunga, dan penanamannya juga harus dirancang sedemikian rupa.
Oleh karena itu, pohon yang dipilih adalah flamboyan atau Royal poinciana, tabebuya atau Trumpet trees, dan sakura sumba atau pohon konjil.
Bibit yang harus ditanam setidaknya sudah setinggi 1,5 meter dan pendanaannya bisa menggunakan dana Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR), mengingat harga bibit untuk ukuran tersebut cukup mahal, sekitar Rp100 ribu hingga Rp300 ribu per batang.
“Saya minta dirjen, Pak Karli (Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Karliansyah, red.) sama Dirjen DAS, bahwa kita enggak bisa menanam pakai bibit biasa yang 60 sentimeter (cm) atau 80 cm karena tahun depankan harus sudah kelihatan berdiri dan ada bunganya. Karena itu paling tidak satu setengah meter tingginya,” ujar dia.
Ia menyebut alokasi anggaran yang besar jika mengandalkan APBN untuk penanaman bibit pohon seperti itu.
“Kalau yang seperti itu kalau dari APBN terlalu mahal bisa-bisa Rp250 ribu hingga Rp300 ribu satu pohon. Atau Rp100 ribu. Makanya CSR BUMN atau swasta saja kita minta tolong,” katanya.
Saat ditanya apakah seluruh penghijauan tersebut akan menggunakan dana CSR, Siti mengatakan, akan memperhitungkan lagi mana yang memungkinkan dengan APBN.
Ajang balap dunia MotoGP tahun 2021 rencananya digelar di Mandalika, Lombok Tengah, NTB.
Menurut Sporting Director Dorna Sports, Carlos Ezpeleta, MotoGP tersebut digelar pada Maret atau justru akhir 2021.
Lokasi MotoGP Mandalika disebut sebagai sirkuit jalan raya pertama untuk balapan MotoGP, mempunyai panjang lintasan 4,31 kilometer serta 17 tikungan lintasan.
Pohon berbunga
Sakura sumba atau yang dikenal masyarakat setempat Pulau Sumba dengan sebutan pohon konjil memiliki nama ilmiah Cassia javanica. Selain ditemukan di pulau itu, tanaman sejenis juga tumbuh liar di Rote, Timor, dan Flores, NTT.
Warna bunga dari sakura sumba yang berada di Sumba didominasi merah muda pucat, sedangkan di Rote dan Timor lebih ke putih kekuningan dan merah muda.
Setidaknya, kurang lebih tujuh subspecies C. javanica yang tersebar di berbagai negara. Tanaman yang di Jawa disebut Bobondelan itu tahan cuaca kering sehingga bisa untuk penghijauan atau pohon pelindung.
Pohon berbunga yang cepat tumbuh, gugur, atau semi gugur tersebut berbunga saat musim semi memiliki batang lurus yang mencapai ketinggian 25-40 meter.
Sementara flamboyan yang memiliki nama ilmiah Delonix regia merupakan tanaman yang khas dengan pohon besar dan bunga-bunga berwarna merah cerah.
Pohon tersebut biasa dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis sebagai tanaman hias, namun disebutkan terancam punah di habitat aslinya karena perusakan habitat.
Flamboyan tumbuh melebar membentuk seperti kanopi atau payung pada ketinggian 9-15 meter di atas permukaan laut. Apabila tanaman ini tumbuh di daerah dua musim, maka akan gugur saat musim kemarau, tetapi akan tetap hijau pada musim semi dan dingin di daerah dengan empat musim.
Daun flamboyan memiliki bulu di bagian permukaannya. Sistem pertulangan daun berbentuk menyirip, dengan panjang 30,5-50,8 cm dan lebar 11–25 cm. Bunga-bunga pada pohon tersebut mekar secara musiman dan biasanya terjadi pada pertengahan musim panas.
Bunga flamboyan memiliki diameter antara delapan dan 15 cm dan memiliki empat kelopak yang berbentuk menyebarkan berwarna merah atau oranye-merah kelopak dengan panjang 4-7 cm serta satu mahkota tegak. Bentuk kelopak bunganya sedikit lebih besar yang ditandai dengan warna kuning dan putih.
Sedangkan tabebuya merupakan pohon berbunga yang memiliki nama ilmiah Tabebuia. Tabebuya berasal dari Brasil.
Meski tidak berkerabat, bunganya mirip dengan sakura. Pohon tabebuya memiliki kelebihan, di antaranya daunnya tidak mudah rontok, saat musim berbunga akan terlihat sangat indah dan lebat, akarnya tidak merusak rumah atau tembok walau berbatang keras.
Bunga tabebuya sempat menjadi viral di Kota Surabaya, Jawa Timur. Tanaman tersebut sengaja ditanam di sepanjang jalan protokol Kota Pahlawan dan hanya mekar saat ujung musim kemarau.
Bunga-bunga yang mekar berwarna kuning, merah muda, putih, dan ungu itu bisa dijumpai di Jalan Embong Malang, Basuki Rahmat, Kertajaya, Raya Gubeng, Ahmad Yani, Mayjend Sungkono, dan jalan lainnya, selain juga ditemukan di taman-taman kota Taman Surya, Taman Apsari, Taman Bungkul, dan lainnya.
Untuk tabebuya di Surabaya, menurut Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Taman Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Surabaya Pramudita Yustiani, budi daya dilakukan dengan memulai proses pembibitan hingga pemeliharaan yang dilakukan tim khusus yang berjumlah lima orang.
Pembibitan tanaman tersebut gencar dilakukan karena banyak permintaan dari warga Surabaya setelah melihat tanaman itu bermekaran di sejumlah ruas jalan protokol Kota Surabaya setiap November.
Ia mengatakan budi daya tanaman tabebuya tidaklah sulit, hanya menggunakan pupuk organik, di antaranya hasil pengomposan. Tanaman itu pun sebenarnya sudah dibudidayakan lima tahun lalu, jauh sebelum viral.
Untuk di Mandalika, menurut Menteri LHK, juga akan dibuatkan tempat persemaian bibit permanen dan modern yang kemungkinan berjarak lima kilometer dari Mandalika.
Tempat pembibitan tersebut setidaknya memiliki kapasitas 10 jutaan bibit atau bahkan lebih.
“Kalau di daerah tujuan wisata kan, green-nya harus kelihatan, kalau enggak bagaimana. Indonesia kan terkenalnya tropical forest,” ujar Menteri Siti.