Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Olahraga dari Universitas Negeri Malang (UNM) Profesor Winarno mendukung kebijakan Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir membatasi jumlah pemain naturalisasi dalam kompetisi liga di Indonesia.
"Saya kira jauh dari urusan diskriminasi, bahkan menurut saya ini amunisi baru untuk membuat sepak bola nasional bangkit, dengan memberi kesempatan kepada para pemain Indonesia untuk bisa menunjukkan jati diri dan go Internasional," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu.
Menurut dia, Erick Thohir membawa visi jangka panjang bagi pembinaan kualitas talenta pemain lokal dan momentum bagi kebangkitan sepak bola Indonesia di masa yang akan datang. Sehingga diharapkan, talenta muda Indonesia mampu bersaing secara global.
"Dari sisi kebijakan bagus, hanya perlu didukung oleh kondisi lain terkait kompetisi, supaya lebih sehat, sehingga betul-betul mengoptimalkan pemain nasional," pesannya.
Dia mengemukakan, jika diterapkan dengan konsisten, akan bagus memunculkan para pemain usia muda Indonesia yang berbakat untuk bisa menjadi duta bangsa di cabang sepak bola. "Kita lihat pesepak bola muda kita punya potensi besar menjadi juara Asia. Mestinya kompetisi-nya yang harus dibangun lebih kondusif, sehingga anak-anak muda yang potensial akan berkembang maksimal di Liga 1 dan 2," jelasnya.
Kebijakan mantan bos Inter Milan itu, kata Winarno layak didukung, bahkan jika kompetisi sepak bola dalam negeri sudah berkualitas, pemain naturalisasi bisa ditiadakan pada semua liga. "Bahkan suatu saat naturalisasi pada tahun tertentu bisa nol, jika kompetisi kita sudah mampu mendongkrak, anak-anak muda yang potensial menjadi pemain yang mampu menjadi pemain dunia," harapnya.
Winarno yang juga Dewan Pakar Forum Akademisi Penggemar Sepakbola Indonesia (FAPSI) itu optimistis dengan terobosan yang dimulai Erick di PSSI, sepak bola Indonesia ke depan akan bangkit. Hal itu berkaca dari cabang olahraga bulu tangkis, tidak ada pemain naturalisasi, namun pebulutangkis Indonesia mampu mendunia.
Baca juga: PSSI dapat 5,6 juta dolar AS dari FIFA
Baca juga: U-20 WC stadiums can be improved based on FIFA input
Lebih lanjut Winarno mengatakan jika kebijakan pembatasan pemain naturalisasi konsisten diterapkan, maka akan memberikan kesempatan besar kepada para pemain muda untuk terus mengasah kemampuannya dalam sebuah kompetisi yang sehat.
Sebelumnya, wacana pembatasan pemain naturalisasi di tiap klub Liga 1 muncul ke permukaan dalam Sarasehan Sepak Bola Nasional. Ketika wacana itu muncul, sejumlah pemain naturalisasi pun menyuarakan protes mereka.
Menanggapi hal tersebut, Erick Thohir menekankan bahwa tidak ada diskriminasi dalam wacana tersebut. Erick menilai masih banyak slot tempat pemain naturalisasi bermain. Erick Thohir menegaskan tidak pernah ter-besit untuk mendiskriminasi para pemain naturalisasi yang merumput di Indonesia. "Saya rasa tidak ada diskriminasi. Kalau klub mengukur naturalisasi untuk jalan singkat prestasi, itu yang kita harus atur," ucap Erick.
"Saya kira jauh dari urusan diskriminasi, bahkan menurut saya ini amunisi baru untuk membuat sepak bola nasional bangkit, dengan memberi kesempatan kepada para pemain Indonesia untuk bisa menunjukkan jati diri dan go Internasional," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu.
Menurut dia, Erick Thohir membawa visi jangka panjang bagi pembinaan kualitas talenta pemain lokal dan momentum bagi kebangkitan sepak bola Indonesia di masa yang akan datang. Sehingga diharapkan, talenta muda Indonesia mampu bersaing secara global.
"Dari sisi kebijakan bagus, hanya perlu didukung oleh kondisi lain terkait kompetisi, supaya lebih sehat, sehingga betul-betul mengoptimalkan pemain nasional," pesannya.
Dia mengemukakan, jika diterapkan dengan konsisten, akan bagus memunculkan para pemain usia muda Indonesia yang berbakat untuk bisa menjadi duta bangsa di cabang sepak bola. "Kita lihat pesepak bola muda kita punya potensi besar menjadi juara Asia. Mestinya kompetisi-nya yang harus dibangun lebih kondusif, sehingga anak-anak muda yang potensial akan berkembang maksimal di Liga 1 dan 2," jelasnya.
Kebijakan mantan bos Inter Milan itu, kata Winarno layak didukung, bahkan jika kompetisi sepak bola dalam negeri sudah berkualitas, pemain naturalisasi bisa ditiadakan pada semua liga. "Bahkan suatu saat naturalisasi pada tahun tertentu bisa nol, jika kompetisi kita sudah mampu mendongkrak, anak-anak muda yang potensial menjadi pemain yang mampu menjadi pemain dunia," harapnya.
Winarno yang juga Dewan Pakar Forum Akademisi Penggemar Sepakbola Indonesia (FAPSI) itu optimistis dengan terobosan yang dimulai Erick di PSSI, sepak bola Indonesia ke depan akan bangkit. Hal itu berkaca dari cabang olahraga bulu tangkis, tidak ada pemain naturalisasi, namun pebulutangkis Indonesia mampu mendunia.
Baca juga: PSSI dapat 5,6 juta dolar AS dari FIFA
Baca juga: U-20 WC stadiums can be improved based on FIFA input
Lebih lanjut Winarno mengatakan jika kebijakan pembatasan pemain naturalisasi konsisten diterapkan, maka akan memberikan kesempatan besar kepada para pemain muda untuk terus mengasah kemampuannya dalam sebuah kompetisi yang sehat.
Sebelumnya, wacana pembatasan pemain naturalisasi di tiap klub Liga 1 muncul ke permukaan dalam Sarasehan Sepak Bola Nasional. Ketika wacana itu muncul, sejumlah pemain naturalisasi pun menyuarakan protes mereka.
Menanggapi hal tersebut, Erick Thohir menekankan bahwa tidak ada diskriminasi dalam wacana tersebut. Erick menilai masih banyak slot tempat pemain naturalisasi bermain. Erick Thohir menegaskan tidak pernah ter-besit untuk mendiskriminasi para pemain naturalisasi yang merumput di Indonesia. "Saya rasa tidak ada diskriminasi. Kalau klub mengukur naturalisasi untuk jalan singkat prestasi, itu yang kita harus atur," ucap Erick.