Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore ditutup turun, seiring pelaku pasar yang menjauhi aset berisiko menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat.
Rupiah ditutup melemah 29 poin atau 0,19 persen ke posisi Rp15.657 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.628 per dolar AS.
Analis DCXF Futures Lukman Leong saat dihubungi di Jakarta, Selasa, mengatakan, dalam beberapa sesi terakhir dolar AS cenderung menguat setelah data inflasi produsen AS pada minggu lalu yang lebih tinggi.
"Walau demikian saya melihat rupiah cenderung kembali tertekan oleh kekhawatiran perlambatan ekonomi," ujar Lukman.
Pada akhir pekan lalu, rilis data inflasi produsen AS untuk November terlihat lebih tinggi dari yang diperkirakan. Hal itu memperkuat kemungkinan kenaikan suku bunga lanjutan oleh Federal Reserve (Fed) sekalipun dengan kecepatan yang lebih lambat.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan, Indeks Harga Produsen (IHP) AS naik 0,3 persen pada November, di atas konsensus 0,2 persen, untuk kenaikan secara tahunan 7,4 persen.
Para pelaku pasar khawatir bahwa laporan inflasi harga konsumen minggu ini yang keluar tepat sebelum keputusan suku bunga The Fed pada Desember, juga bisa mengejutkan.
"Investor cenderung risk off mengantisipasi data inflasi AS yang dapat mempengaruhi statemen The Fed pada FOMC besok," kata Lukman.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp15.655 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.639 per dolar AS hingga Rp15.674 per dolar AS.
Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa melemah ke posisi Rp15.661 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp15.642 per dolar AS.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah ditutup turun, pasar jauhi aset berisiko jelang data inflasi AS
Rupiah ditutup melemah 29 poin atau 0,19 persen ke posisi Rp15.657 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.628 per dolar AS.
Analis DCXF Futures Lukman Leong saat dihubungi di Jakarta, Selasa, mengatakan, dalam beberapa sesi terakhir dolar AS cenderung menguat setelah data inflasi produsen AS pada minggu lalu yang lebih tinggi.
"Walau demikian saya melihat rupiah cenderung kembali tertekan oleh kekhawatiran perlambatan ekonomi," ujar Lukman.
Pada akhir pekan lalu, rilis data inflasi produsen AS untuk November terlihat lebih tinggi dari yang diperkirakan. Hal itu memperkuat kemungkinan kenaikan suku bunga lanjutan oleh Federal Reserve (Fed) sekalipun dengan kecepatan yang lebih lambat.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan, Indeks Harga Produsen (IHP) AS naik 0,3 persen pada November, di atas konsensus 0,2 persen, untuk kenaikan secara tahunan 7,4 persen.
Para pelaku pasar khawatir bahwa laporan inflasi harga konsumen minggu ini yang keluar tepat sebelum keputusan suku bunga The Fed pada Desember, juga bisa mengejutkan.
"Investor cenderung risk off mengantisipasi data inflasi AS yang dapat mempengaruhi statemen The Fed pada FOMC besok," kata Lukman.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp15.655 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.639 per dolar AS hingga Rp15.674 per dolar AS.
Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa melemah ke posisi Rp15.661 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp15.642 per dolar AS.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah ditutup turun, pasar jauhi aset berisiko jelang data inflasi AS