Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kelurahan Pejeruk Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengembangkan budidaya lebah madu trigona di delapan lingkungan sebagai bagian program pemanfaatan pekarangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"Alhamdulillah, budidaya lebah madu trigona ini sudah berkembang baik di delapan lingkungan di Kelurahan Pejeruk dengan memanfaatkan pekarangan rumah," kata Lurah Pejeruk Kota Mataram Lalu Bagus Afriandi di Mataram, Selasa.

Untuk mendukung kegiatan masyarakat tersebut, pihaknya sudah mendaftarkan hasil produksi madu trigona ke Dinas Perindustrian, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kota Mataram untuk mendapatkan label dengan nama "Putri" yang artinya Pejeruk Trigona.

"Kalau sudah ada label, kita bisa promosi dan memasarkan hasil produksi madu trigona warga di Kelurahan Pejeruk ini," kata Bagus yang ditemui di rumah Muhammad Najib salah seorang peternak lebah madu trigona.

Muhammad Najib inilah, kata Bagus, yang pertama kali mengembangkan budidaya lebah madu trigona, sehingga kini menjadi banyak dilakoni oleh warga pada delapan lingkungan di Kelurahan Pejeruk.

"Pak Najib inilah yang membina warga di lingkungan-lingkungan lain hingga mampu membudidayakan lebah madu trigoa di pekarangan rumah," katanya.

Sementara Najib peternak lebah madu trigona yang mendampingi Lurah Pejeruk mengatakan, saat ini memiliki 400 kotak budidaya lebah madu trigona di halaman rumahnya, yang dipanen delapan bulan sekali.

"Dari 400 kotak sarang lebah trigona ini, secara bergantian setiap bulan saya bisa panen dua kotak. Satu kotak bisa menghasilkan 250 mililiter," katanya.

Sementara untuk harga jual, menurutnya, satu botol berisi 500 mililiter seharga Rp200 ribu.

Najib yang sudah menggeluti budidaya lebah trigona itu mengatakan, pangsa pasar madu trigona sudah sampai ke luar daerah. Namun pelanggan yang rutin memesan saat ini sebagian besar dari anggota di Polda NTB.

"Bahkan untuk memenuhi permintaan, biasanya pembeli harus inden sekitar tiga hari," katanya.

Menurutnya, madu trigona yang dihasilkan minimal harus dipanen delapan bulan sekali agar rasa dan kualitasnya terjaga serta manfaatnya bisa maksimal.

"Bisa saja kita panen tiga kali sebulan, tapi kualitasnya belum maksimal. Semakin hitam dan asam madu yang dihasilkan maka kualitas madu trigona semakin baik," katanya.

Bahkan, pihaknya ada khusus membuat kotak madu trigona yang di panen di atas satu tahun sekali agar warnanya lebih hitam dan rasanya semakin asam karena adanya permintaan dari kalangan tertentu.

Selain menjual madu trigona, Najib juga menjual lebah trigona bagi warga yang ingin belajar budidaya. Satu kotak dijual seharga Rp250.000 sampai Rp300.000.

"Setelah membeli, saya juga berikan jaminan garansi dengan mendampingi pembeli selama enam bulan atau hingga pembeli berhasil budidaya," katanya.

Najib berharap, melalui budidaya trigona tersebut bisa menjadi peluang usaha dan membantu pemenuhan kebutuhan masyarakat khususnya di Kelurahan Pejeruk, dan Kota Mataram secara umum.

 

Pewarta : Nirkomala
Editor : Riza Fahriza
Copyright © ANTARA 2024