Jakarta (ANTARA) - Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) mencatat pemesanan Surat Berharga Negara (SBN) Ritel seri SBR012 hingga saat ini telah mencapai Rp3,68 triliun.

Direktur Surat Utang Negara (SUN) DJPPR Deni Ridwan mengatakan masyarakat menyambut antusias penerbitan SBR yang tercermin dari total pemesanan sampai dengan Sabtu tanggal 21 Januari 2023 pukul 09.00 WIB, telah mencapai Rp3,68 triliun serta 15.552 investor. "Pagi hari ini pukul 09.00, pemesanan SBR telah mencapai Rp3,68 triliun," ujar Deni Ridwan di Jakarta, Sabtu.

Mengawali penerbitan SBN Ritel tahun 2023, lanjutnya, pemerintah mulai menawarkan Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR012-T2 dan SBR012-T4 (dual tranches) dengan total target awal Rp10 triliun, masing-masing memiliki tenor 2 tahun kupon 6,15 persen, dan tenor 4 tahun kupon 6,35 persen pada tanggal 19 Januari sampai dengan 9 Februari 2023.

Untuk pertama kali pemerintah menawarkan Surat Berharga Negara (SBN) Ritel dalam dual tranches yaitu tenor 2 tahun dan 4 tahun untuk memberikan lebih banyak pilihan bagi masyarakat dalam berinvestasi sesuai dengan preferensi dan tujuan investasinya yaitu SBR012-T2 dan SBR012-T4.

Pemerintah menawarkan SBR012 dalam dual tranches yaitu tenor 2 tahun dan 4 tahun untuk memberikan lebih banyak pilihan bagi masyarakat dalam berinvestasi sesuai dengan preferensi dan tujuan investasinya yaitu SBR012-T2 dan SBR012-T4.

Untuk SBR012-T2 sama dengan seri SBR sebelumnya, antara lain mempunyai tenor 2 tahun atau jatuh tempo 10 Februari 2025, pembelian minimal Rp1 juta dan maksimal Rp5 miliar, terdapat fasilitas Early Redemption (dapat diajukan pencairan sebesar maksimal 50 persen kepemilikan) setelah 1 tahun dimiliki.

Baca juga: Kemenkeu sebut investor antusias lelang SUN berkat rilis data AS
Baca juga: Kemenkeu mencatat pendapatan negara di NTT 2022 Rp3,58 triliun

Sedangkan SBR012-T4 memiliki tenor 4 tahun atau jatuh tempo 10 Februari 2027, pembelian minimal Rp1 juta dan maksimal Rp10 miliar, terdapat fasilitas Early Redemption (dapat diajukan pencairan sebesar maksimal 50 persen kepemilikan) setelah 2 tahun dimiliki.

Deni Ridwan mengatakan, berkaca dari pengalaman penerbitan SBN ritel sebelumnya banyak investor yang tidak berhasil mendapatkan alokasi karena kuota yg ditawarkan sudah terlanjur habis. Oleh karena itu, calon investor dihimbau untuk segera memanfaatkan kesempatan ini, karena penawaran SBN ritel melalui platform online dilakukan berdasarkan first come first served , siapa cepat dia dapat. “Ingat kata pepatah, penyesalan biasanya datang di akhir, kalau di awal namanya pemesanan. Pemesanan SBR012, pilihan berharga untuk tetap bahagia,” kata Deni Ridwan.

 

 

Pewarta : Aji Cakti
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024