Mataram, 16/1 (ANTARA) - Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Provinsi Nusa Tenggara Barat meningkatkan pemantauan terhadap angkutan bahan makanan di berbagai pelabuhan yang belakangan ini tersendat-sendat karena cuaca buruk.
"Pantauan lebih mengarah kepada kesiapan kapal-kapal penyeberangan yang mengangkut kendaraan pengangkut bahan makanan," kata Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Ridwan Syah, di Mataram, Minggu.
Ia mengatakan, manajemen PT Indonesia Ferry (ASDP) dan administrator pelabuhan tentu tidak mudah mengizinkan aktivitas pelayaran jika cuaca buruk.
Apalagi, belakangan ini terjadi penyimpangan iklim yang menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Selaparang, Mataram, masih mengancam wilayah NTB sampai Mei mendatang.
"Namun, tidak serta-merta menghentikan arus lalu lintas barang, apalagi bahan makanan, karena cuaca buruk tidak selamanya terjadi, sehingga harus ada upaya untuk memperlancar transportasi angkutan bahan makanan itu," ujarnya.
Menurut Ridwan, informasi tentang perkembangan cuaca mutlak diperlukan oleh para pihak yang hendak beraktivitas di sektor transportasi, sehingga penyebaran informasi cuaca harus terus dilakukan.
Informasi yang tepat dan berkesinambungan akan sangat membantu kelancaran transportasi angkutan bahan makanan dan angkutan lainnya.
"Tentu koordinasi dengan BMKB akan terus dilakukan, dan kami berharap semua pihak memahami dan mematuhi anjuran instansi yang mengetahui perkembangan cuaca, sehingga terhindar dari berbagai hal yang tidak diinginkan," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Seksi Observasi dan Informasi Badan Mateorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Selaparang, Mataram, Oktaviana Indriani AhMG mengatakan, pengaruh La Nina atau penyimpangan iklim masih mengancam wilayah Nusa Tenggara Barat sampai Mei mendatang.
"Curah hujan masih tinggi sampai Maret dan La Nina diperkirakan baru akan menurun Mei mendatang," ujarnya.
Menurut dia, curah hujan di sebagian wilayah NTB dalam sepekan terakhir ini cukup tinggi dan dari hasil analisa data, kondisi fisis dan dinamika atmosfer serta pantauan foto satelit, wilayah NTB masih dilanda hujan hingga akhir Maret mendatang.
Masih terjadi pusat tekanan rendah di belahan bumi selatan yang berkisar antara 999 hingga 1009 hPa yang berpeluang memicu peningkatan aktivitas pembentukan awan di wilayah NTB sehingga hujan masih terjadi.
Karena itu, Indriani menginformasikan bahwa La Nina masih akan terjadi sampai Mei mendatang, sehingga perkiraan musim kemarau baru akan terlihat setelah Mei.
"Suhu permukaan laut masih hangat, dan diperkirakan guyuran hujan deras masih sampai Pebruari. Diperkirakan curah hujan di 2011 ini lebih banyak dari tahun sebelumnya," ujarnya.
Indriani juga mengungkapkan penyebab hujan disertai angin kencang dalam sepekan terakhir ini, yang disebabkan oleh pengaruh badai tropis yang terjadi di Samudera Hindia di selatan Jawa dan barat laut Australia.
Kecapatan angin berkisar antara 25-30 knot dan tinggi gelombang mencapai 4-6 meter, sehingga sangat berbahaya bagi aktivitas pelayaran terutama perahu kecil. (*)