Jakarta (ANTARA) - Kota Jakarta terkenal dengan pendudukan multi etnik beragam bahasa, suku, dan agama, hingga keberadaan gedung pencakar langit menembus awan, serta geliat aktivitas masyarakat yang berdesakan umpama lebah yang bekerja.

Dengan luas daratan mencapai 661,5 kilometer persegi dan jumlah penduduk hampir 11 juta orang, seakan tidak ada tempat kosong di celah wilayah Ibu Kota terlebih dengan tingkat kepadatan penduduk di wilayah Pesisir Jakarta Utara.

Namun, ternyata ada satu sisi ruang yang belum pernah tersentuh oleh sebagian besar warga Jakarta, seperti memanfaatkan lahan kosong untuk berkebun. Salah satu wilayah Ibu Kota misalkan Jakarta Utara merupakan salah satu daerah yang hampir tidak mungkin terdapat lahan yang dapat dimanfaatkan untuk bercocok tanam.

Kondisi tanahnya yang keras dan air yang berasa payau membuat beberapa tanaman susah untuk tumbuh dengan baik karena dekat dengan pelabuhan dan bersentuhan langsung dengan laut merupakan tantangan bagi siapa saja yang ingin berkebun dan bertani di daerah tersebut.

Namun hal itu bukanlah kendala bagi para petani di Jakarta Utara, mereka justru tertantang untuk mencoba membudidayakan tanaman. Seorang petani di Jakarta Utara, berinovasi untuk bertani anggur di depan lahan milik Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) seluas 700 meter persegi hasil dari kebuntuan dirinya menghadapi pandemi COVID-19.

Ketika sedang berjemur, pria itu merasa bosan lalu berinisiatif untuk mengolah lahan kosong dan terbengkalai tersebut.

Sekitar Agustus 2019 dengan bermodalkan tujuh jenis bibit anggur impor ia mulai merintis kebun anggur di lahan kosong yang ia lihat, perlahan namun pasti lahan kosong yang terbengkalai itu digarap menjadi kebun anggur yang indah bak oase di tengah padang pasir.

Atap yang hijau dan dipenuhi motif akar merambat seakan membuat suasana segar diantara panas terik matahari yang menyengat kulit. Bak mutiara bersusun-susun membuat hati ingin memetik dan mencicipi rasa dari buah anggur yang dibudidayakan di sini.

Baca juga: Buah naga ini berbuah banyak dengan metode penyinaran listrik PLN

Terlihat sesosok tinggi besar memakai baju hitam di antara para manusia yang berkerumun dan berdesakan demi untuk meminta keterangan dan berbincang dengannya. Ternyata sosok tinggi besar itu bernama Tarto Blendhot yang merupakan pengelola kebun anggur Vezo grape Farm, biasa dipanggil Pak Tarto dengan memakai penutup kepala khas yang terbuat dari kain yang diikat di belakang kepala dengan gagah dan berwibawa mengatakan bahwa dirinya hanya seorang diri mengurus kebun tersebut.

Saat ini sudah terdapat hampir 70 varian tanaman anggur jenis baru baik lokal maupun impor yang ada di Vezo Grape Farm hasil dari hibah Komunitas Anggur Jakarta yang dibudidayakan kembali.

Bibit anggur impor yang diperolehnya kebanyakan didatangkan dari negara Ukraina, Jepang, China, Mesir, Amerika Serikat dan masih banyak negara lainnya. Menurutnya, bibit anggur yang mampu mengikuti iklim Indonesia dan adaptif terhadap hama penyakit berasal dari Ukraina.

Ia mengatakan untuk saat ini kebun yang dikelola hanya untuk edukasi warga yang ingin belajar menanam anggur. Sementara hasil panen masih berupa buah anggur belum dibuat menjadi produk olahan karena ia masih fokus untuk mengedukasi warga yang datang berkunjung.

“Hasil panennya juga belum pernah diperjualbelikan karena hanya fokus untuk edukasi,” kata Tarto Blendhot saat ditemui di Vezo Grape Farm, Jumat.

