Singapura (ANTARA) - Harga minyak melemah di perdagangan Asia pada Jumat sore, karena kekhawatiran permintaan muncul setelah kenaikan suku bunga minggu ini, meskipun berlanjutnya pasokan yang ketat dan sanksi baru terhadap Iran membatasi penurunan.

Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 35 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 119,46 dolar AS per barel pada pukul 06.20 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 43 sen atau 0,4 persen menjadi diperdagangkan di 117,16 dolar AS per barel.

Jika kerugian bertahan sepanjang hari, minyak berjangka Brent akan mencatat penurunan mingguan pertama dalam lima minggu, sementara minyak mentah berjangka AS akan mengalami penurunan pertama dalam delapan minggu.

"Minyak mentah Brent dan WTI mengalami beberapa penjualan intraday yang berat karena pasar mencoba menilai sejumlah besar kenaikan suku bunga bank sentral dan potensi resesi," kata Jeffrey Halley, analis pasar senior Asia Pasifik di OANDA.

Baca juga: Harga minyak bangkit ditopang ke penguatan pasar saham

"Sayangnya, tidak ada yang mengubah fakta bahwa terlepas dari risiko tersebut, dunia masih kekurangan pasokan minyak mentah dari OPEC+, dan kapasitas penyulingan global, mendorong harga bensin dan solar lebih tinggi dalam pelukan stagflasi," tambah Halley.

Bank sentral di seluruh Eropa menaikkan suku bunga pada Kamis (16/6/2022), beberapa dengan jumlah yang mengejutkan pasar, dan mengisyaratkan biaya pinjaman yang lebih tinggi untuk menjinakkan inflasi yang melonjak yang mengikis tabungan dan menekan keuntungan perusahaan.

 

Pewarta : Apep Suhendar
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024