Mataram (ANTARA) - Kepolisian Resor Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menangani kasus dugaan penyebaran foto bugil seorang anak gadis yang masih duduk di bangku SMP.
"Jadi kasus ini kita tangani berdasarkan adanya laporan dari pihak keluarga korban," kata Kasat Reskrim Polresta Mataram AKP Kadek Adi Budi Astawa di Mataram, Selasa.
Dari hasil tindak lanjut laporannya, pihak kepolisian mengetahui pelaku berinisial MA yang diduga melanggar Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), masih seumuran dengan korban.
"Karena pelakunya masih dibawah umur kemudian sangkaan perbuatan ancaman dibawah tujuh tahun, sesuai Undang-Undang Perlindungan Anak, penyidik akan melakukan diversi," ujarnya.
Dalam proses penanganannya yang turut mendapat pendampingan dari Lembaga Perlindungan Anak (LPA) NTB, penyidik tidak melakukan penahanan terhadap pelaku.
"Kita kenakan wajib lapor," kata Kadek Adi.
Lebih lanjut, Kadek mengatakan bahwa pihaknya dalam menangani kasus ini lebih mengedepankan langkah pembinaan, baik kepada pelaku, korban, maupun keluarga kedua belah pihak.
"Sebenarnya kami menyayangkan adanya laporan ini, makanya dalam penanganan kasusnya kami juga turut memberikan pesan, edukasi kepada orang tua untuk lebih memperhatikan kegiatan anak," ucapnya.
Menurut Kadek Adi, peran serta orang tua sangat dominan dalam pergaulan anak, apalagi di tengah perkembangan teknologi saat ini, segala macam dapat diakses melalui "smartphone".
"Orang tua harus memberikan pemahaman kepada anak tentang etika dalam bermedia sosial," kata Kadek Adi.
"Jadi kasus ini kita tangani berdasarkan adanya laporan dari pihak keluarga korban," kata Kasat Reskrim Polresta Mataram AKP Kadek Adi Budi Astawa di Mataram, Selasa.
Dari hasil tindak lanjut laporannya, pihak kepolisian mengetahui pelaku berinisial MA yang diduga melanggar Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), masih seumuran dengan korban.
"Karena pelakunya masih dibawah umur kemudian sangkaan perbuatan ancaman dibawah tujuh tahun, sesuai Undang-Undang Perlindungan Anak, penyidik akan melakukan diversi," ujarnya.
Dalam proses penanganannya yang turut mendapat pendampingan dari Lembaga Perlindungan Anak (LPA) NTB, penyidik tidak melakukan penahanan terhadap pelaku.
"Kita kenakan wajib lapor," kata Kadek Adi.
Lebih lanjut, Kadek mengatakan bahwa pihaknya dalam menangani kasus ini lebih mengedepankan langkah pembinaan, baik kepada pelaku, korban, maupun keluarga kedua belah pihak.
"Sebenarnya kami menyayangkan adanya laporan ini, makanya dalam penanganan kasusnya kami juga turut memberikan pesan, edukasi kepada orang tua untuk lebih memperhatikan kegiatan anak," ucapnya.
Menurut Kadek Adi, peran serta orang tua sangat dominan dalam pergaulan anak, apalagi di tengah perkembangan teknologi saat ini, segala macam dapat diakses melalui "smartphone".
"Orang tua harus memberikan pemahaman kepada anak tentang etika dalam bermedia sosial," kata Kadek Adi.