Mataram (ANTARA) - Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat, menggencarkan kegiatan operasi pasar murah (OPM) selama bulan Ramadhan 1444 Hijriah, untuk menekan inflasi sekaligus upaya aksi stabilisasi harga kebutuhan pokok hingga Idul Fitri.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat Heru Saptaji di Mataram, Rabu, mengatakan, OPM stabilisasi harga dilaksanakan untuk komoditas strategis yang mengalami kenaikan harga dan bisa memicu inflasi.
"Untuk kegiatan OPM, kami bekerja sama dengan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait. Misalnya, Bulog, pertanian, dan lainnya," katanya saat ditemui di sela pembukaan Musyawarah Pembangunan Bermitra Masyarakat (MPBM) 2024 di Hutan Kota Pagutan Mataram.
Untuk saat ini, katanya, komoditas strategis yang masih mengalami kenaikan harga antara lain tomat dan cabai. Untuk tomat saat ini harganya sekitar Rp12.000-Rp13.000 per kilogram sedangkan di OPM dijual sekitar Rp6.000-Rp7.000 per kilogram.
Selain itu harga cabai yang masih relatif tinggi yakni sekitar Rp60.000-Rp65.000 per kilogram, sedangkan di OPM cabai dijual Rp50.000 per kilogram. Selain itu juga ada telur yang dijual sekitar Rp45.000-Rp46.000 per 30 butir.
Kemudian minyak goreng subsidi, dan beras yang dijual Bulog sesuai harga eceran tertinggi (HET) yakni Rp14.000 per liter untuk minyak goreng dan Rp8.500 per kilogram untuk beras medium.
"Untuk lokasi OPM kita pusatkan di beberapa pasar tradisional besar di Kota Mataram. Seperti Pasar Mandalika, Pegesangan, Kebon Roek, dan Pasar Dasan Agung," katanya.
Di sisi lain, Heru mengatakan, sebagai langkah antisipasi inflasi selama bulan puasa, BI yang masuk dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) juga akan melakukan pengawasan untuk memastikan terhadap ketersediaan pasokan bahan pokok.
"Masyarakat juga kita imbau agar berbelanja secara bijak, tidak perlu panik memborong. Belanja sesuai kebutuhan, jangan semua-semua mau dibeli," katanya.
Selain itu, tambah Heru, upaya menekan inflasi dapat dilakukan dengan menerapkan pola konsumsi bervariasi. Jika pola konsumsi masyarakat yang tidak bervariasi maka permintaan akan bertumpu pada satu jenis kebutuhan sehingga memicu bisa kenaikan harga.
"Jadi variasi pola konsumsi itu sangat penting. Misalnya, hari ini ikan, besok telur, selanjutnya daging, kemudian sayur, dan lainnya," katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Mataram menyebutkan pada Februari 2023, Kota Mataram mengalami inflasi sebesar 0,31 persen.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat Heru Saptaji di Mataram, Rabu, mengatakan, OPM stabilisasi harga dilaksanakan untuk komoditas strategis yang mengalami kenaikan harga dan bisa memicu inflasi.
"Untuk kegiatan OPM, kami bekerja sama dengan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait. Misalnya, Bulog, pertanian, dan lainnya," katanya saat ditemui di sela pembukaan Musyawarah Pembangunan Bermitra Masyarakat (MPBM) 2024 di Hutan Kota Pagutan Mataram.
Untuk saat ini, katanya, komoditas strategis yang masih mengalami kenaikan harga antara lain tomat dan cabai. Untuk tomat saat ini harganya sekitar Rp12.000-Rp13.000 per kilogram sedangkan di OPM dijual sekitar Rp6.000-Rp7.000 per kilogram.
Selain itu harga cabai yang masih relatif tinggi yakni sekitar Rp60.000-Rp65.000 per kilogram, sedangkan di OPM cabai dijual Rp50.000 per kilogram. Selain itu juga ada telur yang dijual sekitar Rp45.000-Rp46.000 per 30 butir.
Kemudian minyak goreng subsidi, dan beras yang dijual Bulog sesuai harga eceran tertinggi (HET) yakni Rp14.000 per liter untuk minyak goreng dan Rp8.500 per kilogram untuk beras medium.
"Untuk lokasi OPM kita pusatkan di beberapa pasar tradisional besar di Kota Mataram. Seperti Pasar Mandalika, Pegesangan, Kebon Roek, dan Pasar Dasan Agung," katanya.
Di sisi lain, Heru mengatakan, sebagai langkah antisipasi inflasi selama bulan puasa, BI yang masuk dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) juga akan melakukan pengawasan untuk memastikan terhadap ketersediaan pasokan bahan pokok.
"Masyarakat juga kita imbau agar berbelanja secara bijak, tidak perlu panik memborong. Belanja sesuai kebutuhan, jangan semua-semua mau dibeli," katanya.
Selain itu, tambah Heru, upaya menekan inflasi dapat dilakukan dengan menerapkan pola konsumsi bervariasi. Jika pola konsumsi masyarakat yang tidak bervariasi maka permintaan akan bertumpu pada satu jenis kebutuhan sehingga memicu bisa kenaikan harga.
"Jadi variasi pola konsumsi itu sangat penting. Misalnya, hari ini ikan, besok telur, selanjutnya daging, kemudian sayur, dan lainnya," katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Mataram menyebutkan pada Februari 2023, Kota Mataram mengalami inflasi sebesar 0,31 persen.