Jakarta (ANTARA) - Unggulan kelima Aryna Sabalenka untuk pertama kalinya menjuarai turnamen tanah liat setelah mengalahkan unggulan pertama Asleigh Barty di babak final Madrid Open 2021, Sabtu malam waktu setempat.
Pada partai puncak turnamen WTA Masters 1000 itu, Sabalenka menundukkan Barty 6-0, 3-6, 6-4 setelah melalui tekanan yang ia sebut hampir tak bisa teratasi di permukaan yang bukan favoritnya.
"Kemenangan ini membuat saya tidak terlalu takut dengan permukaan ini lagi. Sebelumnya saya terlalu khawatir dengan lapangan tanah liat, apakah saya bisa melewatinya, sangat sulit bermain di permukaan ini, dan sebagainya," kata Sabalenka, demikian laman resmi WTA Tennis melaporkan.
Dia menceritakan, kunci keberhasilannya kali ini di tanah liat adalah justru dengan tidak mengubah pola permainannya.
"Sebelumnya di lapangan tanah liat saya mencoba sedikit mengubah permainan saya, tapi pelatih mengingatkan agar tidak terlalu sering melakukannya. Saya hanya harus tetap agresif dan bersiap untuk menerima lebih banyak reli panjang daripada di (permukaan) keras," katanya menceritakan.
Gelar tersebut menjadi yang kedua bagi Sabalenka musim ini setelah turnamen Abu Dhabi di bulan Januari, dan yang keempat dalam satu tahun terakhir.
Sabalenka pun berhasil membalas dua kekalahan dalam pertemuan sebelumnya, di perempat final Miami Open bulan April dan babak final Stuttgart Open dua pekan lalu, yang juga terjadi dalam tiga set.
"Saya tidak akan membandingkan pertandingan di Miami dan Stuttgart di sini. Di Stuttgart saya cedera, di Miami, lapangan sangat lambat, reli panjang. Sungguh panas. Di sana jauh lebih sulit secara fisik. Di sini (Madrid) saya bermain dengan sangat baik, tetap fokus dan agresif meski di bawah tekanan," ungkapnya.
Pada partai puncak turnamen WTA Masters 1000 itu, Sabalenka menundukkan Barty 6-0, 3-6, 6-4 setelah melalui tekanan yang ia sebut hampir tak bisa teratasi di permukaan yang bukan favoritnya.
"Kemenangan ini membuat saya tidak terlalu takut dengan permukaan ini lagi. Sebelumnya saya terlalu khawatir dengan lapangan tanah liat, apakah saya bisa melewatinya, sangat sulit bermain di permukaan ini, dan sebagainya," kata Sabalenka, demikian laman resmi WTA Tennis melaporkan.
Dia menceritakan, kunci keberhasilannya kali ini di tanah liat adalah justru dengan tidak mengubah pola permainannya.
"Sebelumnya di lapangan tanah liat saya mencoba sedikit mengubah permainan saya, tapi pelatih mengingatkan agar tidak terlalu sering melakukannya. Saya hanya harus tetap agresif dan bersiap untuk menerima lebih banyak reli panjang daripada di (permukaan) keras," katanya menceritakan.
Gelar tersebut menjadi yang kedua bagi Sabalenka musim ini setelah turnamen Abu Dhabi di bulan Januari, dan yang keempat dalam satu tahun terakhir.
Sabalenka pun berhasil membalas dua kekalahan dalam pertemuan sebelumnya, di perempat final Miami Open bulan April dan babak final Stuttgart Open dua pekan lalu, yang juga terjadi dalam tiga set.
"Saya tidak akan membandingkan pertandingan di Miami dan Stuttgart di sini. Di Stuttgart saya cedera, di Miami, lapangan sangat lambat, reli panjang. Sungguh panas. Di sana jauh lebih sulit secara fisik. Di sini (Madrid) saya bermain dengan sangat baik, tetap fokus dan agresif meski di bawah tekanan," ungkapnya.