Yogyakarta (ANTARA) - Badan Siber dan Sandi Negara menandatangani kerja sama dengan Korea Internet Security Agency sebagai salah satu upaya Indonesia untuk meningkatkan keamanan ruang siber. "Akan adan beberapa program yang menjadi output dari kerja sama ini. Yang paling utama adalah membangun sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni di bidang keamanan ruang siber," kata Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian usai penandatanganan kerja sama dengan Korea Internet Security Agency (KISA) di Museum Sandi Yogyakarta, Kamis.
Pembangunan SDM yang unggul di bidang keamanan ruang siber dilakukan dengan pembangunan di Politeknik Siber dan Sandi Negara yang ada di Bogor, Jawa Barat. "Dari situ, Indonesia bisa banyak belajar untuk menjaga keamanan ruang siber karena saat ini banyak ancaman dan tantangan yang harus dihadapi dengan majunya digitalisasi," katanya.
Baca juga: Kemenparekraf bentuk tim tingkatkan keamanan digital
Pandemi COVID-19 yang berlangsung selama 2 tahun, lanjut Hinsa, juga menjadi salah satu pemicu makin meningkatnya digitalisasi di Indonesia sehingga tantangan pun makin besar. "Makin banyak hidup dan kehidupan manusia yang terkait dengan ruang siber. Tentunya tantangan pada keamanan ruang siber pun makin meningkat sehingga perlu diantisipasi," katanya.
Pilihan kepada Korea Selatan salah satunya didasarkan pada peringkat keamanan ruang siber yang menempatkan negara tersebut menjadi nomor satu di Asia dan nomor empat di dunia.
Sementara itu, Juru Bicara BSSN Ariandi Putra mengatakan kerja sama dengan Korea Internet Security Agency (KISA) tersebut sejak 2019 dan pada tahun ini baru merealisasikannya. "Kerja sama ini tentunya sangat menguntungkan karena Indonesia bisa mendapat percepatan teknologi untuk melindungi ruang siber," katanya.
Baca juga: BSSN tingkatkan keamanan siber beragam layanan
Sementara itu, upaya pembangunan SDM untuk perlindungan ruang siber melalui Politeknik Siber dan Sandi Negara yang setiap tahun menerima 100 mahasiswa baru. "Dari kerja sama dengan KISA, dimungkinkan ada transfer ilmu dan update ilmu keamanan ruang siber karena perkembangan teknologi yang sangat pesat sehingga Indonesia tidak boleh tertinggal," katanya.
Ia memandang perlu keamanan ruang siber untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia yang berkembang pesat dengan munculnya unicorn dan decacorn. "Tentunya, keamanan data harus terjaga agar perkembangan ekonomi digital ini juga makin pesat dan tentunya aman," katanya.
Pembangunan SDM yang unggul di bidang keamanan ruang siber dilakukan dengan pembangunan di Politeknik Siber dan Sandi Negara yang ada di Bogor, Jawa Barat. "Dari situ, Indonesia bisa banyak belajar untuk menjaga keamanan ruang siber karena saat ini banyak ancaman dan tantangan yang harus dihadapi dengan majunya digitalisasi," katanya.
Baca juga: Kemenparekraf bentuk tim tingkatkan keamanan digital
Pandemi COVID-19 yang berlangsung selama 2 tahun, lanjut Hinsa, juga menjadi salah satu pemicu makin meningkatnya digitalisasi di Indonesia sehingga tantangan pun makin besar. "Makin banyak hidup dan kehidupan manusia yang terkait dengan ruang siber. Tentunya tantangan pada keamanan ruang siber pun makin meningkat sehingga perlu diantisipasi," katanya.
Pilihan kepada Korea Selatan salah satunya didasarkan pada peringkat keamanan ruang siber yang menempatkan negara tersebut menjadi nomor satu di Asia dan nomor empat di dunia.
Sementara itu, Juru Bicara BSSN Ariandi Putra mengatakan kerja sama dengan Korea Internet Security Agency (KISA) tersebut sejak 2019 dan pada tahun ini baru merealisasikannya. "Kerja sama ini tentunya sangat menguntungkan karena Indonesia bisa mendapat percepatan teknologi untuk melindungi ruang siber," katanya.
Baca juga: BSSN tingkatkan keamanan siber beragam layanan
Sementara itu, upaya pembangunan SDM untuk perlindungan ruang siber melalui Politeknik Siber dan Sandi Negara yang setiap tahun menerima 100 mahasiswa baru. "Dari kerja sama dengan KISA, dimungkinkan ada transfer ilmu dan update ilmu keamanan ruang siber karena perkembangan teknologi yang sangat pesat sehingga Indonesia tidak boleh tertinggal," katanya.
Ia memandang perlu keamanan ruang siber untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia yang berkembang pesat dengan munculnya unicorn dan decacorn. "Tentunya, keamanan data harus terjaga agar perkembangan ekonomi digital ini juga makin pesat dan tentunya aman," katanya.