Istanbul (ANTARA) - Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Andrey Rudenko mengatakan bahwa hubungan Moskow yang berkembang dengan Asia adalah "mimpi buruk" bagi Barat dan "kebijakan anti Rusia".
“Mimpi buruk politik dan ekonomi utama bagi Barat dalam garis strategis anti Rusia … adalah hubungan kita yang berkembang secara dinamis dengan Asia,” kata Rudenko dalam wawancara dengan surat kabar Izvestia pada Senin malam (9/1).
Rudenko lebih lanjut mengatakan bahwa AS dan sekutunya tidak dalam posisi untuk mencegah hubungan ini berkembang lebih jauh, karena sebagian besar negara di kawasan itu tidak mau mengikuti aturan yang diberlakukan oleh Barat dan bersiap untuk bekerja di “ruang kerja sama internasional yang tidak beracun".
“Prioritas negara-negara Asia, dan kami melihat ini dengan jelas, adalah seputar hal lain seperti pembangunan bersama, perjuangan kolektif melawan tantangan dan ancaman baru, kesejahteraan dan kemakmuran rakyat,” kata Rudenko.
Dia menggarisbawahi bahwa hubungan Rusia dengan China dan India sedang berkembang dan mengatakan Moskow akan mendekati negara-negara yang telah mengambil tindakan "tidak ramah" terhadap Rusia dengan pendekatan yang berbeda daripada kebijakan hitam-putih.
Baca juga: Presiden baru Brazil siap bangun kembali hubungan Rusia
Baca juga: Presiden Putin tak sampaikan "Selamat Tahun Baru"
Dia juga mengatakan bahwa Rusia melihat prospek perluasan BRICS, dengan menyebut bahwa semua aspek hubungan Moskow dengan ASEAN sedang berkembang. “Kami mengembangkan kontak di bidang ekonomi, energi, keamanan, pendidikan, pariwisata, kesehatan, dan kerelawanan. Topik-topik ini relevan dan dapat dimengerti oleh semua orang. Karena itu, kita tidak perlu menentang sesuatu kepada seseorang,” ujar Rudenko.
BRICS yang merupakan blok negara berkembang mencakup Rusia, Brazil, India, China, dan Afrika Selatan.
Sumber: Anadolu
“Mimpi buruk politik dan ekonomi utama bagi Barat dalam garis strategis anti Rusia … adalah hubungan kita yang berkembang secara dinamis dengan Asia,” kata Rudenko dalam wawancara dengan surat kabar Izvestia pada Senin malam (9/1).
Rudenko lebih lanjut mengatakan bahwa AS dan sekutunya tidak dalam posisi untuk mencegah hubungan ini berkembang lebih jauh, karena sebagian besar negara di kawasan itu tidak mau mengikuti aturan yang diberlakukan oleh Barat dan bersiap untuk bekerja di “ruang kerja sama internasional yang tidak beracun".
“Prioritas negara-negara Asia, dan kami melihat ini dengan jelas, adalah seputar hal lain seperti pembangunan bersama, perjuangan kolektif melawan tantangan dan ancaman baru, kesejahteraan dan kemakmuran rakyat,” kata Rudenko.
Dia menggarisbawahi bahwa hubungan Rusia dengan China dan India sedang berkembang dan mengatakan Moskow akan mendekati negara-negara yang telah mengambil tindakan "tidak ramah" terhadap Rusia dengan pendekatan yang berbeda daripada kebijakan hitam-putih.
Baca juga: Presiden baru Brazil siap bangun kembali hubungan Rusia
Baca juga: Presiden Putin tak sampaikan "Selamat Tahun Baru"
Dia juga mengatakan bahwa Rusia melihat prospek perluasan BRICS, dengan menyebut bahwa semua aspek hubungan Moskow dengan ASEAN sedang berkembang. “Kami mengembangkan kontak di bidang ekonomi, energi, keamanan, pendidikan, pariwisata, kesehatan, dan kerelawanan. Topik-topik ini relevan dan dapat dimengerti oleh semua orang. Karena itu, kita tidak perlu menentang sesuatu kepada seseorang,” ujar Rudenko.
BRICS yang merupakan blok negara berkembang mencakup Rusia, Brazil, India, China, dan Afrika Selatan.
Sumber: Anadolu