Mataram, (Antara Mataram) - Komisaris Utama PT Gerbang NTB Emas H Lalu Mudjitahid mengatakan Rumah Potong Hewan (RPH) Banyumulek di Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat, akan menjadi sumber pendapatan asli daerah cukup Besar bagi Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
"Kami optimistis RPH Banyumulek akan memberikan sumbangan PAD cukup besar bagi Pemerintah Provinsi NTB, kalau rumah potong itu bisa dikelola dengan baik," katanya di sela acara Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT GNE di Mataram, Rabu.
Pada 2012 PT GNE menyetorkan PAD dari laba perusahaan sebesar Rp250 juta atau 55 persen dari laba bersih Rp400 juta. Namun pada APBD Perubahan perusahaan daera itu diminta menyetorkan dana sebesar Rp400 juta oleh panitia anggaran. Masalah ini akan dibahas dalam RUPS.
Ia mengatakan, ke depan usaha RPH akan menjadi sumber PAD cukup besar kalau dikelola dengan baik. Sejak dibangun rumah potong tersebut memang tidak pernah mendapat untung, karena jumlah sapi yang dipotong relatif sedikit, bahkan RPH itu cukup lama tidak beroperasi.
"Saat ini kapasitas pemotongan masih kecil, sehingga tidak seimbang dengan biaya operasi. Mestinya sapi yang dipotong sebanyak 25 ekor per hari, namun kapasitas potong hanya lima hingga tujuh ekor per hari," ujarnya.
Menurut Mudjitahid, selama ini sapi yang dibeli di pasar langsung dipotong, sehingga keuntungan yang diperoleh relatif kecil, bahkan rugi. Seharusnya sapi tersebut terlebih dulu digemukkan baru dipotong.
"Karena itu untuk menjamin kelangsungan produksi RPH tersebut kami juga akan membuka usaha penggemukan sapi. Pengadaan sekitar 10 ribu ekor sapi seluruhnya akan dimodali PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) yang sekaligus menangani pemasaran daging. Kita hanya menyewakan kandang dan rumah potong," katanya.
Ia mengatakan, potensi pemasaran daging tersebut cukup besar, saat ini pihaknya memotong daging sapi lokal yang harganya relatif mahal. Kalau sapi tersebut dibeli kemudian langsung dipotong, maka keuntungan yang diperoleh relatif kecil.
Karena itu, katanya, harus digemukkan terlebih dulu dengan pemberian pakan yang memenuhi standar, sehingga pertumbuan berat badan sapi akan lebih cepat. Cara ini lebih menguntungkan dibandingkan dengan kalau dibeli di pasar hewan kemudian dipotong.
"PT RNI akan menyiapkan dana puluhan miliar rupiah untuk pengadaan bibit sapi potong. Penggemukan sapi tersebut nantinya akan dilakukan oleh peternak secara kelompok yang ada di sekitar lokasi RPH," ujarnya.
Karena itu Mudjitahid mengaku optimistis RPH itu nantinya akan memberikan sumbangan cukup besar bagi PAD Provinsi NTB. Pengelolaan rumah potong itu mendapat dukungan dari Kementerian BUMN dalam rangka menunjang pengadaan stok daging nasional.(*)
"Kami optimistis RPH Banyumulek akan memberikan sumbangan PAD cukup besar bagi Pemerintah Provinsi NTB, kalau rumah potong itu bisa dikelola dengan baik," katanya di sela acara Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT GNE di Mataram, Rabu.
Pada 2012 PT GNE menyetorkan PAD dari laba perusahaan sebesar Rp250 juta atau 55 persen dari laba bersih Rp400 juta. Namun pada APBD Perubahan perusahaan daera itu diminta menyetorkan dana sebesar Rp400 juta oleh panitia anggaran. Masalah ini akan dibahas dalam RUPS.
Ia mengatakan, ke depan usaha RPH akan menjadi sumber PAD cukup besar kalau dikelola dengan baik. Sejak dibangun rumah potong tersebut memang tidak pernah mendapat untung, karena jumlah sapi yang dipotong relatif sedikit, bahkan RPH itu cukup lama tidak beroperasi.
"Saat ini kapasitas pemotongan masih kecil, sehingga tidak seimbang dengan biaya operasi. Mestinya sapi yang dipotong sebanyak 25 ekor per hari, namun kapasitas potong hanya lima hingga tujuh ekor per hari," ujarnya.
Menurut Mudjitahid, selama ini sapi yang dibeli di pasar langsung dipotong, sehingga keuntungan yang diperoleh relatif kecil, bahkan rugi. Seharusnya sapi tersebut terlebih dulu digemukkan baru dipotong.
"Karena itu untuk menjamin kelangsungan produksi RPH tersebut kami juga akan membuka usaha penggemukan sapi. Pengadaan sekitar 10 ribu ekor sapi seluruhnya akan dimodali PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) yang sekaligus menangani pemasaran daging. Kita hanya menyewakan kandang dan rumah potong," katanya.
Ia mengatakan, potensi pemasaran daging tersebut cukup besar, saat ini pihaknya memotong daging sapi lokal yang harganya relatif mahal. Kalau sapi tersebut dibeli kemudian langsung dipotong, maka keuntungan yang diperoleh relatif kecil.
Karena itu, katanya, harus digemukkan terlebih dulu dengan pemberian pakan yang memenuhi standar, sehingga pertumbuan berat badan sapi akan lebih cepat. Cara ini lebih menguntungkan dibandingkan dengan kalau dibeli di pasar hewan kemudian dipotong.
"PT RNI akan menyiapkan dana puluhan miliar rupiah untuk pengadaan bibit sapi potong. Penggemukan sapi tersebut nantinya akan dilakukan oleh peternak secara kelompok yang ada di sekitar lokasi RPH," ujarnya.
Karena itu Mudjitahid mengaku optimistis RPH itu nantinya akan memberikan sumbangan cukup besar bagi PAD Provinsi NTB. Pengelolaan rumah potong itu mendapat dukungan dari Kementerian BUMN dalam rangka menunjang pengadaan stok daging nasional.(*)