Jakarta (ANTARA) - Hasil survei lembaga studi Institute For Demographic and Poverty Studies (IDEAS) mengungkapkan bahwa penghimpunan donasi di lembaga sosial filantropi menurun akibat pandemi COVID-19.
"Dari survei ini kami menemukan fakta bahwa pandemi COVID-19 berdampak pada menurunnya penghimpunan lembaga secara drastis pada kisaran 20 hingga 50 persen," kata peneliti IDEAS Ahsin Aligori dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu.
Survei dilakukan terhadap 100 responden ini menggunakan teknik purposive dengan menyebarkan form survei secara daring di mana 49 persen responden merupakan pegiat sosial yang bekerja pada lembaga amil zakat. Kemudian 15,3 persen bekerja di lembaga yayasan sosial dan 35,7 persen bekerja pada bisnis sosial.
Ia mengatakan biasanya Ramadan merupakan puncak penghimpunan donasi namun tahun ini yang terjadi sebaliknya atau penurunan pengumpulan sumbangan.
IDEAS mengemukakan beberapa faktor di balik penurunan itu, di antaranya gejala resesi ekonomi. "Beberapa lembaga menyatakan bahwa jumlah donasi dari donatur rata-rata menurun 20 persen," kata dia.
Sebelum ini rata-rata donasi sekitar Rp100 ribu namun saat ini hanya Rp70 ribu hingga Rp80 ribu. Profile donatur di masing-masing lembaga 70 persen didominasi oleh penyumbang kelas menengah dari pekerja, karyawan perusahaan dan pebisnis.
Faktor kedua adalah dampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang membuat jumlah donatur berkurang.
"Ketiga, menurunnya transaksi donasi secara langsung karena diberlakukan PSBB dan physical distancing yang ditetapkan oleh pemerintah untuk pencegahan COVID-19," kata dia.
Keempat, walaupun seluruh program kampanye COVID-19 beralih ke daring, lembaga yang memiliki kanal sosial media dan online kurang menyampaikan pemaparan sehingga tanggapan online dari publik pun kurang.
Faktor lainnya adalah semakin banyaknya lembaga filantropi, organisasi masyarakat, dan media bermunculan membuka kanal donasi sama untuk COVID-19.
"Walaupun terjadi penurunan penghimpunan, lembaga sosial berkeyakinan bisa survive di tengah pandemi. Hal ini terlihat dari 87 persen responden mengatakan mereka masih optimis lembaga mereka tetap bertahan," kata Ahsin.
IDEAS kemudian merekomendasikan beberapa strategi yang bisa diambil oleh lembaga sosial agar bertahan di tengah pandemi COVID-19, yakni berkolaborasi dengan pihak-pihak lain.
"Ini sangat penting untuk membagi risiko yang akan dihadapi terutama dengan pemerintah atau lembaga-lembaga filantropi lain yang bisa saling mendukung dalam pendanaan program COVID-19," kata dia.
Berikutnya, kata dia, adalah mengetatkan keuangan lembaga, membuat skala prioritas, dan meningkatkan kanal pembayaran donasi secara digital.
"Dari survei ini kami menemukan fakta bahwa pandemi COVID-19 berdampak pada menurunnya penghimpunan lembaga secara drastis pada kisaran 20 hingga 50 persen," kata peneliti IDEAS Ahsin Aligori dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu.
Survei dilakukan terhadap 100 responden ini menggunakan teknik purposive dengan menyebarkan form survei secara daring di mana 49 persen responden merupakan pegiat sosial yang bekerja pada lembaga amil zakat. Kemudian 15,3 persen bekerja di lembaga yayasan sosial dan 35,7 persen bekerja pada bisnis sosial.
Ia mengatakan biasanya Ramadan merupakan puncak penghimpunan donasi namun tahun ini yang terjadi sebaliknya atau penurunan pengumpulan sumbangan.
IDEAS mengemukakan beberapa faktor di balik penurunan itu, di antaranya gejala resesi ekonomi. "Beberapa lembaga menyatakan bahwa jumlah donasi dari donatur rata-rata menurun 20 persen," kata dia.
Sebelum ini rata-rata donasi sekitar Rp100 ribu namun saat ini hanya Rp70 ribu hingga Rp80 ribu. Profile donatur di masing-masing lembaga 70 persen didominasi oleh penyumbang kelas menengah dari pekerja, karyawan perusahaan dan pebisnis.
Faktor kedua adalah dampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang membuat jumlah donatur berkurang.
"Ketiga, menurunnya transaksi donasi secara langsung karena diberlakukan PSBB dan physical distancing yang ditetapkan oleh pemerintah untuk pencegahan COVID-19," kata dia.
Keempat, walaupun seluruh program kampanye COVID-19 beralih ke daring, lembaga yang memiliki kanal sosial media dan online kurang menyampaikan pemaparan sehingga tanggapan online dari publik pun kurang.
Faktor lainnya adalah semakin banyaknya lembaga filantropi, organisasi masyarakat, dan media bermunculan membuka kanal donasi sama untuk COVID-19.
"Walaupun terjadi penurunan penghimpunan, lembaga sosial berkeyakinan bisa survive di tengah pandemi. Hal ini terlihat dari 87 persen responden mengatakan mereka masih optimis lembaga mereka tetap bertahan," kata Ahsin.
IDEAS kemudian merekomendasikan beberapa strategi yang bisa diambil oleh lembaga sosial agar bertahan di tengah pandemi COVID-19, yakni berkolaborasi dengan pihak-pihak lain.
"Ini sangat penting untuk membagi risiko yang akan dihadapi terutama dengan pemerintah atau lembaga-lembaga filantropi lain yang bisa saling mendukung dalam pendanaan program COVID-19," kata dia.
Berikutnya, kata dia, adalah mengetatkan keuangan lembaga, membuat skala prioritas, dan meningkatkan kanal pembayaran donasi secara digital.