Edukasi yang diberikan berupa perawatan tanaman, pembibitan, pengenalan varietas anggur baru hingga konsultasi mengenai kendala yang dihadapi dalam membudidayakan tanaman anggur dengan konsep organik.

Dalam setahun Vezo Grape Farm dapat panen sebanyak dua kali. Panen pertama hanya menghasilkan dua puluh kilogram buah anggur karena varian anggur yang dimiliki masih sedikit, namun saat ini ia mngaku mampu menghasilkan sekitar dua ratus kilogram buah anggur dalam sekali panen.

“Kalau hari ini mungkin dua kuintal ada mungkin, dalam setahun paling tidak ada dua kali panen,” tutur Tarto. Sekalipun lahan budidaya tanaman anggur ini di kawasan SPBU, namun tidak mengurangi rasa yang dihasilkan.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kedua kanan) Berfoto bersama para pejabat instansi terkait lingkungan Jakarta Utara di Vezo Grape Farm, Jakarta Utara, Jumat (22/7/2022). Vezo Grape Farm merupakan inovasi petani di Jakarta Utara yang memanfaatkan lahan terbengkalai di depan SPBU daerah Cilincing untuk berkebun anggur. (ANTARA/Budi Prasetiyo)

Dukungan Gubernur

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat berkunjung ke Vezo Grape Farm, mendukung dengan mengajak seluruh aktivis dan masyarakat yang ada untuk memanfaatkan lahan kosong yang dimiliki agar menjadi produktif seperti berkebun anggur.

“Lihat dan contoh lakukan hal yang sama ditempat kita masing-masing,” kata Gubernur Anies Baswedan.

Ia berharap dengan banyaknya masyarakat yang datang untuk belajar dan memanfaatkan lahan terbengkalai dengan baik utamanya untuk menanam anggur dapat menjadikan anggur sebagai buah yang mampu dijangkau oleh semua kalangan.

Pada 2019, ia merasa sulit untuk mengembangkan kebunnya karena terkendala bibit, bibit anggur impor yang diperoleh dari temannya hanya berupa potongan tanaman anggur ditambah ia juga belum tergabung dalam asosiasi petani anggur.

Ia tidak terlalu khawatir akan hama penyakit anggur yang menjangkiti beberapa varian anggur impor yang ada, karena selama ini belum pernah didapati penyakit pada tanaman anggur miliknya dengan selalu melakukan perawatan yang baik.

Guna mengantisipasi penyakit baru pada tanaman anggur Vezo Grape Farm menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah yang bergerak di bidang pertanian agar tidak ada penyakit tanaman anggur baru yang berkembang di kebun anggur yang dikelola.

“Kalau udah dari pemerintah ikut terjun tangan ikut masalah anggur ini, kita sangat pengen banget dibantu dalam pengadaan bibitnya, izin impor bibitnya kaya gimana gitu kan,” tutur Tarto.

Tidak ada kendala yang terlalu sulit dihadapi untuk mendatangkan bibit anggur dari luar negeri karena ia telah mendapatkan bantuan dari Komunitas Anggur Jakarta yang telah berkolaborasi dengan pemerintah setempat.

Sejak 2019 sampai saat ini ia mengaku tidak ada penyakit tanaman baru yang menyerang tanaman anggur miliknya yang mungkin disebabkan karena iklim yang berbeda.

Peran Komunitas Anggur Jakarta juga sangat membantu perawatan kebun anggur yang dikelola karena dapat saling tukar pikiran mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan tanaman anggur juga sarana untuk menjalin silaturahmi sesama petani anggur.

Ia berharap kebun anggur yang digagas tersebut dapat menjadi inspirasi bagi warga DKI untuk memanfaatkan lahan kosong yang ada dengan membudidayakan tanaman-tanaman yang lebih bermanfaat salah satunya anggur guna memperkuat ketahanan pangan daerah.
 


 


Pewarta : Budi Prasetiyo
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024