Mataram (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menyebutkan sekitar delapan lapak pedagang kaki lima di Pantai Loang Baloq, Kecamatan Sekerbela, terdampak banjir rob yang terjadi akibat gelombang pasang dengan ketinggian sekitar dua meter.
"Saat ini, Satgas BPBD dan Satgas Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) sedang bergotong royong membantu penanganan lapak PKL yang terendam dan penanganan sampah yang masuk ke areal taman dan kolam Loang Baloq," kata Kepala Pelaksana BPBD Kota Mataram Mahfuddin Noor di Mataram, Kamis.
Banjir rob di kawasan Pantai Loang Baloq terjadi pada Rabu (26/5) sekitar pukul 07.00 Wita dan mulai reda sekitar pukul 16.00 Wita, itu merupakan siklus alam seiring dengan purnama dan ada kaitannya dengan gerhana bulan Rabu malam.
Namun demikian, katanya, sesuai informasi dari BMKG gelombang pasang di sepanjang sembilan kilometer perairan Kota Mataram terjadi enam bulan sekali, tapi lokasinya berubah-rubah.
Tahun kemarin (2020), lanjut Mahfuddin, banjir rob terjadi di pesisir Bintaro, sedangkan tahun ini di pesisir Pantai Loang Baloq dan di Muara Jangkuk, Lingkungan Bangsal.
"Kalau menurut nelayan, banjir rob ini terjadi setiap 'penanggalan', yang dikaitkan dengan purnama dan adanya gerhana bulan pada Rabu malam (26/5)," katanya.
Lebih jauh Mahfuddin mengatakan, selain melakukan pembersihan, tim dari BPBD juga melakukan pendataan terhadap kerugian yang dialami PKL sebab ada juga lapak PKL yang rusak termasuk barang dagangannya.
"Pendataan terhadap dampak yang dialami PKL tersebut sebagai dasar untuk pengajuan penanganan kepada organisasi perangkat daerah (OPD) terkait," katanya.
Sementara, untuk saat ini para pedagang meminta agar areal kawasan taman bisa segera dikeringkan agar mereka bisa menata kembali lapaknya dan beraktivitas. Untuk melakukan pengeringan itu, dibutuhkan alat sedot.
"Guna mempercepat penyedotan, kita butuh mesin sedot air lebih banyak. Sementara saat ini kita hanya memiliki satu unit," katanya.
Sedangkan untuk areal lainnya, air laut yang naik ke daratan di sekiar Taman Loang Baloq sudah membentuk seperti kolam karena kondisinya memang lebih rendah dari laut.
"Tetapi, pada areal itu tidak ada aktivitas sebab aktivitas PKL ada di pinggiran. Hanya saja kita perlu melakukan penyedotan untuk menghindari potensi dampak lainnya," katanya.
"Saat ini, Satgas BPBD dan Satgas Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) sedang bergotong royong membantu penanganan lapak PKL yang terendam dan penanganan sampah yang masuk ke areal taman dan kolam Loang Baloq," kata Kepala Pelaksana BPBD Kota Mataram Mahfuddin Noor di Mataram, Kamis.
Banjir rob di kawasan Pantai Loang Baloq terjadi pada Rabu (26/5) sekitar pukul 07.00 Wita dan mulai reda sekitar pukul 16.00 Wita, itu merupakan siklus alam seiring dengan purnama dan ada kaitannya dengan gerhana bulan Rabu malam.
Namun demikian, katanya, sesuai informasi dari BMKG gelombang pasang di sepanjang sembilan kilometer perairan Kota Mataram terjadi enam bulan sekali, tapi lokasinya berubah-rubah.
Tahun kemarin (2020), lanjut Mahfuddin, banjir rob terjadi di pesisir Bintaro, sedangkan tahun ini di pesisir Pantai Loang Baloq dan di Muara Jangkuk, Lingkungan Bangsal.
"Kalau menurut nelayan, banjir rob ini terjadi setiap 'penanggalan', yang dikaitkan dengan purnama dan adanya gerhana bulan pada Rabu malam (26/5)," katanya.
Lebih jauh Mahfuddin mengatakan, selain melakukan pembersihan, tim dari BPBD juga melakukan pendataan terhadap kerugian yang dialami PKL sebab ada juga lapak PKL yang rusak termasuk barang dagangannya.
"Pendataan terhadap dampak yang dialami PKL tersebut sebagai dasar untuk pengajuan penanganan kepada organisasi perangkat daerah (OPD) terkait," katanya.
Sementara, untuk saat ini para pedagang meminta agar areal kawasan taman bisa segera dikeringkan agar mereka bisa menata kembali lapaknya dan beraktivitas. Untuk melakukan pengeringan itu, dibutuhkan alat sedot.
"Guna mempercepat penyedotan, kita butuh mesin sedot air lebih banyak. Sementara saat ini kita hanya memiliki satu unit," katanya.
Sedangkan untuk areal lainnya, air laut yang naik ke daratan di sekiar Taman Loang Baloq sudah membentuk seperti kolam karena kondisinya memang lebih rendah dari laut.
"Tetapi, pada areal itu tidak ada aktivitas sebab aktivitas PKL ada di pinggiran. Hanya saja kita perlu melakukan penyedotan untuk menghindari potensi dampak lainnya," katanya.