Kupang (ANTARA) - Deputy Director Learning Inovasi Untuk Anak Sekolah Indonesia (Inovasi) Feiny Sentosa mendorong guru-guru penggerak di Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk menggunakan bahasa ibu dalam kegiatan pembelajaran di kelas awal guna membantu para siswa yang mengalami kesulitan dalam berbahasa.
"Bahasa ibu dapat digunakan sebagai bahasa pengantar untuk pengajar di kelas-kelas awal. Hal ini sangat efektif bagi keberhasilan pembelajaran bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam berbahasa," kata Feiny Sentosa dalam kegiatan pelatihan Pembelajaran Multi Bahasa Berbasis Bahasa Ibu dalam Implementasi Kurikulum Merdeka bagi Guru Penggerak jenjang sekolah dasar di Kupang, Rabu.
Balai Guru Penggerak (BGP) Provinsi NTT bekerja sama dengan lembaga Inovasi (program kemitraan antara pemerintah Australia dengan Pemerintah Indonesia) melakukan pelatihan terhadap sekitar 50 orang guru penggerak dari Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur. Adapun materi pelatihan tentang pembelajaran multi bahasa berbasis bahasa ibu dalam Implementasi Kurikulum Merdeka bagi Guru Penggerak jenjang sekolah dasar yang berlangsung 7-11 November 2022.
Feiny Sentosa mengatakan lembaga Inovasi memberikan apresiasi yang tinggi atas kerja sama dengan BGP NTT yang terus berupaya menyukseskan pembangunan sektor pendidikan di NTT. Ia mengatakan lembaga INOVASI telah sukses menerapkan program penggunaan bahasa ibu di sejumlah sekolah dasar di Pulau Sumba dan Nagekeo Pulau Flores.
“Program ini salah satu kebanggaan INOVASI. Bahasa Ibu dapat dipakai sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar untuk pengajar di kelas sehingga anak-anak yang mengalami kesulitan berbahasa dapat mengikuti pendidikan dengan baik,” katanya,
Menurut Feiny Sentosa pemakaian Bahasa Ibu bagi kelas awal sudah lama diatur oleh Undang-undang sehingga dapat diimplementasikan di setiap sekolah dasar.
“Pendekatan yang sistematis berdasarkan teori tata bahasa. Pendekatan ini selaras dengan Merdeka Belajar. Ini prinsip utama sekaligus memastikan setiap anak dapat memahami kegiatan pembelajaran dengan baik,” kata Feiny Sentosa.
Dia menambahkan pelatihan yang berlangsung selama empat hari itu sangat penting karena penyampaian materi selama empat hari memiliki manfaat positif bagi para guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas awal. “Kementerian Pendidikan Riset dan Teknologi sudah mendukung apa yang kita lakukan sehingga bisa diimplementasikan di kelas awal,” kata Feiny Sentosa.
Sementara itu Kepala Balai Guru Penggerak (BGP) NTT, Wirman Kasmayadi mengatakan, tujuan dari pelatihan pemakaian Bahasa Ibu untuk melengkapi diferensiasi yang akan terjadi di kelas terutama bagi para siswa di kelas awal.
Baca juga: Pemda NTT target kekerdilan turun jadi 10 persen 2023
Baca juga: Sandiaga targetkan Labuan Bajo siap beroperasi 2024
“Setelah selesai pelatihan ini harus ada hasil bagi keberlangsungan kegiatan pendidikan bagi anak-anak kelas awal di setiap sekolah para peserta pelatihan. Kami yakin program penggunaan bahas ibu di sekolah-sekolah di tiga kabupaten ini bisa membuahkan hasil karena peserta yang ikut melalui proses seleksi yang ketat," kata Wirman Kasmayadi.
Ia mengatakan para guru sekolah penggerak merupakan garda terdepan BPG sehingga di setiap kabupaten/kota harus ada guru penggerak yang berperan sebagai penggerak atau fasilitator sehingga program ini memiliki dampak bagi siswa.
"Bahasa ibu dapat digunakan sebagai bahasa pengantar untuk pengajar di kelas-kelas awal. Hal ini sangat efektif bagi keberhasilan pembelajaran bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam berbahasa," kata Feiny Sentosa dalam kegiatan pelatihan Pembelajaran Multi Bahasa Berbasis Bahasa Ibu dalam Implementasi Kurikulum Merdeka bagi Guru Penggerak jenjang sekolah dasar di Kupang, Rabu.
Balai Guru Penggerak (BGP) Provinsi NTT bekerja sama dengan lembaga Inovasi (program kemitraan antara pemerintah Australia dengan Pemerintah Indonesia) melakukan pelatihan terhadap sekitar 50 orang guru penggerak dari Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur. Adapun materi pelatihan tentang pembelajaran multi bahasa berbasis bahasa ibu dalam Implementasi Kurikulum Merdeka bagi Guru Penggerak jenjang sekolah dasar yang berlangsung 7-11 November 2022.
Feiny Sentosa mengatakan lembaga Inovasi memberikan apresiasi yang tinggi atas kerja sama dengan BGP NTT yang terus berupaya menyukseskan pembangunan sektor pendidikan di NTT. Ia mengatakan lembaga INOVASI telah sukses menerapkan program penggunaan bahasa ibu di sejumlah sekolah dasar di Pulau Sumba dan Nagekeo Pulau Flores.
“Program ini salah satu kebanggaan INOVASI. Bahasa Ibu dapat dipakai sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar untuk pengajar di kelas sehingga anak-anak yang mengalami kesulitan berbahasa dapat mengikuti pendidikan dengan baik,” katanya,
Menurut Feiny Sentosa pemakaian Bahasa Ibu bagi kelas awal sudah lama diatur oleh Undang-undang sehingga dapat diimplementasikan di setiap sekolah dasar.
“Pendekatan yang sistematis berdasarkan teori tata bahasa. Pendekatan ini selaras dengan Merdeka Belajar. Ini prinsip utama sekaligus memastikan setiap anak dapat memahami kegiatan pembelajaran dengan baik,” kata Feiny Sentosa.
Dia menambahkan pelatihan yang berlangsung selama empat hari itu sangat penting karena penyampaian materi selama empat hari memiliki manfaat positif bagi para guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas awal. “Kementerian Pendidikan Riset dan Teknologi sudah mendukung apa yang kita lakukan sehingga bisa diimplementasikan di kelas awal,” kata Feiny Sentosa.
Sementara itu Kepala Balai Guru Penggerak (BGP) NTT, Wirman Kasmayadi mengatakan, tujuan dari pelatihan pemakaian Bahasa Ibu untuk melengkapi diferensiasi yang akan terjadi di kelas terutama bagi para siswa di kelas awal.
Baca juga: Pemda NTT target kekerdilan turun jadi 10 persen 2023
Baca juga: Sandiaga targetkan Labuan Bajo siap beroperasi 2024
“Setelah selesai pelatihan ini harus ada hasil bagi keberlangsungan kegiatan pendidikan bagi anak-anak kelas awal di setiap sekolah para peserta pelatihan. Kami yakin program penggunaan bahas ibu di sekolah-sekolah di tiga kabupaten ini bisa membuahkan hasil karena peserta yang ikut melalui proses seleksi yang ketat," kata Wirman Kasmayadi.
Ia mengatakan para guru sekolah penggerak merupakan garda terdepan BPG sehingga di setiap kabupaten/kota harus ada guru penggerak yang berperan sebagai penggerak atau fasilitator sehingga program ini memiliki dampak bagi siswa.