Mataram (ANTARA) - Pedagang di Pantai Kerandangan, Lombok Barat mengeluhkan sepinya pengunjung yang datang sehingga terancam gulung tikar akibat pandemi COVID-19.
Makia, pedagang makanan dan minuman yang sudah berjualan enam tahun di Pantai Kerandangan, Selasa, mengaku biasanya omset Rp400 ribu per hari libur sedangkan saat ini untuk mendapatkan Rp200 ribu terhitung sulit.
"Pendapatan Rp400 ribu per hari libur itu saat sebelum maraknya COVID-19," katanya.
Bahkan, kata dia, di hari biasa terkadang sama sekali tidak ada pembeli di warungnya yang menjual sate bulayak dan minum kopi. "Dulu, sehari bisa ada yang pesan empat sampai enam porsi sate pas hari libur, saat ini hanya satu atau dua porsi saja. Itupun jarang," katanya.
Kendati demikian, dirinya tetap berjualan karena tidak ada pilihan untuk mencari rezeki.
Sementara itu, Siti, pedagang yang berdomisili di Dusun Kerandangan, mengatakan hal serupa semenjak berlangsungnya COVID-19 dagangannya sepi.
Faktor lainnya, sejumlah objek wisata terdekat dari Pantai Kerandangan sudah diperbaiki oleh pemerintah daerah. "Bisa saja ini yang mengakibatkan sepinya pengunjung yang
datang ke sini," tuturnya.
Ia menunjuk seperti kendaraan yang parkir di Pantai Kerandangan hanya ada beberapa saja yang terparkir.
Modal saya kecil, ekonomi saya sulit, jika keadaan tetap seperti ini, mungkin saya akan gulung tikar, katanya.
"Banyak pedagang sudah mengeluh semakin susah memenuhi kebutuhan ekonominya, apalagi beberapa rekan saya tidak
mendapatkan bantuan dana COVID-19 dari pemerintah," ungkap Siti.
Pantai Kerandangan selama ini menjadi tempat favorit bagi wisatawan lokal terlebih saat matahari terbenam, karena pengunjung dapat melihat merahnya langit dan siluet Gunung Agung, Bali. Pantai Kerandangan dapat ditempuh dari Kota Mataram sekitar 30 menit.
Makia, pedagang makanan dan minuman yang sudah berjualan enam tahun di Pantai Kerandangan, Selasa, mengaku biasanya omset Rp400 ribu per hari libur sedangkan saat ini untuk mendapatkan Rp200 ribu terhitung sulit.
"Pendapatan Rp400 ribu per hari libur itu saat sebelum maraknya COVID-19," katanya.
Bahkan, kata dia, di hari biasa terkadang sama sekali tidak ada pembeli di warungnya yang menjual sate bulayak dan minum kopi. "Dulu, sehari bisa ada yang pesan empat sampai enam porsi sate pas hari libur, saat ini hanya satu atau dua porsi saja. Itupun jarang," katanya.
Kendati demikian, dirinya tetap berjualan karena tidak ada pilihan untuk mencari rezeki.
Sementara itu, Siti, pedagang yang berdomisili di Dusun Kerandangan, mengatakan hal serupa semenjak berlangsungnya COVID-19 dagangannya sepi.
Faktor lainnya, sejumlah objek wisata terdekat dari Pantai Kerandangan sudah diperbaiki oleh pemerintah daerah. "Bisa saja ini yang mengakibatkan sepinya pengunjung yang
datang ke sini," tuturnya.
Ia menunjuk seperti kendaraan yang parkir di Pantai Kerandangan hanya ada beberapa saja yang terparkir.
Modal saya kecil, ekonomi saya sulit, jika keadaan tetap seperti ini, mungkin saya akan gulung tikar, katanya.
"Banyak pedagang sudah mengeluh semakin susah memenuhi kebutuhan ekonominya, apalagi beberapa rekan saya tidak
mendapatkan bantuan dana COVID-19 dari pemerintah," ungkap Siti.
Pantai Kerandangan selama ini menjadi tempat favorit bagi wisatawan lokal terlebih saat matahari terbenam, karena pengunjung dapat melihat merahnya langit dan siluet Gunung Agung, Bali. Pantai Kerandangan dapat ditempuh dari Kota Mataram sekitar 30 menit.